16.

5.6K 606 40
                                    

          Setelah menghabisi nyawa seseorang, Elshava tidak merasa bersalah atau takut sedikit pun. Ia melangkah keluar dari ruang persenjataannya yang terdapat di dalam basement Istana Barat yang terhubung dengan ruang kerjanya dengan begitu santai. Jika orang lain melihat mungkin mereka tidak akan menyangka bahwa Elshava baru saja membunuh seseorang dengan cukup sadis.

Ia berjalan tanpa gentar menuju kamarnya seolah tidak terjadi apa pun sebelumnya. Ketika Elshava akan masuk ke dalam kamarnya, seseorang yang sangat ingin ia jadikan target selanjutnya dengan berani menghentikan Elshava.

"Kembalikan adikku, aku tau dia ada di dalam," ujar Nate lantang tanpa rasa takut, tak seperti biasanya, Nate si pengecut yang tak berani berbicara dengan nada tinggi kepada Elshava–hari ini justru berbicara dengan lantang mencekal Elshava.

"Walace! Kenapa ada orang asing yang masuk ke dalam istanaku?" Tanpa perlu repot menghiraukan Nate, Elshava menyuruh Walace untuk meringkus pria itu seperti meringkus serangga kecil.

"Elshava! Aku tau Margot di dalam!" Nate berontak tetapi tenaga Walace yang tua lebih kuat menahannya, "Jangan menyentuh adikku!"

Sebuah seringai bengis tercetak pada wajah Elshava, bukan karena melihat Nate yang memberontak melainkan mendengar pernyataan pria itu bahwa adiknya–Margot, berada di dalam kamar Elshava.

Elshava sendiri bahkan tidak tau jika Margot ada di dalam kamarnya sekarang. Dua kakak-beradik ini memang tidak tau malu. Jika saja Margot tidak sedang sakit mungkin Elshava akan langsung menyeret Margot keluar dan mematahkan kakinya tepat di hadapan Nate.

Tanpa menghiraukan Nate, ia segera masuk dan menutup pintu kamarnya. Benar saja, seorang perempuan berambut merah dengan perban melilit pada bagian bahu hingga lengannya sedang berbaring di atas ranjang Elshava yang sudah dibersihkan oleh pelayan setelah insiden tersebut.

"Kau mendengarnya? Kakakkmu menuduhku menyembunyikanmu," ucap Elshava berjalan mendekati Margot, "Kembalilah ke tempatmu Margot. Aku tidak akan mengusirmu karena kau sedang terluka, tetapi kau masuk ke dalam kamarku, bukankah itu lancang?"

Mendengar pengusiran itu tak lantas membuat Margot segera pergi. Ia hanya mematung seperti batu, menatap Elshava dengan tatapan memelas.

"Kau mau ke mana?" tanya Margot ketika Elshava membalik tubuhnya meninggalkannya yang tak kunjung beranjak dari ranjang Elshava. "Jangan tinggalkan aku lagi, jangan pergi ke tunanganmu."

Elshava mulai muak. Ia ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri sesuatu yang sudah berjalan sangat lama di antara dirinya dan Margot tetapi kerasnya perempuan itu membuatnya tak bisa menggunakan cara yang halus.

Menepis tangan Margot dan berbalik mencengkram rahang perempuan itu geram, "Margot, berhentilah, apa kau tidak mengerti juga? Aku hanya menggunakanmu, selama ini aku hanya memanfaatkanmu untuk kepuasan nafsuku. Tidakkah kau menyadari itu?"

"Aku tau," Mata Margot berair, bukan karena sakitnya cengkraman Elshava melainkan karena kebodohan dirinya yang sudah mengetahui semua itu tetapi tetap bertahan untuk Elshava, "Aku tau, kau hanya membutuhkanku untuk melayanimu, kau tidak mencintaiku aku mengerti tetapi aku mencintaimu Elshava! Bagaimana denganku? Aku mencintaimu..."

"Kau sepupuku Margot dan aku tidak mencintaimu." Menatap Margot dengan rendah. Sekali pun Margot menangis tak akan membuat perasaan Elshava berubah atau mengiba.

"Kita tidak memiliki hubungan darah Elshava, kau lupa? Aku bukan adik kandung Nate, kita bisa bersama."

"Aku tidak mencintaimu Margot, aku juga tidak menginginkanmu."

Hidden DesireWhere stories live. Discover now