30.

4.5K 577 45
                                    

"Yang Mulia," panggil Chance kepada Arthur setelah kepergian Romeo dan Elshava. Ia memutuskan untuk tetap di sana menunggu semua orang pergi agar Chance bisa berbicara dengan Arthur.

Arthur melayangkan tatapannya ke arah Chance yang masih memakai gaun panjang berwarna putih, memperhatikan perempuan itu dari ujung kepala hingga ujung kaki kemudian bertanya, "Ada apa Lady?"

"Bisa kita bicara sebentar?" Chance mendekat ke arah Arthur sembari mengangkat gaunnya.

"Kau tak ingin mengganti pakaianmu lebih dulu? Mungkin saja kau tidak nyaman dengan pakaian itu," tawar Arthur begitu melihat Chance yang sedikit kesulitan tetapi tawarannya justru dibalas dengan gelengan pelan oleh Chance.

"Baiklah," Arthur mengangguk kemudian beralih menatap asisten pribadinya. "Aku ingin berbicara dengan calon menantuku, yang lain bisa menunggu bukan?"

Mendengar itu Chance pun jadi sedikit tak enak hati karena sudah menganggu jadwal Arthur. "Apa Yang Mulia sedang sibuk? Kita bisa bicara di lain waktu–"

"Tidak, ikut aku," potong Arthur seraya beranjak pergi dari sana tetapi belum sampai tiga langkah, pria itu kembali berbalik dan membantu Chance mengangkat gaunnya karena Chance tampak sedikit kesulitan.

"Bagaimana dengan keadaanmu?" tanya Arthur setelah memastikan Chance sudah duduk dengan nyaman. Pria itu membawa Chance ke taman belakang Istana Utama yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya.

Chance yang semula terpukau pada taman Istana Utama pun menjadi tak fokus dan berdehem kecil. "Pardon?"

"Aku sudah mendengar semuanya lady, aku meminta maaf atas apa yang sudah terjadi kepadamu," jeda Arthur mengulas senyum tipis, "Kami akan segera menyelidiki kasus ini dan memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku."

Dengan cepat Chance menggeleng, "Bukan itu yang ingin aku bicarakan tapi terima kasih Yang Mulia."

"Lalu? Apa ada yang menganggumu?"

"Ini tentang Elshava, Anda dan Bibi Madeline," ujar Chance langsung dalam satu tarikkan nafas. Seperkian detik kemudian Chance menunduk tak enak hati atas kelancangannya, "Maaf sebelumnya jika aku lancang."

Chance berpikir mungkin Arthur akan marah atau tersinggung atas ucapannya tetapi pria itu justru mengukir senyum tipis pada wajahnya. "Apa Elshava yang mengatakannya sendiri kepadamu?"

"Dia tidak pernah mengatakan hal yang buruk tentang Anda, aku menemukannya sendiri."

"Paman," panggil Chance lagi ketika Arthur hanya bergeming menatap kosong. "Anda adalah teman ayahku dan ayah dari tunanganku. Aku tidak berhak mencampuri urusanmu tetapi ini menyangkut Elshava."

Arthur yang terlihat mulai tertarik dengan pembicaraan ini pun menoleh ke arah Chance, menatap perempuan itu dalam seolah menunggu kelanjutan dari apa yang ingin perempuan itu sampaikan.

"Aku tidak tau apa yang terjadi dalam rumah tanggamu dan ya berumah tangga bukanlah hal yang mudah tetapi ini semua menyangkut dan berpengaruh pada Elshava."

"Ibuku pernah berkata, if the father doesn't love the mother then the child's heart will be broken, tak peduli berapa umur anak tersebut, jika ibunya tidak dicintai maka itu akan menjadi penyebab penderitaan dan menjadi patah hati pertamanya."

"Elshava begitu dingin dan kaku, aku tidak tau apa yang terjadi atau apa yang salah dengan Elshava tetapi mungkin ini juga salah satu penyebabnya," jeda Chance tak gentar, "Paman harus segera berbicara dengan Bibi Victoria dan Elshava."

Beginilah Chance, ia memang kasar dan terlihat sangat cuek tetapi ia sangat peduli terhadap lingkungan dan orang di sekitarnya. Dan tentang Elshava, bagaimana pun juga pria itu adalah tunangannya, untuk sekarang.

Hidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang