OCN39: Tubuh yang Berpatah Hati

1.4K 316 29
                                    

Melewati satu hari tanpa menangis adalah hal terberat yang harus gua lakukan setelah berita meninggalnya Keanu dalam menjalani tugas mulianya untuk melindungi perairan Indonesia seminggu yang lalu. Masih tak terpikirkan oleh gua bagaimana bisa orang yang seharusnya sudah terbiasa menghadapi ganasnya lautan, justru dikalahkan oleh lautan yang katanya sudah kembali menjadi sahabatnya lagi itu.

Terlebih lagi menurut Serka Dika, luka tembak yang didapatkan Keanu dari nelayan asing itu adalah dibagian bahu yang mungkin saja membuatnya kesulitan untuk melawan ganasnya lautan malam itu, hingga akhirnya menghilang tanpa jejak dan diputuskan meninggal secara sepihak karena spekulasi banyak orang yang hanya didasari oleh luka tembak yang didapatnya.

Gua seperti dibunuh perlahan-lahan oleh presensi Keanu yang entah sejak kapan menjadi hal yang penting bagi gua seperti oksigen. Kini Keanu pergi, menghilang, dan meninggalkan gua tanpa mengucapkan kalimat perpisahan apapun, tanpa meninggalkan tanda apapun sebelum dia pergi, membuat gua tercekik dan kehilangan cara untuk bernafas. Sakit. Rasanya terlalu sakit.

"Na, makan yah?" tawar Wira memasuki kamar gua sambil membawa kresek berisi makanan berbau sedap yang sayangnya nggak berhasil membangunkan selera makan gua.

Gua menggeleng sebagai jawaban dan memilih menenggelamkan lagi wajah gua diantara lipatan tangan gua yang memeluk kedua lutut gua. Gelap adalah hal yang gua lihat ketika gua menenggelamkan wajah gua disana tapi kegelapan itu justru mengingatkan gua pada malam itu, malam dimana Keanu mengajak gua menuruni pengungsian dan pergi ke pantai untuk menyaksikan matahari terbit. Bahkan ketika gua mengangkatkan kepala gua lagi, cahaya matahari yang masuk dari jendela kamar gua yang sengaja dibuka oleh Wira malah mengingatkan gua akan pagi yang menyapa gua dan Keanu setelah penantian panjang penuh perjuangan dan pelukan udara dingin yang harus kami rasakan sebelum bisa melihat sang surya dan merasakannya merengkuh kami dalam hangatnya pelukannya.

"Aku nggak mau ngelupain momen ini. Bersama kamu ... rasanya menyenangkan."

"AAAHHHHH!!!" gua berteriak sambil menutup kedua telinga gua karena mendengar suara Keanu yang jelas gua tau hanyalah halusinasi beserta kenangan yang seenaknya mengapung tanpa permisi.

"Ana! Kenapa?!!" Wira panik dan buru-buru merengkuh gua kedalam pelukannya, sementara gua masih terus berteriak dengan air mata yang rasanya tak pernah kering disaat gua lagi-lagi harus menangisi keberadaan Keanu yang kini semakin memudar.

Seharusnya gua mendengarkan Wira waktu dia memberitahu gua untuk memikirkan secara matang mengenai gua dan Kapten Keanu dulu. Tapi nasi udah terlanjur jadi bubur, semua udah terjadi. Gua jatuh cinta pada Keanu, lalu gua kehilangan Keanu, sekarang sedang dalam proses menjadi gila, dan Wira masih berusaha untuk memperlambat proses itu.

"Ana, please bangkit. Gua tau lu nggak selemah ini, Kapten Keanu juga nggak mau ngeliat lu begini."

"Gua nggak bisa..."

Semua ini terlalu sulit sampai rasanya gua seperti dicekik hanya untuk disiksa bukan untuk mati. Semua kenangan tentang Keanu, suara baritonnya yang tegas dan hanya lembut ketika bersama gua, ekspresi cemburunya ketika Lettu Juna memeluk gua tanpa seizinkannya, sikap manjanya yang hanya diperlihatkan didepan gua, hal-hal kecil yang kami lakukan bersama dan terlihat sepele nyatanya adalah hal yang kini paling berharga dan membuat gua semakin menolak kenyataan yang ada.

Ken .... aku mohon kembalilah.

🌊

Gua terbangun ketika telinga gua mendengar suara deburan ombak. Gua membuka mata perlahan dan mendapati langit-langit kamar apartemen gua, gua menengok ke jendela dan langit sudah berubah malam. Kemudian gua menengok ke sumber suara dimana suara deburan ombak itu berasal, ternyata dari handphone gua. Pasti Wira yang nyetel ASMR yang tersimpan di Youtube gua ketika gua lagi-lagi tidur karena kelelahan menangis.

OCEAN [SVT]Where stories live. Discover now