OCN49: Sama Rapuhnya tapi Hanya Kamu yang Berusaha Menguatkan

1K 227 24
                                    

Arjuna

Saya menuruni kapal kemudian masuk ke dalam markas yang memang telah disiapkan tak jauh dari pinggir pantai. Saya duduk di kursi sambil meregangkan tubuh saya yang sudah berteriak kelelahan akibat diri saya yang memforsirnya semalaman untuk memantau perairan Indonesia.

Akhir-akhir ini saya mudah lelah, entah karena terlalu memforsir diri untuk bekerja dan tetap terjaga atau karena saya mulai lemah karena usia. Saya mudah mengantuk belakangan ini, rasanya sekali saja saya berkedip rasa kantuk itu kian lama kian memberat dan memaksa kelopak mata saya tertutup.

Rasanya saya ingin tidur dalam waktu yang cukup lama hanya untuk menghilangkan kantuk yang nggak pernah sirna ini.

"Tidur aja," ujar seorang pria dengan suara bariton yang selama empat belas bulan ini menjadi rekan baru saya dalam menjaga perairan Indonesia. Namanya Eroseno, Kapten baru yang menempati posisi Keanu disatuan kami.

Eros, begitulah satuan kami memanggilnya. Selain karena tampangnya yang sering kali menjadi pusat perhatian, dia juga pria ramah yang sering meringankan latihan para anggota disaat atasan tak memerhatikan, tipe orang jenaka yang disukai semua orang.

Berbanding terbalik dengan Keanu yang galaknya bukan main, tegasnya apalagi. Perhatian sih, tapi latihan malah diperberat. Katanya biar terbiasa sama kerasnya hidup.

"Iya, nanti aja," ujar saya seadanya.

"Tidur. Ini hari terakhir tugas."

"Nggak, nanti aja liburnya."

"Nggak ambil libur lagi? Juna, kamu udah setahun penuh kerja begini."

"Gapapa. Saya nggak capek."

"Pulang."

"Nggak usah."

"Keluargamu khawatir. Abi aja sampai nelpon ke markas nanyain kapan pulang, kamu dulu selalu pulang kalo ada jatah libur."

Saya merapatkan bibir saya mendengar ucapan Eros. Memang sudah lama saya tak pulang, bukan karena tak ingin, tapi bayang-bayang soal kejadian yang tak ingin saya ingat justru tak kunjung memudar. Setiap kali saya pulang, setiap saya menghabiskan waktu di rumah, setiap saya nggak melakukan aktivitas apapun yang melelahkan, rasa bersalah seperti terus menggerogoti saya.

Saya berusaha melarikan diri, tapi semua seakan sia-sia karena saya lagi-lagi berada di tempat yang sama.

Lautan,
sebegitu kejamkah dirimu pada daratan yang terus terkikis karena terpaanmu?

Entah berapa kali saya terus bermimpi buruk tentang lautan yang menelan Keanu kala itu, tentang saya yang hanya bisa menatapnya tanpa bisa meraih tangannya, dan tentang wanita yang menangis meraung di pojok kamar gelap.

Aleana.
Apa kabar dirimu sekarang ini?
Apakah selama setahun kepergian saya untuk melarikan diri dari kenyataan, kamu telah tumbuh semakin kuat dari terakhir kali kita bertemu?

"Saya pulang deh," putus saya dan mendapatkan respon positif dari Eros, walau sebenarnya saya bukan ingin pulang untuk istirahat, tapi untuk menemui wanita yang sudah lama tidak saya jaga dari dekat itu.

Saya hanya ingin memastikannya baik-baik saja, hidup dengan bahagia, mencetak senyuman indahnya kembali diwajah cantiknya itu, dan berharap dia menutup lembaran luka lamanya. Setidaknya jika Ana mampu melakukannya, saya bisa lega juga untuk menjalankan tugas mulia saya sebagai penjaga bentangan air biru ini, mungkin saja dengan begitu kenangan buruk yang kami alami bisa sama-sama terkubur di kedalaman biru ini dan saya berhasil menepati janji saya pada Keanu.

Seperti yang sudah saya katakan pada Eros, saya pulang keesokan harinya, mengambil jatah libur yang ternyata sudah tertumpuk sampai tiga bulan lamanya. Senang rasanya menghirup udara perkotaan yang sudah lama tidak menyapa saya, soalnya yang biasanya saya hirup adalah udara bercampur amis laut yang justru membuat dada saya sesak.

OCEAN [SVT]Where stories live. Discover now