10.

5.9K 625 21
                                    

          DORRR!

Dalam hitungan detik Chance sudah menarik pelatuknya, tepat pada sasaran.

DORRR! DORRR!!

Tak cukup sekali, Chance menarik pelatuknya hingga empat kali tanpa ada yang meleset. Kurang dari satu menit istana timur sudah dipenuhi oleh suara tembakkan dan darah segar yang tumpah akibat pistol milik Chance.

"Bedebah," umpat Chance rendah, menatap tiga kamera yang pecah serta seorang pria yang tumbang akibat tembakannya.

Tatapannya teralihkan kepada Elshava yang berdiri lima langkah di depannya, peluru yang Chance lepaskan baru saja melewati Elshava empat kali berturut-turut tetapi Elshava hanya memasang wajah yang datar, "Kau tidak terkejut?"

"Aku sudah tau apa yang ingin kau lakukan?" tebak Elshava mengusap telinganya yang sedikit berdengung. Seharusnya Chance mundur setidaknya tiga langkah lagi ketika ingin menembak.

Melihat Elshava yang begitu santai membuat Chance terheran, pria itu memang selalu terlihat tenang tetapi dalam posisi seperti ini seharusnya Elshava panik. "Kau sudah tau?"

"Gerak-gerikmu bisa dibaca dengan mudah." Gerakkan Chance saat mengeluarkan pistol memang cukup mulus tetapi Elshava bisa menyadarinya dengan mudah.

"Sialan, kau tau aku memiliki pistol?" Chance pikir ia sedang memberikan kejutan untuk Elshava, nyatanya ia sendiri yang terkejut.

"Pemberian Luigene, aku bahkan tau jika itu pistol milik kerajaan," sombong Elshava menatap karet hitam yang melingkar di paha atas Chance, "By the way, kau tampak cukup seksi dengan benda di pahamu."

Chance yang sadar jika dressnya masih tersingkap segera memperbaikinya dengan salah tingkah.

"Kau memang sialan! Kau tau semua ini tetapi kau tidak tau jika ada kamera dan orang asing yang bersembunyi di istana ini?"

Sejak awal ketika memasuki istana ini, perasaan Chance sudah mengganjal. Ia selalu merasa diawasi dan benar saja, ada tiga kamera tersembunyi yang baru saja ia tembak dan seorang pria asing.

Tidak ada yang boleh memasuki istana timur selain anggota kerajaan dan Walace, bahkan pelayan atau penjaga pria juga tidak boleh masuk ke dalam istana timur tanpa seizin Chance atau Elshava.

Dan mengenai kamera, bagaimana Chance bisa mengetahuinya? Ia sudah cukup lama menyadari kamera-kamera itu dan Chance yakin masih ada lebih dari tiga kamera yang tersembunyi di sini, entah siapa yang memasangnya dan apa tujuannya karena jelas itu bukan kamera keamanan.

"Sekarang aku tau," jawab Elshava santai, pria itu bahkan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

Chance kembali menyelipkan pistolnya. "Nyawaku hampir hilang jika menunggumu."

"Walace!" panggil Elshava dan dalam hitungan detik pria tua itu seperti biasanya, langsung menghampiri Elshava, "Ringkus mayat itu dan urus kepindahan calon putri mahkota ke istana barat."

Chance bisa melihat jika Walace sedikit terkejut melihat mayat yang dimaksud oleh Elshava tetapi pria itu segera menunduk. "Baik pangeran."

"Tempatkan calon putri mahkota tepat di sebelah kamarku."

"Aku tidak mau!" Penolakkan itu bukan keluar dari mulut Walace melainkan Chance yang secara terang-terangan menolak Elshava.

Selama ini Chance tinggal di istana yang terpisah dengan Elshava tetapi ia sering dibuat kesal oleh Elshava, apa lagi jika harus tinggal di sebelah kamar Elshava? Chance bisa gila.

Hidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang