Bab 21

50.3K 5K 41
                                    

Kini jam menunjukan pukul 9 malam, dimana Adwan dan Saras sudah selesai dengan sholat isya mereka. Sekarang keduanya sedang berada di kamar, tiduran bersamping-sampingan dan dengan keadaan hening, tidak ada satupun yang mau bertegur.

Adwan tahu kalau ia salah karena tidak memberi penjelasan ke Saras, tapi entah kenapa ia tidak mau angkat bicara. Apa ia terlalu gengsi untuk memberi penjelasan? Atau karena ini memang bawaan dari sikap dinginnya? Ah, apa sebenarnya yang ada dipikiran seorang Hadwan Harsha ini.

Sudah 10 menit berlalu, dan mereka tetap diam-diaman dengan mata yang sudah mulai redup. Sepertinya mereka akan segera tertidur satu sama lain. Eh, Tapi tunggu, kini tampak Saras yang bangun lagi dari tempat tidur, dan langsung berjalan ke arah lemari pakaian.

"Mau pakai baju yang mana besok ?" tanya Saras yang kini sudah membuka pintu lemari, tapi dengan nada yang begitu dingin.

Iya benar, ia menanyakan hal itu karena mengingat Adwan dan Pesantrennya akan menghadiri acara besar besok, yaitu undangan ke sekolah mereka. Dan mengurus keperluan Adwan memang merupakan tanggung jawabnya sekarang, benaknya.

Pun Adwan menoleh kaget ke sumber suara, dan mendapati Saras yang sedang berdiri menatapnya dari depan lemari pakaian. Adwan tersenyum melihat Saras, dan segera menghampirinya.

"Kenapa ?" tanya Adwan yang kini sudah ada di hadapan Saras.

"Mau pakai baju yang mana besok ? Biar disetrika atau dirapikan ulang" jawab Saras ketus.

Pun langsung saja Adwan memeriksa baju-bajunya di dalam lemari.

"Eum, pakai yang ini" Adwan mengambil baju dari lemari dan mengangkatnya ke depan wajah Saras.

Saras hanya menaikan sekilas alisnya, dan langsung mengambil baju itu dari tangan Adwan.

"Tidur lagi sana!" ucap Saras, sambil berlalu dari hadapan Adwan.

Iya, Saras menyuruh Adwan tidur, mengingat besok dia ada acara, jadi harus full stamina.

Pun Saras meletakan baju Adwan di atas meja setrika, lalu ia beranjak mengambil setrikanya. Sementara Adwan, bukannya pergi tidur seperti yang dikatakan Saras, ternyata ia malah mengekori Saras tadi, dan sekarang sedang duduk di depan meja setrika, menunggu Saras tentunya.

Tak berapa lama, akhirnya Saras datang dari mengambil setrika dan terkejut melihat Adwan yang duduk di depan meja setrika persis anak kecil.

"Kenapa ngga tidur ?" tanya Saras masih dingin.

"Mau nemanin istri aku" balas Adwan sambil merekahkan senyum.

Saras terlihat sedikit salah tingkah, dan seutas senyum tertahan dibibirnya "Apaansih, besok ngga fokus baru tau rasa."

"Palingan aku ngga fokus gara-gara lihat kamu" Adwan malah menggoda.

"Apaan sih" sambar Saras dengan senyum terkulum di wajahnya dan langsung mulai menyetrika baju Adwan.

"Ngga kok, lagian aku udah biasa dengan acara beginian, jadi insya Allah aman buat besok"

"Oh, emang acara apaan aja besok ?" sambut Saras sambil fokus menyetrika.

"Eum ada mengaji, ada hadrah, ada ceramah, dan acara hiburan bertema islami lainnya seperti persembahan drama, puisi, lantunan shalawat khusus dari santriwati, dan masih banyak lagi"

"Kamu bagian yang mana aja ?" tanya Saras detail.

"Aku besok ngaji buat buka acara, terus ngasih ceramah, di samping ada guru kami juga nanti yang bakalan ngasih ceramah lainnya dengan tema Maulid Nabi, sama nanti....aku juga ikut hadrah"

"Njirrr!! Keren banget" sambar Saras sambil mematikan setrikanya.

"Husss ih, ngomongnya jangan pakai anjir" tegur Adwan menatap tajam Saras.

"Eh maaf, terlalu impresif tadi dengarnya." Saras menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Hahaha, ada-ada aja. Kan ponpes kami terkenal dengan undangan seperti itu."

"Wah, Asli. Aku baru tau, soalnya aku kurang update masalah yang gituan."

"Hmm, tiktokan mulu sih" sambut Adwan bercanda.

"Haha. Itu dulu, sekarang ngga lagi" balas Saras jujur saja.

"Bagus, pintar yah istri aku" ucap Adwan sambil mengacak rambut Saras.

Degggg.......jantung Saras berdetak tak karuan menerima perlakuan itu.

Entah apa yang ia rasakan, sepertinya ia sudah jatuh cinta dengan suaminya ini.

"Tidur yok, udah selesai kan
bajunya ?" celetuk Adwan.

"Eh, i-iya nih. Udah" ucap Saras dengan perasaan tidak karuan.

Pun Saras merapikan kembali setrika, meletakkannya ke tempat semula, dan lanjut menaruh baju Adwan ke lemari. Lalu kemudian mereka kembali ke kasur dengan posisi tiduran lagi, dibatasi guling yang di ukur rapi. Dan malam itu mereka berdua tertidur dengan perasaan bahagia masing-masing. Seolah orang yang diam-diaman dan cuek-cuekan kemarin itu bukan lah mereka.













Vote dan komen

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now