Bab 9

57.4K 5.9K 78
                                    

Masih di hari yang sama.

"Yang tadi siapa ?" tanya Saras masih di dalam mobil.

"Oh itu, teman seangkatan aku" balas Adwan santai sambil tetap fokus menyetir.

Saras memutar malas bola matanya "Teman apa teman?"

"Ya teman lah" balas Adwan dengan ekpresi datar.

"Kok bisa punya nomor whatsApp segala ?" selidik Saras tak ada habisnya.

"Yah kan sering buat grup chat kalau ada acara di hari-hari tertentu gitu, khusus panitia acara" jawab Adwan jujur.

"OH" sambut Saras, jelas terlihat kesal.

Pun Adwan yang mendengarnya merasa lucu, dan malah tertawa "Ahaha, kenapa hei?"

"Gak!" balas Saras dengan wajah yang sudah terlihat begitu masam.

Adwan tidak lagi menanggapi ucapan Saras, ia malah sibuk menahan tawa melihat reaksi Saras. Pasti cemburu, benaknya

Sekitar 20 menit, mobil mereka sudah parkir di depan gedung apartemen. Saras turun duluan dari mobil, tanpa menoleh ke arah Adwan sedikitpun,
dan tiba-tiba.....

Brakkkkkkkk...........Saras membanting kasar pintu mobil.

"ASTAGHFIRULLAH!!" sambar Adwan mati kaget.

Tapi bukannya marah atau apa, Adwan malah senyum-senyum tak karuan melihat kelakuan Saras.

"cemburu bilang neng" ucap adwan sendirian dengan senyum terkulum, lalu keluar mobil.

..........

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tampak Adwan yang sedang asik dengan hp di tangannya, sedangkan Saras entah ada dimana.

"Kamu kapan pulang nih rencana ?" ucap Adwan yang ternyata sedang video call dengan sahabatnya, Syaqib.

"Besok aku udah pulang, Wan" balas Syaqib dari seberang video call sana.

Dan tiba-tiba Saras masuk ke dalam kamar itu, lengkap dengan mata sinisnya. Pastinya masih tentang perkara  nomor whatsApp yang tadi.

"Mau kemana ?" tanya Adwan yang memperhatikan gerak-gerik Saras.

"Mandi" ucap Saras malas.

"Hah kemana ?" goda Adwan yang sebenarnya dengar.

"MANDIIIIIIIII" teriak Saras penuh emosi.

Yang benar saja, seketika tawa Adwan langsung menyambar "Ahaha, iya iya, lanjut sana."

Ah, pemandangan yang begitu langka. Iya, langaka, karena sebelumnya Adwan tidak pernah tertawa selepas ini. Biasanya hidupnya penuh dengan es, dingin.

Dan ternyata teriakan Saras tadi bukan cuma didengar Adwan saja, tapi Syaqib juga.

"Kok ada suara cewek, Wan ?" tanya Syaqib dengan nada tak enak.

"Iya, cewek aku" balas Adwan santai.

"Astaghfirullah, Gus. Hei, kamu kenapa?" panik Syaqib tanpa menyadari status Adwan yang sudah menikah. Iya, kerena ia tidak hadir di pernikahan Adwan kemarin.

"Loh, apanya yang kenapa? Orang udah sah kok" jawab Adwan dengan wajah senyum-senyum tak karuan.

"Oh iya!! Allahu Akhbar, lupa." ucap Sayqib heboh sendiri.

"Cieee, udah duluan aja nih, Wan. Selamat ya, dan maaf nih, aku ngga bisa hadir kemarin"

"Ngga masalah, santai aja"

"Itu tadi kenapa dia teriak-teriak ?" celetuk Syaqib malah penasaran.

"Ngambek kayaknya" ucap adwan semakin senyum-senyum.

"Ahaha, kok bisa ?" Syaqib malah ikut riang.

"Ngga tau juga, tiba-tiba berubah jadi macan" ucap Adwan asal.

"Salah ngomong kali kamu, Wan" tanggap Syaqib antusias.

"Ahaha, iya kali ya" balas Adwan yang sebenarnya tahu.

"Eh Wan, udah dulu nih. Aku mau ngepak barang soalnya, persiapan pulang, ahaha. Assalamu'alaikum, Wan"

"Ohiya iya Qib. Wa'alaikumussalam" ucap Adwan, dan langsung mematikan sambungan video call.

.......

Kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Adwan dan Saras sudah tiduran di kasur yang sama tentunya, dengan dibatasi guling. Tapi keadaan kali ini sangat hening, sedari siang Saras sama sekali tidak mau berbicara dengan Adwan. Pun Adwan yang jelas tahu letak permasalahannya dimana hanya diam saja, karena menurutnya Saras sangat lucu dengan sikap cemburunya sekarang. Aneh memang.

Sampai jam menunjukkan pukul 10 malam, tidak ada sama sekali percakapan diantara mereka, yang akhirnya sukses membawa mereka ke alam mimpi masing-masing.

.........

Sekitar jam 4 pagi, Adwan sudah bangun dari tidurnya. Jika kemarin malam ia merasa sesak di dadanya, maka kali ini ia merasa pegal di lengannya, dan pelakunya adalah orang yang sama, Saras.

Adwan tersenyum melihat Saras yang sedang tertidur berbantal lengannya. Tampaknya Saras sangat nyaman dengan lengan Adwan, sampai-sampai ia menganggurkan bantalnya sendiri. Pun dalam situasi itu, Adwan menatap antusias wajah istrinya, mengamati setiap fitur yang membentuk paras indah itu.

"Cantik" gumam Adwan.

Entah Karena merasa ada yang mengawasi, akhirnya Saras terjaga dari tidurnya. Tentu saja matanya langsung membelalak mendapati Adwan yang sedang menatapnya.

"WAH. DENDA LU, SINI CEPAT!!" heboh Saras yang baru membuka matanya.

"Hmm" Adwan mengarahkan pandangan ke lengannya yang masih diperbantal Saras.

"HUWAAA, APA-APA INI!! G-GUE NGGA TAU APA-APA YAH, K-KAN GUE LAGI TIDUR" elak Saras lagi-lagi, dan langsung menjauh dari lengan Adwan.

"Hmm gitu aja terus" ucap Adwan sambil bangkit dari posisi tidurnya.

"Yah kan emang benar" Saras malah menatap sinis Adwan.

"Iya iyaaa kamu selalu bener. Buruan ambil wudhu." titah Adwan.

"Hehe, oke oke" wajah sumringah Saras langsung menyambar. Tampaknya ia lupa kalau dirinya sedang memusuhi Adwan.









Vote dan komen!

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora