Bab 20

51.5K 5.2K 24
                                    

Pagi yang cerah, di iringi arunika yang tak malu menampakan diri ke penduduk bumi. Kini terlihat Adwan yang sedang memarkirkan mobilnya di depan Pesantren Al-fatah. Pun ia langsung masuk kedalam pesantren setelah memarkir mobilnya, tapi tak disangka ia bertemu dengan Syaqib di koridor.

"Hei Wan, barengan aja ke kelas" sapa Syaqib ramah.

"Iya, Qib. Lagian aku juga ngga banyak kegiatan hari ini" sambut Adwan.

"Eh btw, istri kamu gimana ? celetuk Syaqib.

"Hmm. Ngga tau, Qib. Dari semalam ngga mau ngomong"

"Yah, dibujuk dong Wan. Minta maaf gitu"

"Yah, tapi kan aku ngga salah"

"Iya Wan, kamu ngga salah, tapi Saras ngga paham, makanya ini disebut salah paham"

"Iya juga sih, harusnya aku kasih penjelasan, bukannya malah nanya dia kenapa"

"Astaghfirullah, Wan. Jadi, kamu masih nanya kenapa ke dia?"

"Iya lah, jadi mau gimana lagi ?"

"Ingat, Wan. Ali Bin Abi Thalib berkata, sesungguhnya wanita itu bisa menyembunyikan rasa cintanya selama 40 tahun, namun tidak mampu menyembunyikan rasa cemburunya walau sesaat.

Degggg........seketika darah Adwan berdesir mendengar ucapan Syaqib, terasa begitu menusuk.

Bagaimana bisa ia melupakan kata-kata dari Sayyidina Ali tersebut. Dan terus mempermainkan Saras dengan kecemburuan sedari kemarin. Ah, rasanya benar-benar bodoh, egois, dan kekanak-kanakan, benaknya.

"Kenapa diam? Sadar?" sambar Syaqib.

Adwan tidak menjawab lontaran Syaqib, ia hanya menatap kosong kedepan.

.........

Apartemen Adwan, Saras

Sedari pulang sekolah, Saras masih mendiamkan Adwan, bahkan ia tidak mau makan, dan berdiam diri saja di kamar.

"Ayo makan" ucap Adwan tiba-tiba yang baru datang dari dapur.

Bukannya menjawab ucapan Adwan, Saras malah membalik posisi, membelakangi Adwan.

Pun Adwan tampak menghela napas berat "Aku laper, laper banget malahan. Tapi kalau kamu ngga mau makan, aku juga ngga bakalan makan" lirih Adwan.

Sontak, Saras membulatkan sempurna matanya. Iya, khawatir tentunya dengan ancaman Adwan yang berkedok lirihan. Pun ia langsung bangun dari posisi tidurnya, dan segera beranjak menuju ruang makan tanpa menoleh ke Adwan.

Sudut bibir Adwan tertarik sempurma ke atas melihat sikap istrinya itu, ia tidak menyangka jika Saras masih perduli dengannya meski dalam keadaan marah begini. Dan langsung saja ia mengekori Saras ke ruang makan.









Vote dan komen!

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now