49.

3.7K 421 74
                                    

Tepat di hadapannya Margot sudah memegang sebuah pisau yang dalam satu kedipan siap menembus leher perempuan itu dan Elshava yakin, Margot tak akan berpikir dua kali untuk mengayunkan pisaunya jika Elshava sampai salah bertindak atau mengambil keputusan.

"Margot, turunkan pisaumu," ujar Elshava was-was, berusaha mendekati Margot perlahan.

"Kau masih mempedulikanku?" tanya Margot dengan mata berlinang– perempuan itu siap untuk menangis, wajahnya tampak sangat miris.

"Aku tidak ingin kau merusak pesta dansaku, jangan bersikap kekanak-kanakan dan turunkan pisau itu."

"Apa kau akan menikah dengan Chance? Sebaiknya aku mati, atau kau bisa mati bersamaku, lebih baik jika kita mati bersama."

"Jangan konyol."

"Jika aku tidak bisa mendapatkanmu maka seharusnya Chance juga begitu!"

Elshava menggeram rendah, "Arnold bilang kau ingin berbicara denganku, kita tidak akan bisa bicara dengan pisau di tanganmu, turunkan pisau itu Margot."

Tak menggubris Elshava, perempuan itu justru semakin menempelkan pisau pada lehernya membuat sebuah bekas luka kecil pada leher perempuan itu.

"Tenangkan dirimu!" Dalam satu gerakkan Elshava melompat ke arah Margot dan menahan tangan perempuan itu– mencengkram pisau tersebut dengan tangannya hingga darah segar berlomba keluar dari telapak tanhannya. "Kau membahayakan dirimu sendiri!"

Tangan Elshava terluka tetapi ia tidak mempedulikannya, ia berhasil merebut pisau itu dari Margot.

Seketika Margot menangis, kakinya luruh terduduk di atas lantai kamar Elshava yang dingin.

Melihat bagaimana Margot menangis membuat Elshava tak habis pikir, ia sangat ingin memarahi perempuan itu tetapi ini bukan waktu yang tepat.

"Kenapa kau menggila seperti ini, Margot?"

Kepala Margot kembali terangkat, menatap pria yang ada di depannya. "Elshava, apa aku menyulitkanmu?" tanyanya tak menjawab pertanyaan Elshava barusan.

Tanpa berpikir dua kali atau takut menyinggung Margot, pria itu langsung mengangguk mantap. "Ya."

"Maaf jika selama ini aku sangat merepotkanmu."

"Jika kau tau bahwa kau merepotkan, jangan lakukan hal bodoh seperti ini!"

Elshava tak bisa menahan amarahnya lebih lama, Margot hampir mengacaukan segalanya.

"Seandainya aku adalah perempuan yang kau cintai, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengabaikanku sama seperti saat ini?"

Elshava menghela nafas kasar, melonggarkan dasinya yang terasa sangat mencekiknya.

Ia berusaha untuk tetap tenang meski rasanya ia tidak bisa melakukannya. Elshava harus bersikap tenang di depan Margot, ia sangat lelah akan perempuan itu tetapi ia tidak boleh gegabah.

"Margot, semua ini bukan sepenuhnya salahmu, aku juga bersalah. Bukan salahmu karena tidak bisa meluluhkanku, hanya saja bukan dirimu yang bisa membuatku luluh."

"Kenapa bukan aku? Apa kau tidak bisa memberikanku kesempatan?"

"Ada beberapa hal yang tidak akan ada artinya jika kau perjuangkan atau pertahankan dan hal itu adalah aku, sejak awal aku tidak pernah mencintaimu, aku hanya mengkasihanimu dan kau salah mengartikan perasaan itu."

Hidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang