28.

4.4K 502 61
                                    

          "Kau tidak boleh memeluk pria lain seperti itu di hadapan tunanganmu," sergah Elshava mencekal pergelangan tunangannya sembari menatap perempuan itu dalam dengan sorot amarah. "Tidak," gelengnya pelan kemudian menegaskan, "Di belakang tunanganmu pun tidak boleh."

Chance yang baru saja ingin masuk ke dalam kamarnya pun terlihat heran melihat tingkah Elshava yang sangat aneh. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa maksudmu memeluk Marc seperti itu?"

Oh, jadi semua tingkah aneh dan konyol Elshava ini karena Marc. Hanya karena Marc, pria itu bertingkah berlebihan.

"Elshava lebih baik kita membahas apa pun yang ingin kau perdebatkan besok, aku benar-benar lelah dan ingin beristirahat."

Chance berusaha melepas tangan Elshava agar ia bisa masuk ke dalam kamar karena ia sangat lelah bahkan bahunya sudah terasa sangat sakit. Sejak tadi ia berusaha untuk menenangkan Marc dan memastikan jika pria itu baik-baik saja, untuk itu Chance tidak memiliki waktu lagi untuk berdebat dengan Elshava atau meladeni pria itu.

"Apa kau memeluk semua pria seperti itu?" pertanyaan Elshava membuat langkah Chance terhenti tepat di depan pintu.

"Apa kau juga membisikkan kata-kata yang manis kepada Marc?" tanyanya lagi, kali ini Chance membalikkan tubuhnya menatap Elshava.

Diamnya Chance membuat Elshava melayangkan kembali pertanyaan yang diselimuti oleh rasa cemburunya, "Apa kau juga memakai kemeja milik Marc, iya?"

"Apa yang kau bicarakan?" Chance tertawa meremehkan, perkataan Elshava mulai terdengar tak masuk akal tetapi ia masih berusaha untuk bersabar. "Sudah aku bilang, aku lelah, besok kita akan membahas ini Elshava."

Chance tak bermaksud untuk memperpanjang masalah ini karena ia berpikir jika Elshava akan mengerti tetapi belum sempat ia membalik tubuhnya, pria itu kembali melayangkan pertanyaan yang membuat Chance terkejut bukan main, ia tak menyangka jika pertanyaan seperti itu akan keluar dari mulut Elshava.

"Apa kau tidak bisa, tidak bersikap murahan?" Sorot mata Elshava menatap Chance dingin dan rendah seperti saat pria itu menatap para pelayan di istananya.

Sorot mata yang jelas sangat Chance benci, pria itu menatap Chance seperti itu saat pertama kali mereka bertemu.

"Murahan?" Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir Chance sembari berjalan mendekat memastikan jika Elshava sendiri yang mengatakan hal itu barusan.

Chance sempat berpikir jika ia salah mendengar karena Elshava tak pernah seperti itu kepadanya. Hingga akhirnya apa yang pria itu katakan selanjutnya sukses membuat darah Chance mendidih dan ingin melayangkan bogem mentah ke arah pria itu.

"Ya! Berhentilah bersikap murahan! Bertingkahlah sebagaimana seharusnya kau bertingkah!" sentak Elshava dengan nada suara yang sedikit meninggi. "Aku melonggarkan semua peraturan untukmu bukan berarti kau bisa seenaknya memeluk pria lain di depan tunanganmu sendiri. Kau perempuan yang sudah bertunangan, kau harus menghargai tunanganmu," terlihat urat yang tercetak pada leher pria itu seolah ia sangat berapi-api sebelum Elshava kembali menegaskan, "Aku calon suamimu."

"Enough!" sergah Chance setengah berteriak, kali ini kesabarannya benar-benar habis melihat sikap Elshava yang tak pernah ia lihat sebelumnya. "Elshava, kau memang tunanganku, hanya untuk sementara tetapi kau bukan kekasihku atau semacamnya jadi berhentilah bertingkah seolah aku adalah kekasihmu!"

Elshava hanya diam seolah memberikan Chance waktu untuk meluapkan kekesalannya. Kalimat yang dilontarkan saat sedang dalam keadaan panas adalah kata-kata yang berasal dari hati sang empu, oleh sebab itu ia ingin mendengar sendiri isi hati tunangannya.

Hidden DesireWhere stories live. Discover now