OCN27: Pemilik Sah

2.4K 462 68
                                    

Gua menatap layar handphone gua dengan alis yang menukik dan perasaan yang dongkol. Gua tau bahwa gua nggak bisa mengharapkan sesuatu yang bahkan bukan di dalam kendali gua, tapi sekali aja ... sekali aja biarin gua liat chat WhatsApp gua ceklis dua atau malah lebih bagus lagi kalo ceklis dua biru. Tapi udah hampir tiga minggu ini, ceklisnya masih aja satu. Kesel banget.

Nggak usah ditanya gua spam chat siapa.

"Muka lu kenapa kaya lap basah gitu?" tanya Wira sambil meletakkan kotak susu diatas kepala gua yang segera gua ambil kasar dan menusuk sedotannya dengan sama kasarnya. "Belum dibales?"

"Udah yah cukup lu suruh-suruh gua spam chat dia segala macem, cukup. Udah nggak bakal dibales!"

"Susah sinyal, Na."

"Tiap hari aja susah sinyal! Usaha kek cari!!"

"Kok emosi? Naksir berat lu sama Kapten?"

"Diem!"

"Yuk nonton," ajak Wira yang langsung duduk disamping gua dan mulai menyalahkan TV, mencari siaran film yang bagus.

Hari ini hari Minggu, hari dimana gua bersantai. Bener-bener bersantai dari jadwal yang padat. Dan biasanya Wira suka nemenin gua bersantai di apartemen atau ngajak gua jalan kalo dia nggak sibuk hunting baju dan segala perintilannya yang selalu eye catching, atau kadang gua diajak buat nemenin dia hunting baju dan menjelajahi dunia kuliner.

"Game aja yuk? Mario?" tawar Wira karena nggak menemukan film yang sesuai seleranya. Percaya deh, Wira tuh selera film nggak ketebak, selain nggak ketebak, kadang suka action, kadang suka romance, kadang suka sci-fi, pokoknya suka-suka dia, yang penting dari selera filmnya Wira itu cuma sinopsisnya bisa memancing rasa penasarannya atau nggak. Makanya seorang Mahawira Ravindra jarang banget bisa ditemukan di jejeran kursi bioskop, kalo bukan Aleana Natalie Gavindra yang nyeret masuk.

Sambil bermain game Mario Bros, gua diam-diam masih memikirkan soal chat WhatsApp yang selama ini nggak kekirim itu. Masa iya sih selama tiga minggu ini dia sibuk mulu? Bahkan Lettu Juna aja udah balik tugas dari dua minggu lalu, tapi si Kapten sok sibuk itu belum selesai tugas juga? Ish sebel banget.

"Pelan-pelan dong gerakin joystick-nya," ujar Wira membuat gua sadar bahwa gua maininnya terlalu kasar. "Anjir emosinya sama siapa, malah joystick XBOX yang dikasarin."

"Diem ah!" ujar gua bete.

Masih asyik bermain, handphone gua berbunyi, yang jelas banget langsung gua liat tanpa memedulikan karakter gua yang udah mati karena kena rintangan ayunan api neraka. Tapi gua harus menelan kekesalan karena ternyata yang telpon adalah Yuna.

Duh, sia-sia deh nyawa Mario gua anjir.

"Apa?" jawab gua ketus.

"Yah, bukan Kapten yah?" ledek Wira yang segera gua cubit pinggangnya dan membuatnya mati karena kena cangkang kura-kura yang dia tendang. "Anaaaa!"

Gua menjulurkan lidah gua lalu mem-pause game tersebut. "Apa, Yun?"

"Lu harus berterima kasih sama gua."

"Kenapa?"

"Gua mau kasih tau lu sesuatu?"

"Nggak, makasih. Bye."

"EHHH ENTAR DULU ANJIR!"

"Berisik banget sumpah!" omel gua.

"Tau Dokter Oren nggak?"

Dahi gua mengerut. "Dokter bedah syaraf yang keponakan direktur rumah sakit?"

"Yap!"

"Kenapa?"

OCEAN [SVT]On viuen les histories. Descobreix ara