Bab 47

40.4K 4.7K 206
                                    

Awali pagi dengan hal manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awali pagi dengan hal manis....

~senyum wawan contohnya😌👎

Eh, Astaghfirullah, bercanda

~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~

Ruangan yang serba putih, bau desinfektan yang menyeruak dimana-mana, bangku tunggu yang berjejer rapi disepanjang koridor

iya, saras membawa adwan ke rumah sakit, sendirian.

Flashback on....

Sudah berapa kali saras mengguncangkan tubuh adwan, tapi tetap saja, adwan tidak bergeming.

Saras benar-benar panik, tidak tau harus berbuat apa.

Tapi tiba-tiba matanya terarah kesebuah kunci mobil yang ada ditangan adwan

Saras tersenyum singkat melihat kunci mobil itu, segera mengambilnya, dan berlari menuju mobil, meninggalkan adwan sebentar.

Saras membawa mobil itu dekat ke arah adwan, sangat dekat.

Supaya saras tidak terlalu jauh memapah adwan, kan berat, apalagi tubuh adwan atletis

Tanpa pikir panjang, saras menjalankan mobil ke rumah sakit, dengan pandangan yang sedikit mengabur, karena sepanjang jalan saras menangis, ketakutan.

Hanya butuh waktu 7 menit, saras sudah sampai membawa adwan ke rumah sakit terdekat.

Saras langsung turun dari mobil, dan meminta bantuan petugas untuk mengangkat adwan.

Sesampainya didalam, adwan langsung mendapatkan penanganan, dan dibawa keruang rawat

Flashback off....

Sekarang keadaan saras tampak benar-benar kacau, dibangku tunggu itu ia duduk sendirian, keadaan jilbab yang begitu acak-acakan, mata yang sudah sangat sembab, dan pipi yang juga sudah begitu lengket, semua keadaan itu berhasil menambah suramnya pemandangan koridor rumah sakit.

Saras tidak henti-hentinya menangis, ia benar-benar membenci dirinya. Bisa-bisanya ia mengatakan hal seperti itu ke orang sebaik adwan, padahal sudah jelas jika suaminya membelanya didepan orang-orang, bahkan sampai melawan kakaknya sendiri.

Tapi...kenapa kata-kata tadi masih bisa lolos dari mulut saras.

"arghhh, ini semua gara-gara aku, kalau saja aku ngga mengatakan hal bodoh tadi, pasti suamiku akan baik-baik saja sekarang" saras mencengkram kepalanya kuat.

Dan tiba-tiba...

Ceklekk.....pintu ruangan itu terbuka dari dalam, dan menampakkan wajah dokter yang menangani adwan.

Saras mendongak, menghapus kasar air matanya, lalu langsung berdiri menghampiri dokter itu, menghujaninya dengan pertanyaan

"dokter, bagaimana keadaan suami saya..?, dia baik-baik aja kan dok...?, suami saya ngga kenapa-kenapa kan dokter..?"

dokter itu malah tersenyum tipis melihat kepanikan saras, ia menebak jika mereka adalah pasangan baru.

"pasien tidak mengalami hal yang serius, itu hanya efek karena terlalu lelah, dan beban pikiran yang terlalu berat, sehingga sedikit membawa gejala syok mental"

"t-tapi suami saya baik-baik saja kan dok sekarang ?"

"iya betul, dia baik-baik saja, dan silahkan jika mau dilihat, pasien juga sudah sadarkan diri" dokter itu berucap dengan wajah sumringah

"baik dokter, terimakasih" saras langsung melangkah ke ruangan adwan

Ceklekk.......saras mendorong pelan pintu ruangan itu

dan menampakkan adwan yang terbaring dengan wajah pucatnya, lengkap dengan gantungan infus yang menetes teratur

Adwan mengarahkan pandangan ke saras yang ada didepan pintu, tatapan adwan sangat sayu, setitik pun tidak ada terlihat kekuatan disana, hanya semburat luka saja yang terpancar dari mata sayu itu.

Pandangan saras beradu dengan mata sayu adwan, yang lagi-lagi membuat cairan bening berhasil lolos dari mata saras.

"WAWANNNN......" saras menghambur kepelukan adwan dengan terisak

Adwan diam saja, tak membalas pelukan saras, padahal katanya ia sangat merindukan istrinya

Saras tidak peduli, ia tetap memeluk erat tubuh adwan, walau adwan tak membalasnya sama sekali.

tapi didetik berikutnya, mata adwan terlihat berkaca-kaca, dan bibirnya bergerak-gerak seperti orang yang akan menangis.

"aku ngga mau pisah...." lirih adwan

degggggg........ucapan adwan itu langsung menusuk ke hati saras

Saras bangun dari pelukan adwan, dan menangkup pipi adwan, menatap matanya dalam-dalam, dan lagi-lagi menangis

"sayang, kita ngga bakalan pisah, aku janji ngga bakalan ninggalin kamu"

sudut bibir adwan terangkat kaku ke atas, sangat kaku, dan air matanya juga ikut mengalir mendengar ucapan saras

"beneran, kamu ngga bohong...? lirih adwan pelan, sangat pelan

Saras mengembangkan senyum dengan pipi basahnya, lalu menghambur lagi kepelukan adwan.

ia tak tahan melihat wajah suaminya yang tampak seperti orang yang benar-benar takut ditinggalkan.

"sayang, maafin aku, aku bodoh mengatakan hal itu ke kamu, aku mohon...anggap aku ngga pernah mengatakan hal itu, aku benci diriku yang egoisss, sampai-sampai kamu jadi begini" saras terisak lagi di dada bidang adwan.

Kali ini tampak senyum adwan sudah mengembang sempurna, ia membalas pelukan saras, dan mengusap lembut kepalanya, seperti mendapatkan kekuatan kembali,

"aku ngga bakalan pernah ingat kata-kata yang itu, dan aku ngga bakalan pernah menganggap jika hari ini ada, yang aku tau di hari-hari kita cuma ada tawa"

mendengar lontaran adwan, saras langsung bangun dari pelukan adwan, menatap dalam bola mata adwan, berjalan perlahan mendekat, sangat dekat....

"cuppppp.......makasih sayang" sebuah ciuman mendarat di pipi adwan

Seperti biasanya mata adwan langsung membulat, tapi didetik berikutnya, senyum indahnya langsung menyusul.

Kejadian hari ini, cukup mereka berdua saja yang tau....

Dan mungkin kejadian hari ini juga, akan menjadi penguat cinta mereka kedepannya.









Vote....!

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang