39.

4K 485 27
                                    

Ayunan pisau milik Elshava bisa saja sudah menembus leher Walace jika saja saat itu Chance tidak menahan pria itu. "Apa yang kau lakukan?" Suara Chance terdengar sedikit terkejut.

Berbanding terbalik dengan Chance, Elshava justru tampak tenang seolah ia akan membunuh seekor semut yang baru saja menggigitnya. "Menghukum pengkhianat yang sudah menyakti tunanganku."

"Apa dia yang mengatakannya sendiri bahwa dia sudah mengkhianatimu? Kau akan membunuhnya tanpa mendengar penjelasannya lebih dulu?"

"Kau berpihak kepadanya?" tanya Elshava masih bersikeras tak ingin menurunkan pisaunya.

Di tengah perdebatan itu, Walace justru membungkukkan tubuhnya dan berseru, "Saya pantas mendapatkan hukuman, saya sudah berbohong kepada Anda, pangeran."

Mendengar itu Chance segera merebut pisau milik Elshava dan membalas perkataan Walace, "Walace, berdirilah, tidak ada yang akan dihukum."

"Jika kau tidak berkhianat kenapa kau berbohong kepadaku? Kenapa tidak mengatakan hal yang sebenarnya kepadaku?" timpal Elshava.

Chance melangkah mendekat, menarik Walace dan membantu pria itu untuk berdiri. "Sudah berapa lama kau mengenal Walace, Elshava? Dia bungkam dan membuat banyak alibi karena aku yang menyuruhnya."

"Apa maksudnya?"

Sejujurnya Chance tak berpikir jika ia harus memberitahu Elshava sekarang tetapi melihat situasi saat ini, ia tidak memiliki pilihan lain selain menceritakan semuanya.

Berawal dari gumpalan kertas yang Chance dapatkan saat sedang melihat gaun pengantinnya, saat itu Chance segera memberitahu Walace dan menyuruh pria itu untuk mengecheck CCTV.

Sayangnya tidak ada CCTV yang mengarah langsung ke ruangan itu, sang pelempar seolah mengetahui denah ruangan itu dengan sangat baik.

Memang sedikit mencurigakan tetapi ia juga tidak bisa menghilangkan kesempatan yang ada. Oleh sebab itu berdasarkan rencana kecil yang sudah ia diskusikan bersama Walace, Chance memutuskan untuk pergi sesuai dengan petunjuk kertas tersebut.

Saat itu Walace memaksa untuk ikut tetapi Chance melarangnya dan memberikan solusi lain, ia menyuruh Walace untuk membelikannya ponsel baru dan akan mengirimkan lokasi keberadaan Chance. Dengan begitu Walace bisa menyusul untuk memantaunya dari jauh.

Saat itu tanpa sepengetahuan Elshava, Walace pergi menyusul Chance, sayangnya ia tidak mendapati siapa pun di sana selain beberapa bercak darah di tengah tumpukkan barel minyak.

Melihat itu semua Walace kembali melacak lokasi Chance dan menemukan perempuan itu dalam keadaan setengah sadar di dalam mobilnya sendiri, terparkir di pada pinggir jalan menuju kota.

Awalnya Walace berniat untuk membawa Chance ke rumah sakit terdekat tetapi akhirnya ia memutuskan untuk membawa Chance pulang dan membiarkan Elshava merawatnya.

Walace sengaja meninggalkan Chance di depan gerbang Istana Timur agar penjaga dengan cepat menyadarinya.

Alasan mengapa Walace tidak langsung membawanya secara pribadi adalah Chance sendiri yang memintanya untuk tidak terlibat lebih jauh. Saat itu Walace juga segera membersihkan mobil milik Chance dan mencari beberapa bukti lain yang mungkin bisa ia temukan.

Sayangnya Walace tak bisa menemukan apa pun selain amplop putih yang berada di mobil Chance, ia tidak membukanya dan berencana untuk memberikannya langsung kepada Chance.

Semua itu Walace lakukan tanpa sepengetahuan Elshava. Meski seharusnya Walace memberitahu Elshava yang sebenarnya dan tidak beraksi sendirian seperti pahlawan kesiangan tetapi ia dan Chance tidak ingin Elshava terlibat masalah lebih jauh.

Hidden DesireWhere stories live. Discover now