OCN23: Menetapkan Pilihan

2.4K 497 37
                                    

Keanu

Setibanya di posko pengungsian, saya dan Dokter Aleana segera turun dari jeep dan pergi ke lapangan yang ternyata sudah memulai acara makan malam.

"Habis ngapain hayooo," ujar Dika dengan nada sok tau dan tangan yang membentuk ceklis lalu ditempelkannya dibawah dagu. "Coba saya tebak."

"Ya udah, tebak aja," balas saya lalu menengok pada Dokter Aleana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya udah, tebak aja," balas saya lalu menengok pada Dokter Aleana. "Mau makan atau mandi dulu? Makan dulu aja yah? Nanti saya ambilin tolak angin sekalian."

"Saya aja yang ambilin tolak anginnya di medicube. Kapten makan dulu aja. Ini bajunya, Kapten, makasih," ujar Dokter Aleana sambil mengembalikan atasan saya.

"Dokter Ale," panggil saya membuatnya berbalik lagi dengan pandangan bingung. "Saya yang harusnya berterima kasih."

"Hm?" detik setelahnya Dokter Aleana tersenyum, "kita sama-sama berterima kasih aja, Kapten. Saya nggak bantu banyak kok, kan Kapten sendiri yang memutuskan untuk baikan sama laut."

Dokter Aleana berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya menuju ke medicube. Dari jauh saya memandangin punggung mungil yang ternyata sangat kuat itu, yang bahkan saya sebagai orang berpangkat Kapten saja kalah darinya.

"KAPTEN, KOK SENYUM SIHHHH?!!" saya tersentak kaget akibat teriakan Dika yang sudah berekspresi berlebihan.

"Astaga, Dokter Ana ngapain Kapten????" tanyanya sambil mengguncang-guncangan bahu saya. "Terus ini kenapa bajunya kayanya agak basah-basah gitu? Terus tadi atasannya kenapa dikasih ke Dokter Ana? Rambutnya Dokter Ana sama Kapten juga agak lepek! Kalian ngapainnnnn?!!!"

"Dika," panggil saya.

Dika menepuk bahu saya kencang dan mengangguk-angguk. "Gapapa, Kapten. Saya paham."

"Apanya yang paham?"

"Namanya pria, pasti kesepian kalo jomblonya kelamaan. Gapapa, Kapten, tapi Kapten harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab apanya?"

"Kalo sampe Dokter Ana hamil gimana? Itu kan anaknya Ka—"

Saya langsung menjitak kepala Dika kuat-kuat. "Dika, kamu jangan sampe saya hukum bersihin kamar mandi pakai sikat gigi yah."

"Salah yah saya, Kapten?"

"Masih tanya?" tanya saya datar.

"Terus kenapa—"

"Main di laut."

"Oh pantesan basah," ujar Dika sambil mengangguk-angguk, padahal tadi dia salah paham tapi sekarang malah sok mengerti.

Saya dan Dika lalu berjalan ke lapangan untuk makan malam. Dika mengambil lauk pauk lebih cepat dari saya dan bergabung dengan para tentara, sementara saya mengambil dua piring dan mengisinya dengan lauk pauk yang sama, hanya porsinya saja yang berbeda.

OCEAN [SVT]Where stories live. Discover now