Bab 82

29.7K 3.6K 351
                                    

Malam hari menyapa lagi, dan sang rembulan menyinari penuh seri. Iya.....satu hari sudah berlalu sejak insiden kehilangan Saras, dan kini ia belum berhasil ditemukan pihak keluarganya.

Kini jarum pendek menunjuk diangka 20.00 wib, dan keluarga Adwan masih tetap tinggal di rumah orang tua Saras untuk sementara waktu. Kini tampak Adwan yang sedang tiduran diranjang, namun ada yang aneh, iya....mamanya duduk disampingnya yang sedang tiduran, lengkap dengan sepiring nasi ditangannya, tapi Adwan tampak enggan melihat kearah mamanya.

"Wan, kamu harus makan nak, udah dua hari ini kamu ngga mau makan" ucap mamanya dengan raut wajah yang begitu khawatir.

Namun Adwan sama sekali tak menggubrisnya, ia tetap tiduran saja dengan pandangan yang begitu kosong, sembari menatap kearah dinding.

"Wan, kita semua tau nak kalau kamu begitu mengkhawatirkan istri dan calon anak kamu, dan kami pun sama. Jadi menurut Mama, kalau kamu emang benaran khawatir, kamu ngga akan bertindak seperti ini. Sikap kamu ini hanya akan menambah masalah baru nak, jadi, tolong jangan seperti ini, kamu harus kuat untuk istri dan calon anak kamu, ya nak ya, tolong dengarin Mama" tutur mamanya dengan lembut.

Dan lagi-lagi Adwan tak menggubris, ia hanya menatap kosong dinding itu saja, disertai dengan hembusan napas yang teratur.

"Kenapa Mah ?" sambar papa Adwan tiba-tiba yang baru datang.

Pun mama adwan terlihat menghela napas berat "Adwan ngga mau makan Pah, dari semalam dia belum makan."

"Wan kamu kenapa sih nak jadi bodoh begini ? Ini bukan Adwan yang Papa kenal, kamu ngga boleh gini nak, heii" ucap papanya sembari duduk disamping Adwan.

"Wan, kamu ini seorang Gus loh nak, paham agama, masa kamu bertingkah seperti tidak punya tuhan begini" tambah papanya.

"Udahlah Pah, Mah, Adwan mau tidur, kalian keluar aja dari sini" ucap adwan tiba-tiba.

"Hmm Papa pikir kamu udah dewasa Wan, makanya Papa berani menikahkan kamu dulu, ternyata Papa salah besar, kamu masih anak-anak. Kalau aja Papa tau sikap kamu ini dari awal, Papa ngga bakalan menikahkan kamu dulu."

"Pah, Adwan pengen sendiri, tolong kalian tinggalin Adwan sendirian dikamar ini" sambut Adwan disertai dengan air mata yang kembali lolos.

Sontak papanya tidak tau lagi harus bertanggapan apa, dan tampak membuang napas berat.

"Yasudah, ayo Mah, biarkan dulu dia sendiri" ucap papanya sambil menatap mama adwan.

Pun mereka meninggalkan Adwan sendirian dikamar itu. Dan dimenit berikutnya, tampak Adwan yang bangun dari posisinya, duduk diatas ranjang.

"Sayang, sebenarnya kamu kemana ? Apa iya kamu sengaja menghindar dari aku." ucap adwan sendirian dengan tatapan yang begitu redup.

"TAPI KENAPA ? KENAPA ? KENAPA RASSSS. AKU BAHKAN BELUM SEMPAT MEMINTA MAAF KEKAMU" teriak adwan tiba-tiba sambil menjambak kuat rambutnya.

Brakkk....papa Adwan tiba-tiba muncul dengan mendobrak kasar pintu kamar itu.

"ADWAN, KENAPA LAGI KAMU ?" sarkas papanya dengan napas memburu.

"ARGHHH, ADWAN BODOH....ADWAN BODOH.....ADWAN BODOH PAHHH. ANDAI AJA WAKTU ITU ADWAN MAU DENGARIN PENJELASAN ISTRI ADWAN, PASTI NGGA BAKALAN GINI JADINYA" teriak adwan lagi dengan sesenggukan.

"SUDAH NAK, SUDAH, NANTI KITA BAKALAN JELASIN SEMUANYA KE ISTRI KAMU. PAPA NANTI YANG BAKALAN TURUN TANGAN" ucap papanya sambil merangkul adwan.

Bukannya tenang atau apa, malah anggukan tangis Adwan semakin menjadi "JELASIN BAGAIMANA PAH ? SARAS AJA UDAH NGGA MAU KETEMU ADWAN. ADWAN TAKUT PAHH....TAKUT.....TAKUT KALAU SARAS PERGI NINGGALIN ADWAN. ADWAN NGGA BISA PAH......NGGA BISA."

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now