09.

5.2K 575 9
                                    

Sejak pagi Chance sudah disibukkan dengan berbagai pelatihan yang sebenarnya tidak melelahkan tapi ia tidak suka menjalaninya, seperti membaca tumpukkan buku sejarah dan berlatih berdansa yang mana semua itu sudah Chance pelajari dulu.

Jangan ditanya apa Chance keberatan menjalani ini semua? Tentu, sangat. Tetapi ia sudah cukup muak untuk berhadapan dengan Elshava dan mendengar ocehan pria itu.

Perasaan resah dan gelisah terus mengiringi Chance, semua ini bukan karena ia tidak bertemu dengan Elshava seharian atau karena pelatihan-pelatihan yang ia jalankan melainkan sejak awal ia datang ke sini Chance selalu merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang, seolah ada sepasang mata yang memang sedang mengikutinya ke mana pun ia pergi dan apa pun yang ia lakukan.

Chance mengusap tengkuknya yang meremang dengan sebelah tangan menggenggam tiga rantai kalung besar milik peliharaannya. "Gio, Obe, Evo aku rasa istana ini berhantu."

Obe, salah satu harimau milik Chance mengaum rendah dan menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Chance waspda dan meraih pistol yang selalu ia selipkan di pahanya. Itu adalah pistol pemberian Luigene, pamannya.

Pamannya memberikan pistol itu secara diam-diam agar Chance bisa menyimpannya sebagai senjata pertahanan diri.

Belum sempat Chance mengeluarkan pistolnya, seseorang lebih dulu memanggilnya, "Lady Chanelyn."

Chance berbalik dan mendapati perempuan berambut merah yang terlihat anggun dengan lipstik merahnya. Entah siapa perempuan itu, Chance tidak pernah melihatnya.

Apa mungkin seorang pelayan? Chance rasa bu–

"Perkenalkan aku Margot Haictller, adiknya Nate Haictller." Seolah bisa menebak isi pikiran Chance, perempuan itu langsung memperkenalkan dirinya disusul dengan uluran tangan.

"Oh?" Chance merapikan dressnya kemudian tersenyum kecil tanpa menjabat uluran tangan Margot, "Aku tau jika Nate memiliki adik tetapi aku baru tau jika kau adiknya."

Margot tetap tersenyum dan kembali menarik uluran tangannya. "Apa Anda sedang mencari sesuatu, lady?"

Sejak tadi Margot memang memperhatikan gerak-gerik Chance, sebelum akhirnya Margot memberanikan diri untuk menemui perempuan itu. Sebenarnya tujuan Margot ke istana timur memang ingin bertemu dengan Chance, selain mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya.

Chance tidak mungkin mengatakan kepada Margot bahwa ia merasa jika sedang diawasi, Margot mungkin berpikir bahwa Chance gila.

Oleh karena itu Chance dengan cepat memutar otaknya dan memanfaatkan cincinnya yang baru saja hilang tadi pagi. "Ya, aku sedang mencari cincin sialan dengan batu berwarna aquamarine di atasnya."

"Ah! Maksud Anda cincin pertunangan Anda?"

"Hm," gumam Chance pura-pura sibuk mencari cincinnya, sebenarnya ia tidak peduli jika cincin itu hilang lagi pula ia yakin jika Elshava bisa membeli cincin yang persis untuknya.

"Apa saya perlu membantu Anda untuk mencarinya?" tawar Margot yang dibalas gelengan oleh Chance.

"Tidak, biarkan saja aku akan mencarinya sendiri, terima kasih."

Chance memang tidak ingin mencarinya dan ia ingin Margot segera pergi dari hadapannya, Chance kurang suka bertemu dengan orang baru.

Margot kembali tersenyum, kali ini membungkukkan sedikit badannya sebagai bentuk rasa hormat. "Baik lady, saya permisi."

Senyum Margot perlahan berubah menjadi seringai tatkala langkahnya bergerak menjauhi Chance, perempuan itu membuka kepalan tangannya terdapat sebuah cincin dengan permata aquamarine di atasnya.

Hidden DesireWhere stories live. Discover now