Bab 29

45.2K 4.6K 42
                                    

Pun setelah kakak Adwan dan dua sahabatnya berlalu, Saras langsung menutup pintu dan beranjak ke kamar atas. Terlihat jelas jika pikirannya tidak baik-baik saja. Iya, jelas bahwa ia sangat tidak nyaman dengan perlakuan dari kakak Adwan tadi. Dan ia bisa melogikanya jika kakak Adwan sangat tidak menyukai dirinya, bahkan terkesan memandang rendah. Pun sejak menikah dengan Adwan, ada banyak sekali hal yang membuatnya minder, benaknya.

Larut dalam pikirannya, tanpa ia sadari Adwan sudah berdiri di hadapannya ternyata. Entah sejak kapan Adwan ada disitu.

"Hei, mikirin apa ?" Adwan memetikkan jarinya di depan wajah Saras.

"ASTAGHFIRULLAH!!" sambut Saras kaget.

"Hmm, hayo lagi mikirin apa ?" ucap Adwan sambil duduk di samping Saras.

"Eh, tadi kakak kamu datang" celetuk Saras.

"Oh iya, betul betul. Itu kak Isyafa, dia tinggal di Samarinda, ikut suaminya"

"Loh, kemarin pas pernikahan kit.... "

"Iya, dia ngga bisa datang, soalnya waktu itu dia lagi di Singapur, nemanin suaminya urusan bisnis" sambar Adwan memotong ucapan Saras.

"Hmm, gitu ya" sambut Saras sekenanya.

"Iya. Dia tadi bilang kok kalau dia mampir kesini, nelpon."

"Iya, ada tadi. Tapi kayaknya dia ngga suka deh sama aku" terang Saras, jujur saja.

"Hah? Maksudnya, Sayang?"

"Masa dia natap aku dari atas sampai bawah, kayak tatapan ngerendahin gitu. Terus aku tawarin masuk, dia ngga mau masuk kalau ngga ada kamu."

"Masa sih, Sayang? Dia orangnya baik kok. Perasaan kamu aja kali"

"Hmm" sambut Saras tak tahu harus berucap apa.

"Eh, mandi gih sana, habis itu istirahat! " sambung Saras mengalihkan topik.

"Eum, bentar lagi. Masih capek" ucap Adwan malah menyandarkan kepalanya di bahu Saras.

"Hei, udah mau maghrib loh, Wan."

"Yaudah, aku ngga usah mandi. Kan baru mandi juga tadi."

"Dih, apaan sih. Jangan dekat-dekat nanti malam!"

"Loh, orang tiap malam kamu yang nempel terus. Lengan aku sampai pegal kamu jadiin bantal semalaman."

"Ahaha masa sih? Perasaan kamu mulu yang meluk aku."

"Mana ada!! Kamu yang nyosor tiap malam" sambar Adwan masih bersandar di bahu Saras.

"Ahaha, yaudah ih mandi sana!" suruh Saras lagi.

"Mandiin !" cerocos Adwan datar saja.

"Dih, dasar santri mesum!!" semprot Saras.

"Apaan!! Kamu kan istri aku." sambut Adwan tak terima.

"Terus kalau istri kamu?"

"Yah, boleh mesum lah, ahaha"
sambar Adwan malah tertawa dan segera berdiri beranjak mandi.

"Terus, kenapa kita ngga pernah itu?" cerocos Saras datar saja.

Tappp.......langkah Adwan berhenti mendengar lontaran itu.

Pun tampak Adwan yang berjalan lagi mendekati Saras.

"Kamu mau?" tanya Adwan dengan wajah serius.

Sontak, Saras terdiam seketika, berdiri mematung saja. Dan tak berani mempertanggungjawabkan ucapannya tadi.

"Tunggu kamu lulus dulu." sambung Adwan

"Yah, tapi kan 3 bulan lagi" ceplos Saras tanpa sadar.

Ah, yang benar saja. Mata Adwan membulat sempurna seketika.

"Kode? Udah ngga sabar yah pengen rasain surga dunia yang dibilang orang-orang." sambut Adwan malah menggoda Saras sambil mengkulum senyum.

"Ah, i-itu b-bukan. Maksudnya itu, maksudnya tiga bulan lagi a-aku lulus, ahaha iya" elak Saras malah gelagapan dengan raut wajah tak karuan.

Dan Adwan malah senyum-senyum melihat tingkah karuan istrinya itu.

"Ngga!! Mata kamu ngga bisa bohong. Aku anggap ini lampu hijau. Dan aku akan segera memintanya, mungkin" goda Adwan lagi sambil menatap aneh ke arah Saras.

Tampak Saras yang meneguk kasar salivanya. Dan ia benar-benar merasa panas dingin sekarang.

"Njirr!! Jangan macam-macam kamu Wan. Nanti kalau gue hamil gimana?" semprot Saras tiba-tiba.

"Bwuahaha, belum juga disentuh,. udah mikirin hamil aja" sambar Adwan.

"Yah, kan sama aja, intinya tetap kesitu"

"Ahaha, ngga....ngga, bercanda. Aku ngga bakalan minta hak aku sebelum kamu lulus" ucap Adwan sambil mengacak rambut saras.

"Udah, mandi sana !" titah Saras dengan mata memicing.

"Kenapa? Biar nanti malam enak meluknya ?" goda Adwan lagi-lagi.

"ISH APAAN SIH, WAWAN. DASAR MESUMM!!!" teriak Saras heboh memenuhi ruang kamar itu.

Adwan tidak lagi membalas ucapan Saras, ia asik tertawa saja melihat kelakuan Saras yang selalu aneh.

Padahal dia yang memulainya, dan malah dia yang marah-marah, benak Adwan.










Vote dan komen

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now