32.

4.9K 593 76
                                    

Satu minggu yang lalu.

"Ini salahku..." Arlington tertunduk lesu setelah kepergian Chance. Putrinya tadi dengan wajah yang sedikit marah dan kecewa. "Semua yang terjadi pada anak-anakku, pertama Arve, Real dan sekarang Chance. Aku ayah yang buruk, aku sudah gagal menjadi seorang ayah."

"Hubby, kau tak pernah gagal menjadi seorang ayah maupun suami, kau yang terbaik," Abbey segera memeluk suaminya itu. "Apa pun yang terjadi pada anak-anak kita itu bukan salahmu. Kau hanya berusaha melindungi mereka dan sisanya mereka sendiri yang harus menghadapinya."

Abbey tau jika suaminya ini sangat menyayangi anak-anak mereka terutama Chance, putri semata wayang mereka. Kehidupan mereka yang selalu tampak bahagia nyatanya tak lepas dari berbagai masalah.

"Tugas kita sebagai orangtua hanya bisa membimbing mereka, semua yang kau lakukan sudah lebih dari cukup," jeda Abbey mengusap kepala suaminya berusaha menenangkan. "Arve, Real maupun Chance hidup berdasarkan keputusan mereka sendiri."

"Sekarang Chance sudah besar, dia bukan lagi anak kecil yang harus kita lindungi. Dia sudah bertunangan dan akan segera menikah. Elshava adalah pria yang baik, biarkan dia mengetahuinya."

Tanpa sadar Arlington menangis dalam pelukkan istrinya, meski rambutnya sudah memutih dan kerutan halus sudah mulai menghiasi wajahnya ia tetap akan sesensitif ini ketika membicarakan putri semata wayangnya.

Seberapa keras Arlington mencoba, nyatanya Arlington tidak bisa menyembunyikan ini untuk selamanya, ketika saat itu Elshava datang untuk melamar putrinya seharusnya Arlington mengatakannya kepada Chance lebih awal.

"Kau benar," ujar Arlington jatuh ke dalam pelukkan istrinya. "Tapi, apa benar Chance akan menikah?"

"Hubby, dia sudah berusia 26 tahun, apa kau akan melarangnya untuk menikah? Seperti saat kau melarangnya untuk menginap dulu atau seperti saat kau melarangnya untuk makan permen karena dia terlalu banyak makan permen?"

"Tidak, tidak, aku tidak segila itu," jeda Arlington dengan wajah yang terlihat bingung, "Masalahnya, apa dia mau menikah? Dia tidak seperti kakak-kakaknya yang gila wanita. Kau dan aku mengenal putri kita dengan sangat baik."

Sejujurnya Abbey juga tampak ragu terutama ketika ia mendengar perkataan suaminya tetapi ia lebih memilih untuk mengedikkan bahunya dan berkata, "Serahkan semuanya pada Elshava."

Entah bagaimana akhirnya Elshava berhasil membawa tubuh Chance ke atas tempat tidur yang berada di rumah pohon dan menempatkan perempuan itu tepat di bawahnya, di dalam kungkungannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah bagaimana akhirnya Elshava berhasil membawa tubuh Chance ke atas tempat tidur yang berada di rumah pohon dan menempatkan perempuan itu tepat di bawahnya, di dalam kungkungannya.

Kedua bibir mereka yang memangut seolah tak bisa berhenti untuk saling memangut, hanya terdengar suara hembusan nafas tersengal dan erangan pelan yang memecah keheningan malam mereka. Fairy light kecil yang sebelumnya Chance pasang hanya membuat suasana di sana terasa semakin intim.

Hidden DesireWhere stories live. Discover now