Bab 81

30.6K 3.7K 384
                                    

Matahari yang mulai condong ke arah barat, dan teriknya yang sedikit mulai terlihat kejingga-jinggaan, serta lambaian meliuk-liuk dari tanaman padi disepanjang jalan setapak. Ah sungguh pemandangan yang menyejukkan mata, hijau nan asri, membuat diri betah menatapinya

 Ah sungguh pemandangan yang menyejukkan mata, hijau nan asri, membuat diri betah menatapinya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Kini jarum pendek menunjuk di angka 16.30 wib, dan tampak sebuah angkot berwarna kuning sedang melintas di jalan setapak dengan pemandangan yang asri nan hijau itu. Eh tunggu, bukan angkot berwarna kuning yang mau dibahas, apalagi supirnya....bukan, melainkan seorang penumpang berparas cantik yang ada didalamnya, iya....penumpang berparas cantik itu sedang menghadap ke luar jendela angkot sekarang, menyaksikan liukan daun padi disepanjang jalan. Pandangannya tampak menarawang jauh, pakaian dan jilbab yang berkibar dibadannya ulah tiupan angin, sukses menambah larutnya suasana lamunan

Iya, perempuan berparas cantik itu adalah saras, wajahnya tampak begitu pucat, tatapannya begitu lemah, dan bulu mata lentik itu terlihat begitu basah. Saras ? mau kemana ia dengan keadaan sekacau itu ?, iya....saras memutuskan untuk pergi kerumah bibi nya, di desa Bantar kuning Cariu Bogor. Terakhir kali ia kesini saat kelas 1 SMA kemarin

Flashback on

Setelah dokter yang merawat saras berlalu dari ruang rawatnya, saras langsung mencabut semua selang infus yang terhubung ditangannya, lalu tampak berjalan kearah pintu, mengintip dari kaca pintu kecil yang didesain transparan. Saras melihat orangtua dan mertuanya, bahkan isyafa, sedang ada didepan ruang rawatnya, dan kini mereka tengah berbicara dengan sang dokter, tapi saras tidak bisa mendengrnya karena ruangan rawatnya kedap suara

Tiba-tiba tampak saras yang mengelus perut besarnya, disertai air mata yang mulai lolos

"kita harus secepatnya pergi dari sini nak, perempuan itu pasti sedang berusaha memasukkan obat yang akan melukai kamu ke makanan mama nanti, makanya dia menjagai kita disana. Dan papa kamu juga udah ngga mau lihat kita, dia bahkan ngga ada disana" batin saras sambil berdiri mematung didepan pintu

dimenit berikutnya, saras kembali mengintip keluar ruangan. Ah yang benar saja, satupun sudah tidak ada lagi orang disana. Kesempatan yang bagus, pikir saras, dan samar-samar sudut bibirnya terangkat keatas. Pun saras melipat selimutnya dengan rapi, dan berlalu dari ruangan itu dengan mengendap-endap lewat pintu belakang rumah sakit, dan dengan mengenakan pakain rumah sakit juga. Pun saras berlalu tanpa meninggalkan sepatah pesan

Setelah berhasil keluar dari rumah sakit, saras berjalan kesebelah utara, agar semakin menjauh dari area rumah sakit

tappp.......tiba-tiba saras menghentikan langkahnya didepan sebuah toko perhiasan, dan tampak ia yang melepas cincin dari jari manisnya, iya...itu adalah cincin pernikahannya dengan adwan, dan saras akan menjualnya sekarang, karena hanya itu satu-satunya barang bernilai yang ia punya sekarang, yang akan menopang hidupnya untuk sementara, minimal sampai ke rumah bibinya nanti didesa, iya....saras memutuskan untuk pergi ke rumah bibinya saja, karena ia yakin, tidak akan ada satupun yang bisa menemukannya jika ia pergi kesana

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora