OCN38: Sebuah Kabar

1.3K 300 54
                                    

Aleana

"Cuma demam aja kok si adeknya, Pak. Mungkin karena kemarin sempet main hujan-hujanan terus nggak langsung mandi tapi malah angin-anginan, sisanya gapapa kok," ujar gua setelah selesai memeriksa pasien berusia sekitar lima sampai enam tahun yang terus merengek sakit bahkan saat mengedipkan matanya yang katanya terasa panas. "Ini resep obatnya yah. Cepet sembuh, Kiana."

"Makasih, Dok."

Setelahnya Ayah dan anak itu keluar dari ruangan gua, sehingga gua bisa meregangkan tubuh gua yang cukup pegal karena terus melakukan aktivitas yang sama. Duduk, bangun, duduk bangun.

"Dok, udah waktunya buat kunjungan pasien di bangsal rawat," ujar Teh Lisa, suster yang suka bantuin gua di ruangan.

"Saya ngunjungin siapa yah?"

"Ngunjungin Dek Jovin, Dok."

"Jovin? Ruangan 3401?"

"Iya. Yang anaknya agak judes itu, nggak mau diperiksa."

"Tifus yah? Hasil tes darahnya udah keluar kan?"

"Iya yang tifus. Udah nih, Dok, yang ini," ujar Teh Lisa sambil memberikan hasil tes darah milik pasien cilik gua itu.

"Ya udah deh, tengokin dulu."

Gua keluar dari ruangan gua dan segera pergi ke bangsal rawat inap anak yang dindingnya dipenuhi wallpaper gambar-gambar binatang yang lucu. Emang sih, rumah sakit tempat gua bekerja ini agak unik, terutama untuk pembagian kamar rawat inap dan dekorasi kamar rawat inapnya.

Buat bangsal rawat inap anak, pasti sejauh mata memandang tuh dipenuhi sama dekorasi khas anak-anak, dari wallpaper bergambar binatang lucu, ada spot bermain juga (biasanya sih diperuntukan buat pengunjung anak-anak tapi kadang pasien yang udah cukup sehat juga main), kamar rawat inapnya sendiri spreinya lucu gitu, bukan yang putih gitu doang. Baju rumah sakitnya juga lucu gitu, bergambar binatang lucu gitu tapi tetap satu model, nggak dibeda-bedain. Makanannya sendiri dibentuk lucu-lucu, sengaja biar anak-anak ada niat mau makan, walaupun sama aja sih suka nggak dihabisin karena katanya hambar.

Ya makanan rumah sakit kalo gurih bukan makanan rumah sakit namanya.

Buat bangsal rawat inap orang dewasa, biasanya dipisah. Wanita dan pria. Kalo wanita dekorasinya udah pasti pink sampe baju rumah sakit dan sprei pun berwarna demikian, kalo pria itu biru.

"Halo? Selamat siang," sapa gua ketika memasuki kamar 3401 dan menyapa pasien serta keluarga pasien yang gua lewati untuk sampai ke ranjang pasien bernama Jovin ini.

Pas gua dateng, pasien cilik gua yang judes ini langsung menyembunyikan dirinya ke dalam selimut sambil berteriak 'nggak mau disuntik'.

Butuh waktu untuk menenangkan Jovin sampai akhirnya dia mau keluar dari selimut dan mengobrol dengan gua. Walaupun dia berkali-kali bertanya apakah gua membawa suntikan atau nggak, tapi dia menjawab pertanyaan gua dengan aktif.

"Aku bisa pulang kapan?"

"Kalo udah sehat boleh," ujar gua sambil mengingat-ingat kapan Jovin rawat inap di rumah sakit, kayanya baru empat hari deh.

"Kapan?"

"Kapan yah? Kalo Jovin banyak makan udah boleh pulang. Emang nggak suka disini?"

"Nggak suka! Bau!"

"Bau apa?"

"Bau rumah sakit."

Gua kembali mengajak bocah aktif ini mengobrol sebelum akhirnya memberitahu Ibunya mengenai perkembangan Jovin sesuai hasil tes darah yang keluar. Setelah itu gua keluar dari kamar rawat inap tersebut, sekaligus pamit kepada Teh Lisa untuk makan siang.

OCEAN [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang