OCN11: Reason of Chaos

2.4K 479 7
                                    

Gua berlari ke tenda C17 bersama dengan Wira dan seorang perawat dipimpin oleh Diano. Sampai disana, sudah ada Ula dan dua dokter cowok, Dokter Tian dan Dokter Fajar, ketiganya sibuk mengurusi satu keluarga dengan ayah, ibu, dan dua anak yang sama-sama kejang.

Diano, gua, Wira, dan perawat yang ikut memantau dari pintu tenda karena sudah ada dokter yang menangani. Untungnya Ula, Dokter Tian, dan Dokter Fajar bisa mengatasi masalah kejang tersebut.

"Ula, ini demam tinggi banget si kakaknya," ujar Dokter Tian.

Demam?

"Si bapak juga ini," balas Ula.

"Tenggorokannya memerah juga nih si adek," ujar Dokter Fajar. "Ibunya juga."

Gua dan Wira sama-sama memandang satu sama lain, seakan bertelepati bahwa hal ini sama persis dengan yang terjadi pada bapak di medicube sebelumnya.

Ula kemudian meminta bantuan dari medicube untuk membawa tandu dan membawa satu keluarga ini ke medicube untuk perawatan lebih lanut.

"Wir, gua curiga ini bukan penyakit biasa deh," bisik gua ke Wira yang berjalan agak jauh dari dokter dan perawat yang tengah menggotong satu persatu anggota keluarga tersebut ke medicube.

"Tapi kita nggak tau ini apaan. Gua saran sih mending kita liat hasil tes dulu."

"Ngomongin apaan sih? Serius banget berdua. Ngomongin lamaran nikah yah berdua?" ujar Dokter Fajar yang tiba-tiba nyempil ditengah-tengah gua dan Wira.

Wira segera mendorong wajah Dokter Fajar, padahal setahu gua Wira tuh lebih muda lima tahun dari Dokter Fajar. "Jauh kek, Bang!"

"Buset, sensi banget dah."

"Tangannya anget nih, Bang Fajar. Kenapa?" tanya gua.

"Iya dari kemarin sebenernya ini demam, belum adaptasi kali badannya," jawab Dokter Fajar sambil meminum air didalam botol yang ada ditangannya.

Baru saja kami berjalan melewati tenda B, Wira tiba-tiba memekik ketika Dokter Fajar jatuh dan mulai kejang-kejang, gua yang ada disana pun butuh beberapa saat untuk mendapatkan kesadaran kembali dan membantu Wira untuk menahan kepala Dokter Fajar, sementara Wira sedang menyampingkan tubuh Dokter Fajar.

"Wir, kenapa ini?! Tadi gapapa?" tanya gua panik.

"Nggak tau, Na!" balas Wira sama paniknya lalu mengeluarkan walkie talkie dari saku snellinya sementara dia masih menahan tubuh Dokter Fajar. "Darurat! Darurat! Saya butuh tandu. Posisi dekat tenda pengungsi B1."

Sekitar setengah menit, Dokter Fajar mulai berhenti kejang-kejang dan sekarang malah demam tinggi, tenggorokannya juga memerah. Gua dan Wira sama-sama bertatapan, kami sama-sama memikirkan hal yang sama. Ini nggak biasa dan aneh.

"Bang, lu kenapa dah?" tanya Wira ke Dokter Fajar yang langsung gua pukul lengannya.

"Dia masih bingung, Wir. Liat tuh bengong!"

"Dokter Ana, Dokter Wira? Ini kenapa?" tanya Serka Dika yang sepertinya kebetulan lewat dan menghampiri kami berdua.

"Nggak tau nih, saya juga bingung," jawab Wira sekenanya karena emang beneran nggak tau.

Nggak lama, Diano dan Yuna datang sambil membawa tandu. Diano udah sibuk nyemprot pertanyaan, Yuna malah ketawa soalnya Dokter Fajar mukanya kaya orang bloon katanya sampai akhirnya diomelin Wira soalnya bukannya bantuin malah ketawa.

Dokter Fajar digotong Diano sama Serka Dika dengan terburu-buru, diikuti gua, Wira, dan Yuna. Sampai di medicube gua malah dibuat kaget karena tiba-tiba mendadak penuh dengan gejala yang sama, bahkan ada beberapa tentara yang kena juga.

OCEAN [SVT]Where stories live. Discover now