OCN12: Bertahan

2.4K 496 18
                                    

Kapten Keanu dibawa ke medicube dan membuat heboh semua orang yang ada disana, bahkan Dokter Zeline sampai mengajak gua adu mulut perihal apa yang terjadi pada Kapten Keanu karena hanya gua saksi hidup ketika Kapten Keanu kejang-kejang. Jawaban "tidak tahu" gua nyatanya tidak memuaskan Dokter Zeline sehingga wanita itu terus menerus mendebat gua tanpa henti.

Malas berdebat karena nggak menyelesaikan apapun, gua hanya menjawab sekenanya dan segera memberikan obat penurun demam pada Kapten Keanu, juga melihat perkembangan pasien-pasien lainnya. Demam mereka nggak turun secara signifikan, tapi seenggaknya udah nggak setinggi sebelumnya.

"Ana," panggil Ula.

"Gimana? Hasilnya bisa keluar kapan?"

"Besok pagi, samaan sama CT scan tenggorokan yang diajukan sama Yuna."

Gua mengerang frustasi. Besok pagi? Sekarang ini udah menjelang sore, subsidi makanan mulai menipis dan bahkan gua ragu kalo makanannya bakalan cukup untuk nanti malam. Tapi kalo minta subsidi lagi ke markas pusat sementara pun percuma karena Kapten Keanu sekarang jatuh sakit.

"Dokter Ana, Juna udah sadar," ujar Dokter Zeline ketus, mungkin efek masih sensi sama gua yang ogah diajak adu mulut tadi.

Ah peduli amat sih sama dia.

Tanpa menjawab Dokter Zeline, gua langsung ke bed tempat Lettu Juna berbaring. Kelihatan banget nih orang lemes, tapi masih sempet-sempetnya ketawa-ketiwi sama Serda Dino, emang kotak ketawanya tuh rusak kayanya.

"Lettu," panggil gua.

"Eh, Bu dokter."

"Gimana keadaannya?"

"Tenggorokannya memerah, demamnya nggak turun secara signifikan, dan tubuhnya lemes," jawab Dokter Zeline.

"Saya nanyanya Lettu Juna."

"Kok jadi nyari ribut sih?" ketus Dokter Zeline.

"Emang yang nyari ribut duluan siapa? Saya?" ketus gua balik.

Kayanya gua ngerti nih kenapa Yuna sama Ula sensi banget sama Dokter Zeline. Nyebelin anjir.

"Lettu Zeline, udah jangan cari masalah," ujar Lettu Juna.

"Diem deh lu, Juna. Udah sakit bawel lagi."

"Eh setan masih tuaan gua daripada lu. Sopan! Uhuk! Uhuk!" balas Lettu Juna.

Nggak mau mendengarkan perdebatan mereka lama-lama, gua lantas menyuruh Lettu Juna untuk makan dan setelahnya minum obat lagi, kemudian pergi ke ruang istirahat.

Gua mendudukkan diri gua dikursi sambil menghela nafas. Gua memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya benar-benar tertidur saking lelahnya, sebelum akhirnya Diano masuk dengan heboh dan membuat gua hampir jatuh dari kursi. Sialan.

"Apaan sih?!" omel gua.

"Eh, nyelow dong, Bu Ketu."

"Ya udah apaan?!"

"Ini nih bocah bandel nyariin."

"Hah?" gua kebingungan, sebelum akhirnya Liana muncul dibalik punggung Diano.

"Keluar sana lu," usir gua pada Diano yang direspon dengan ekspresi sebal dan kaki yang dihentakkan ke tanah, persis seperti anak kecil yang lagi ngambek.

Liana duduk dikursi yang ada disamping gua, dia memainkan jarinya dengan gelisah, seperti ingin bicara sesuatu. Nggak ingin memaksanya, gua pun hanya diam dan menunggu.

"Tante .... tante jelek sakit," katanya pada akhirnya.

Gua mengerjap-erjap. "Mamamu?"

"Bukan mama aku!" katanya nggak senang, sadar bahwa gua terkejut karena hal itu, Liana langsung menunduk. "Maaf."

OCEAN [SVT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora