06.

6.2K 630 6
                                    

          Ini adalah hari pertama Chance tidur dan terbangun di istana timur, jangan ditanya apa ia tidur dengan nyenyak atau tidak karena Chance bisa tidur di mana saja, sejak kecil ia memang paling mudah terlelap di antara kedua saudara kembarnya.

Chance keluar dari kamarnya menggunakan lingerie dress berwarna salem yang dilapisi oleh bathrobe satin berwarna senada. Inilah baju yang selalu ia kenakan untuk tidur di rumah jadi tidak ada yang boleh melarangnya untuk ia pakai di sini.

Baru saja Chance keluar dari kamarnya, dahinya sudah berkerut heran bercampur tak suka melihat koridor di depan kamarnya dipenuhi oleh bunga mawar segar yang tersusun rapi di dalam bucket.

Entah dari mana asalnya tetapi jumlah bunga itu sangat banyak bahkan memenuhi koridor. Tanpa harus menghitung pun Chance tau jika jumlahnya melebihi seribu tangkai.

Bukannya terharu, Chance lebih kesal melihat bunga-bunga itu, terbukti ketika ia menendang salah satu bucket dan meraih sebucket mawar dengan kasar.

Hanya ada satu nama yang sekarang hinggap di benak Chance, siapa lagi jika bukan Elshava? Pria gila mana yang akan melakukan ini jika bukan Elshava?

Entah apa tujuan pria itu tetapi menurut Chance ini adalah upaya penghamburan uang.

"Pria gila itu, dia pikir aku sudah mati? Menempatkan ribuan mawar di depan kamarku, sinting!" cibirnya sambil berjalan menerobos hamparan mawar yang menutupi jalannya.

"Lady," sapa seorang pelayan yang tak sengaja berpapasan dengan Chance. Pelayan itu sedikit terkejut melihat pakaian Chance tetapi kemudian dengan cepat menunduk dan pergi dari sana.

"Tunggu," tahan Chance kala pelayan itu akan pergi, "Di mana si pria gila itu?"

"P-pria gi-gila?" Pelayan muda itu tampak sedikit heran bercampur takut karena kembali mempertanyakan Chance tetapi ia tidak mengerti siapa yang Chance maksud.

"Ah ya, maksudku pangeran bedebah itu," terang Chance tanpa menyebutkan nama spesifik.

Pelayan itu kembali terkejut, mengerti siapa yang dimaksud oleh Chance. Ia sedikit tidak tercengang karena Chance berani memanggil Elshava dengan kasar tetapi berusaha untuk tidak menunjukkan keterkejutannya. "M-maksud Anda, Pangeran Elshava? Pangeran ada di istana barat, lady."

Chance membuang nafas berat sembari mengayunkan bucket bunga yang ia pegang ke atas bahunya. "Berapa banyak istana yang kalian miliki? Antarkan aku ke hadapan wajahnya."

"Silahkan ikuti saya, lady."

Pelayan tadi mengantar Chance ke istana barat tempat di mana Elshava berada, tempatnya tidak terlalu jauh tetapi tidak dekat juga.

Setibanya di istana barat yang terlihat lebih besar dari pada istana timur, Chance langsung disambut oleh banyak pelayan.

"Lady," seorang pelayan yang terlihat cukup tua menghampirinya, seolah tau apa tujuannya kemari, "Pangeran sedang bersama Walace di dalam ruang kerjanya. Apa saya perlu memberitahu pangeran jika Anda ingin menemuinya?"

"Pertama, stop panggil aku lady lady lady, namaku Chanelyn Wang," tegas Chance sambil meneliti pelayan itu dari atas sampai bawah, "Panggil saja aku Chance, lagi pula kau lebih tua dariku."

"Kedua, terima kasih tawaranmu tapi aku akan masuk sendiri dan memberikan kejutan kepada pria itu."

Pelayan tua itu hanya tersenyum dan mengangguk sebelum mengantarkan Chance ke ruang kerja Elshava. Bukannya membenci ia justru menyukai kepribadian Chance yang tidak sombong dan tidak bertopeng, ia menyukai perempuan itu.

Hidden DesireWhere stories live. Discover now