46.

3.3K 414 26
                                    

          "Anda tak akan mengantarnya? Ketimbang hanya melihat dari kejauhan kenapa tidak menghampirinya?" Sebuah suara dengan lancang menginterupsi lamunan Elshava yang terlihat sedang memperhatikan tunangannya dari kejauhan.

Pria itu tak memiliki wajah dan keberanian sebesar itu untuk menemui dan mengantar Chance. Ia seperti tikus got yang kini hanya bisa bersembunyi, mengintip perempuaj itu dari kejauhan– Elshava terlalu pengecut dan ia mengakuinya.

"Aku terlalu malu untuk menemuinya," jawab Elshava santai mengalihkan pandangannya ketika sudah memastikan Walace telah menghampiri tunangannya itu.

"Dosa apa lagi yang Anda lakukan?" tanya Arnold, pria yang menginterupsinya sebelumnya.

"Tak perlu berbicara dengan formal, Arnold, tak ada siapa pun di sini." Sejujurnya Elshava sedikit risih ketika harus mendengar dokter pribadinya itu selalu berbicara formal kepadanya tetapi Arnold yang keras kepala selalu menolak untuk berbicara dengan santai dan lebih memilih berbicara dengan formal jika ada orang selain mereka berdua.

Arnold tampak menghela nafas kecil, ini bukan saatnya untuk berdebat atau menentang Elshava. "Ada apa kau memanggilku? Kau tidak terluka lagi bukan?"

Alih-alih menjawab, Elshava berjalan melewati Arnold. Pria itu berjalan ke arah belakang Istana Timur– tempat di mana peliharaan tunangannya berada dan kali ini halaman luas yang dibatasi oleh lapisan kaca tebal itu tampak kosong tak ada kehidupan di dalamnya.

Chance benar-benar membawa peliharaannya pergi, artinya perempuan itu akan pergi untuk waktu yang lama... mungkin sampai tanggal pernikahan mereka? Entahlah.

Kepergian Chance membuat Elshava terasa begitu hampa dan kosong, belum ada satu hari bahkan perempuan itu masih berada di pintu utama tetapi barang-barang pribadi milik perempuan itu yang hilang membuat Elshava juga merasa kehilangan.

Ia terbiasa dengan kehadiran perempuan itu, ia terbiasa dengan aroma dan suara perempuan itu. Dengan ini, baginya Istana Timur seperti istana tak berpenghuni yang terbengkalai.

Dengan tak bersemangat dan sedikit waspada Elshava mengeluarkan gumpalan kertas seperti sampah dari dalam saku jasnya, kemudian memberikannya kepada Arnold.

"Apa ini?" heran Arnold ketika Elshava memberikannya sebuah kertas seperti sampah.

"Buka saja."

Tak melemparkan pertanyaan lebih lanjut, dokter muda itu langsung membuka gumpalan kertas tersebut dan membacanya dengan seksama.

Terdapat gurat halus pada dahi Arnold, dari ekspresi pria itu tampak ia sedikit terkejut bercampur heran.

"Margot hamil?" Arnold berusaha untuk tidak terkejut tetapi wajahnya jelas tak bisa berbohong. "Kau dalam masalah besar, Elshava."

"Aku butuh bantuanmu."

"Jangan bilang kau ingin aku menggugurkan kandungan Margot?"

Elshava menoleh ke arah Arnold, matanya menatap pria itu dengan tajam.

Elshava bukan pria seperti itu, jika memang Margot mengandung darah dagingnya maka Elshava akan melindunginya dari apa pun bahkan ia akan melindungi anak itu dengan taruhan nyawanya sendiri karena anak itu jelas tak bersalah atas kesalahan yang telah mereka lakukan.

Hanya saja...

"Sejujurnya aku tidak yakin jika Margot mengandung anakku."

"Maksudmu Margot berselingkuh dan mengandung anak pria lain?" Suara Arnold meninggi.

"Maksudku, aku tidak yakin jika Margot sedang mengandung."

"Kau berpikir jika Margot berpura-pura melakukan ini?"

Hidden DesireWhere stories live. Discover now