OCN17: Mati Lampu

2.6K 496 44
                                    

Keanu

Saya dan kloter relawan pertama untuk keliling kota sudah kembali sekitar pukul 6 sore. Semuanya segera membersihkan diri dan menyiapkan makan malam bagi yang bertugas.

Sekembalinya saya ke kantor saya untuk menulis laporan harian, saya mendapati obat pusing yang tadi dibelikan Zeline, memang sih tadi saya suruh Zeline yang pegang saat di perjalanan, ternyata dia malah taruh dimeja saya.

Saya duduk dikursi saya dan mulai menulis laporan, tapi ternyata listrik tiba-tiba mati. Saya menyalahkan lampu pijar yang memang ada dimeja dan melihat ke jendela, ternyata posko dan kantor tentara juga mati lampu.

Saya pun terpaksa menunda aktivitas menulis laporan saya dan keluar kantor saya dengan lampu pijar ditangan. Satu persatu tenda mulai terang ketika mereka menyalahkan lampu pijar yang memang sengaja disediakan.

"Om, makanannya belum jadi yah?" tanya Yeskiel sambil menarik-narik celana saya.

"Loh emang belum?" tanya saya bingung. "Om cek dulu yah, tunggu aja disini."

Saya masuk ke kantor tentara menuju bagian dapur, saya terkejut ketika beberapa tentara dan dokter relawan yang ditugaskan untuk memasak malah sedang duduk-duduk dilantai dan tidak melakukan apapun.

"Kalian nggak masak?"

"Lampu pijarnya sedang diambil Kapten," ujar Dino yang memang keseringan dapat tugas dapur.

"Siapa yang ambil?"

"Dokter Wira."

"Terus kenapa duduk-duduk disini? Memang nggak ada cara lain selain menunggu Dokter Wira? Senter kan ada dilaci dapur!" tegas saya dan membuat semua tentara langsung berlarian mencari senter.

"Kalian ada disini untuk memenuhi tugas negara, bukan untuk leha-leha di dapur. Paham?"

"Paham, Kapten!"

"Eh, Kapten. Ngapain?" tanya Dokter Wira yang berdiri dibelakang saya.

"Mau bantu buat masak makan malam," ujar saya masuk ke dapur dan mulai mencuci sayur-sayuran yang akan digunakan untuk memasak makan malam.

🌊

Saya membawa makan malam di lapangan dibantu dengan tentara dan dokter relawan yang bertuga bersama tadi. Anak-anak sudah nggak sabar dan mulai rusuh meminta makan.

Dengan cerdiknya, Dokter Wira meniup pluit yang entah dia dapat darimana lalu menyuruh anak-anak berbaris. Sepertinya saya paham kenapa Dokter Aleana bilang bahwa Wira ini hebat.

Anak-anak lalu mulai menyendok makan malam dan duduk dengan rapih, diikuti oleh para pengungsi lainnya serta para tenaga medis relawan dan tentara.

"Kapten," ujar Dino mendekat dengan raut wajah bersalah dan bibir yang dimanyunkan.

"Kapten," ujar Dino mendekat dengan raut wajah bersalah dan bibir yang dimanyunkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OCEAN [SVT]Where stories live. Discover now