OCN40: Janji Tak Bertuan

1.3K 297 15
                                    

Arjuna

Dimata saya seorang Mayor Jenderal adalah pemimpin berwibawa dengan aura ketegasan yang selalu kuat dalam segala situasi, tapi nyatanya kini saya malah melihat bagaimana seorang Mayor Jenderal melupakan perannya dan kini menangis dalam diam meratapi sepucuk surat yang pasti tak pernah beliau harapkan untuk dibaca.

Mayor Jenderal Susanto adalah Mayor Jenderal terbaik sepanjang sejarah saya menjadi tentara. Ketegasan, kepimpinan, serta keberaniannya melindungi rakyat adalah beberapa sifat yang saya kagumi dari beliau serta sifat yang beliau turunkan kepada Keanu, putra semata wayangnya yang kini tengah beliau tangisi kepergiannya.

Semua berlalu terlalu cepat dan saya menyesali ketidakhadiran saya dalam misi dimana Keanu terlibat didalamnya. Jika saja saya nggak menunggu montir dan ikut pergi bersamanya, saya bisa saja menemani Keanu menjalankan misi malam itu, dan mungkin saja dua pucuk surat yang ada didalam saku saya serta surat yang dipegang oleh Mayor Jenderal Susanto tidak akan pernah dibaca isinya.

Dino bilang bahwa malam itu Keanu melindungi dirinya yang lengah dan berakhir tertembak dibagian bahu, hingga terjun bebas ke lautan yang deburan ombaknya terdengar ganas malam itu. Dino terlambat untuk sekedar mengulurkan tangannya, dia bahkan terlalu syok sampai-sampai Dika lah yang membekuk nelayan asing itu agar tidak melayangkan tembakan lagi.

"Mayjen," panggil saya.

"Saya bukan Mayjen, Juna," ucapnya melembut. "Dihadapanmu sekarang saya hanyalah seorang Ayah yang baru saja kehilangan putranya."

"Pak ... kematiannya sudah dikonfirmasi," ujar saya dengan berat hati, bahkan hati saya ikut sakit karena harus mengonfirmasi kematian Keanu yang sampai sekarang belum ditemukan mayatnya. Saya masih mencoba berharap, sialnya harapan itu hanya 0,0000001% dari 100%, dan membuat saya akhirnya terpaksa menyerah.

"Mayatnya sudah ditemukan?"

"....Belum, Pak. Tapi tidak ada kemungkinan bagi Keanu untuk selamat ... jika dilihat dari kondisinya."

Mayor Jenderal Susanto terdiam, menatap surat ditangannya begitu dalam dan menyayat hati saya yang melihatnya. Saya pun tak tega untuk meninggalkan pria paruh baya yang kini harus hidup sendirian untuk menikmati masa tuanya tanpa satu anggota keluarga pun yang menemaninya hingga hari tutup usianya tiba.

"Saya bahkan belum meminta maaf padanya," lirih Mayor Jenderal Susanto.

"Pak?"

"Saya gagal melindungi Ibunya saat itu, saya terlalu fokus untuk menyelamatkan Ken karena pikiran egois saya untuk meneruskan garis keluarga ini. Saya egois, Juna," ujarnya memukul dadanya sendiri dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya.

Saya menahan tangan beliau untuk memukul dadanya kembali dan menenangkannya, sementara beliau kembali menangis sambil terus meminta maaf pada Keanu yang entah bisa mendengarnya atau tidak.

"Pak, Ken pun sudah berhenti menyalahkan Bapak setelah seseorang mengubah persepsinya, Pak," ujar saya menepuk-nepuk punggung tangan beliau. "Dia orang yang cantik, yang membungkam mulut pedas Keanu sampai dia nggak berkutik untuk membalas."

"Apa saya lagi-lagi egois?"

"Pak?" tanya saya tak mengerti.

"Ketika orang yang cantik itu mungkin saja masih menangisi Ken, saya justru malah berpikir bagaimana cara saya minta maaf dengan benar kepada Keanu. Apa saya lagi-lagi egois, Juna?"

Saya menggeleng. "Pak, semua sudah terjadi. Mari kita ikhlas, Pak. Keanu pun ... ingin kita mengikhlaskannya."

Mayor Jenderal Susanto hanya mengangguk kemudian menghapus jejak air matanya, mengucek sedikit matanya hingga kedua matanya agak memerah. Beberapa kali beliau menghela nafas sebelum akhirnya meminta permintaan yang saya sendiri belum yakin bisa menyanggupinya.

OCEAN [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang