50.

4.1K 475 32
                                    

Dua jam yang lalu.

"E-Elshava..." panggil Chance lirih, perempuan itu tampak sedikit terkejut dengan tangan memegang sebuah pisau berlumuran darah. "To-Tolong..."

Perempuan itu menatap Elshava dan Margot yang sudah tak sadarkan diri secara bergantian seolah meminta pertolongan karena suaranya tercekat.

Elshava yang saat itu sama terkejutnya pun mematung untuk beberapa saat hingga akhirnya ia tersadar ketika para pelayan sudah berkerumunan di depan kamar Elshava.

Semua pelayan tampak terkejut, beberapa berteriak histeris, berlari meminta pertolongan dan tak sedikit yang mematung seperti Elshava. Beberapa di antaranya bahkan menatap Chance dengan ngeri.

"Chanelyn!" Saat itu juga Elshava menerobos masuk, pria itu berlutut di hadapan Chance dan segera memeluk perempuan itu dengan erat. "Pelayan, panggilkan Dokter Arnold!"

"Elshava aku... a-aku tidak–"

"Shutttttt," Elshava menarik kepala Chance pelan, mendekapnya agar ia tidak melihat ke arah tubuh Margot yang terbaring kaku. "Jangan katakan apa pun, letakkan pisau itu dan aku akan membawamu pergi dari sini."

Pria itu segera membawa tubuh Chance dalam gendongannya, tak peduli jika darah yang ada pada tangan Chance mengotori kemeja serta jasnya.

Elshava bisa merasakan tubuh Chance yang sangat dingin ketika kulit mereka bersentuhan, jelas jika perempuan itu sangat terkejut atas apa yang terjadi.

Pria itu membawa Chance kembali ke dalam kamarnya, mendudukkan Chance di atas ranjang dan segera mencari handuk untuk membasuh noda darah yang menempel pada tangan serta wajah Chance.

Selagi Elshava berusaha membersihkan noda darah pada tubuh Chance, perempuan itu terus memperhatikan tangannya dengan tatapan yang kosong.

"Chanelyn," panggil Elshava menggenggam tangan perempuan itu menyadari jika tubuhnya bergetar hebat. "Hey... kau percaya kepadaku?"

Mendengar itu Chance tampak tersadar dari lamunannya, ia menatap Elshava dengan menahan isak tangisnya sendiri. "Margot... dia..."

"It's okay! Arnold bisa mengatasinya." Genggaman tangan Elshava semakin kuat, pria itu tersenyum kecil berusaha untuk menenangkan Chance.

"Kau harus pergi Elshava."

"Tidak, aku tidak bisa," tolak Elshava, pria itu kembali membersihkan noda darah pada tangan Chance. "Apa kau terluka?"

"Elshava kau harus pergi! Pastikan jika Margot hidup dan baik-baik saja!"

"Aku tidak akan pergi!"

"Aku mohon pergilah, pastikan Margot hidup..."

"Chanelyn," panggil Elshava lagi berusaha menyadarkan perempuan itu.

Ia tak tau apa yang terjadi sebelumnya, bagaimana kronologinya tetapi jelas Chance tampak sangat shock dengan insiden ini dan itu membuat hati Elshava terasa sangat sakit.

Perempuan tangguh yang ia kenal, hari ini tampak begitu rapuh dan penuh ketakutan.

Mata yang selalu menyorot tajam dengan ketegasan, hari ini terlihat sangat kosong dan menyedihkan.

Ia tak pernah melihat Chance seperti ini dan itu sangat menyakitkan.

"Aku tidak melakukan apa pun, dia sudah dalam keadaan seperti itu ketika aku datang... aku mohon pergilah..."

"Shit!" umpat Elshava memeluk Chance erat, tak sanggup melihat wajah perempuan itu lebih lama. "Aku akan segera kembali, jangan khawatir aku pasti akan selalu melindungimu."

Hidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang