Bab 90 II Ending

52.5K 2.6K 174
                                    

Silahkan nyalakan data selulernya, karena ada beberapa gambar yang harus kamu lihat :)

Silahkan nyalakan data selulernya, karena ada beberapa gambar yang harus kamu lihat :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.








Di kala arunika menyingsing riang di di horizon timur sana, menyapa ramah pepohonan pagi, membuat setiap celah cabang mengkilau dengan tembusan sinar. Ah, sungguh pagi yang begitu cerah.

Orang tua Adwan sudah berlalu dari apartemen sejak satu jam yang lalu. Sengaja buru-buru karena ingin memindahi rumah baru. Sedangkan Adwan dan Saras tidak bisa ikut dulu, karena hari ini mereka akan belanja perlengkapan bayi. Dan minggu depan akan segera konsul untuk penetapan hari lahiran. Pun Isyafa juga ikut menemani mereka untuk belanja perlengkapan bayi, mengingat ia sudah berpengalaman. Dan sudah pasti akan sangat membantu.

Kini Adwan sudah memarkir mobil di depan sebuah toko khusus perlengkapan bayi. Tanpa pikir panjang, mereka langsung turun dari mobil. Adwan menggandeng mantap istrinya, takut bila terjatuh atau apa.

Slepp.......tiba-tiba Saras merinding hebat di sekujur tubuhnya. Perasaannya tak karuan seketika. Dan tanpa berkata apa-apa, ia langsung mengeratkan gandengannya ke Adwan.

Ah, yang benar saja. Tiba-tiba jalan mereka dihadang sosok wanita yang akrab di mata. Iya, itu Wulan. Entah darimana ia datang, yang jelas auranya terlihat begitu murka. Napasnya naik turun dengan menggebu, dan matanya menyorot tajam ke Saras, serta sebelah kanan tangannya seperti menyembunyikan sesuatu di belakang.

"Kita ngga ada urusan..!!" sarkas Isyafa dengan dingin.

"Saya juga ngga ada urusan dengan si penghianat..!!" sambut Wulan tak kalah dingin, bahkan dengan senyum menyeringai.

"Minggir atau saya panggil keamanan?" Adwan buka suara dengan nada yang jauh lebih dingin.

"Ck, dasar Gus Adwan berhati batu, ngga punya rasa kasihan. Ngga pantas dianggap seorang Gus" lantang Wulan tersenyum kecut.

"Ya lo mikir lah, yakali seorang Gus mau nerima wanita murahan kayak lo," sambar Saras datar saja, tak terima suaminya dikatai begitu.

Yang benar saja. Seketika aura Wulan menjadi kesetanan, wajahnya merah padam, tangannya terlihat gemetaran, dan giginya menggertak hebat.

"SUDAH LAMA SAYA PIKIRKAN, DAN MEMANG INI YANG PANTAS BUAT KAMUUUU," teriak Wulan kesetanan sambil mengayunkan benda yang sedaritadi ia sembunyikan di belakang tangannya tepat ke arah perut besar Saras, yang ternyata adalah pisau.

"AAAAAA" jerit Isyafa histeris melihat ayunan pisau yang mengarah tajam ke perut Saras. Dan tanpa pikir apa-apa, ia langsung menangkap pisau itu.

Cappp....... Isyafa terlambat, pisau itu sudah duluan menancap perut Saras. Dan tangan Isyafa terluka sia-sia.

Brughh......Adwan tak sadarkan diri, tak kuat menyaksikan semua yang terjadi. Bahkan ia meninggalkan Saras yang kini masih sedikit sadar dan  berlumur darah.

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now