45

3.6K 445 74
                                    

          Perempuan itu membawa tangan milik Elshava ke atas perutnya yang terhalang dengan gaun pengantin.

Untuk beberapa saat Elshava terdiam, mencerna perkataan Margot sebelum kembali menarik tangannya. "Ini tidak lucu Margot, berhentilah bermain-main," terang Elshava dengan raut penuh tanda tanya bercampur amarah.

"Elshava," panggil Margot lembut sembari mendekat ke arah Elshava, "Aku hamil."

"Don't play dumb with me."

"Aku sedang mengandung darah dagingmu, pewarismu, bayimu. Kelak dia akan–"

"You're not acting like crazy, are you?" Elshava tertawa rendah, melayangkan tatapannya pada perut Margot, "Sudah lama aku tak menyentuhmu, kita bahkan tidak pernah melakukan kontak fisik apa pun."

"Aku tau kau tidak akan mempercayaiku," ujar Margot menyerahkan selembar kertas kepada pria itu,  "Lihatlah, lihat! Aku tidak berbohong..."

Tangan Elshava tak sekokoh sebelumnya, tangan itu bergetar kecil begitu matanya menyadari bahwa kertas yang Margot berikan adalah hasil lab milik Margot yang menyatakan bahwa perempuan itu tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak tiga bulan.

Tidak.

Ini tidak bisa terjadi.

"Kau akan menjadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu, kita akan menjadi orangtua yang baik–"

"Shut up Margot!" Elshava kembali menghempas tangan Margot yang berusaha untuk menyentuhnya.

"Apa kau tega meninggalkan kami untuk tunangan sialanmu itu Elshava!"

"Enough! I said enough!" bentak Elshava meremas kertas hasil lab tersebut dengan kesal, "Jangan melibatkan tunanganku ke dalam masalah ini."

Seolah tak terpengaruh dengan peringatan Elshava, perempuan itu kembali berusaha mendekati Elshava, kali ini matanya tampak berair. "Apa kau akan meninggalkan darah dagingmu sendiri?"

Suara Margot yang terdengar sumbang membuat Elshava menyadari responnya, seharusnya ia tidak membentak Margot dan bisa bersikap lebih dewasa menghadapi ini.

Mata Elshava terpejam rapat berusaha mengumpulkan kesabarannya yang tersisa, ia harus bersikap tenang meski sebenarnya hatinya gelisah tak menentu.

Perkataan dan segala tindakan Margot jelas mengusiknya.

"Berikan aku waktu untuk berpikir. Kembali ke tempatmu dan jangan beritahu masalah ini kepada siapa pun."

"Kau harus memberitahu Chance dan segera membatalkan pertunanganmu, pernikahanmu dan segalanya."

"What gives you the right to talk to me that way? Who do you think you are?" Suara Elshava terdengar mengintimidasi, "Itu adalah urusanku, kau tak berhak mengaturku. Aku bilang kembali ke tempatmu dan jangan memberitahu masalah ini kepada siapa pun."

Margot bergerak mundur perlahan dan Elshava pikir ia berhasil membuat Margot menurut, nyatanya Margot justru tersenyum tipis– senyum yang begitu Elshava benci.

Ia jelas sangat mengenali senyum Margot yang telah lama tak pernah tercetak di wajah perempuan itu dan kali ini...

"Margot," panggil Elshava dengan rendah menahan geram berusaha menyadarkan perempuan itu. "Apa kau masih mengkonsumsi obat-obatanmu?"

"Kenapa? Jika kau tidak bisa melakukannya maka aku yang akan melakukannya, Elshava."

"Kau ingin menghancurkanku?"

Mendengar itu senyum Margot perlahan pudar. "Aku mencintaimu Elshava," lirihnya pilu.

"Kalau begitu shut your fucking mouth, biar aku yang memikirkannya."

Hidden DesireDove le storie prendono vita. Scoprilo ora