Bab 30

47.2K 4.8K 119
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul pukul 9 malam. Dan tampak Saras yang sedang sibuk dengan hp-nya di atas ranjang, ia tidak tiduran, hanya senderan saja di kepala ranjang.

Sementara Adwan, tampak baru keluar dari kamar mandi, gosok gigi sebelum tidur tentunya. Pun ia langsung menghampiri Saras yang sedang sibuk dengan hp-nya. Layaknya anak kecil, ia langsung tiduran berbantal paha Saras. Tentu saja Saras kaget karena tidak biasanya Adwan bersikap seperti itu, bahkan tidak pernah sebelumnya.

"Kenapa ?" Tanya Saras lembut sambil meletakkan hp-nya dan fokus ke Adwan.

"Sayang, kepala aku pusing" rengek Adwan manja sambil menaruh tangan Saras ke keningnya.

"Pusing? Sini biar aku pijatin." sambut Saras sambil terus memijat kepala Adwan.

"Sayang....." panggil Adwan tiba-tiba dengan mata terpejam karena menikmati pijatan Saras dikepalanya.

"Iya....."

"Dua minggu lagi acara kelulusan aku. Nanti kamu datang yah, Sayang !"

"Yah datanglah, masa ngga datang"

Pun senyum Adwan langsung merekah dengan mata yang masih terpejam.

Tingg....notifikasi hp Adwan tiba-tiba.

Kak Syafa/online : "Wan, Kakak ada di depan pintu apartemen kamu, buruan buka !"

Tanpa pikir panjang, Adwan langsung bangkit dari posisinya setelah membaca isi pesan itu.

"Loh, kenapa ?" tanya Saras dengan tatapan heran.

"Yok turun, Kakak ada di depan pintu!" ucap Adwan buru-buru.

Saras hanya mengangguk pelan, lalu berjalan mengikuti Adwan turun ke bawah. Terlihat sangat malas.

Ceklek.......Adwan membuka pintu, dan mendapati kakaknya berdiri di baliknya bersama Abizar, anak kakaknya.

Ah, yang benar saja! Abizar langsung menyambar memeluk kaki Adwan. Iya, Abizar sendiri baru berusia 2 tahun, dan ia sangat dekat dengan Adwan. Maka tak heran jika ia langsung berlari memeluk Adwan yang mana ia cuma setinggi lutut Adwan saja.

"Hei, Izarr. Wah, udah gede yaaa" sambut Adwan dan langsung menggendongnya.

"Ayo Kak, masuk !" ajak Saras sopan.

Pun kakak Adwan yang akrab disapa Isyafa itu melirik sekilas Saras dan langsung berjalan masuk ke dalam. Dan tetap saja ia memberikan pandangan tak suka terhadap Saras. Entah ada sebenarnya.

"Jadi, kamu istrinya Adwan ternyata" ucap Isyafa dengan judes sambil duduk di sofa.

"Iya, Kak" balas Saras lagi-lagi sopan.

"Pesantren mana ?" ucapnya lagi
dengan nada ketus.

Saras tidak menjawab, ia malah menatap Adwan. Berharap Adwan yang akan menjelaskannya. Dan benar saja, Adwan ternyata paham maksud dari tatapan itu

"Saras dari SMA, bukan Pesantren, Kak." jelas Adwan dengan wajah sumringah.

"Saya nanya istri kamu, bukan kamu, Wan." ketusnya lagi

"Yaudah sih, Kak. Santai aja !" balas Adwan datar sambil memangku Abizar.

"Kamu tau ngga kalau Adwan itu seorang Gus ?" celetuk Isyafa tiba-tiba masih dengan nada ketus lagi

"iYa, Kak. Saya tau" sambut Saras masih mencoba sopan.

Sedangkan Adwan, ia mulai merasa tak enak dengan sikap kakaknya. Apalagi mengingat perkataan Saras yang mengatakan jika kakaknya tidak menyukainya sepertinya.

"Terus, kamu merasa pantas gitu disamping Adwan ?"cerocosnya enteng saja.

"Maksudnya apa ya, kak ?" sambut Saras dengan raut wajah tak biasa, tampak mulai terpancing emosi.

"Yah, maksudnya itu. Kamu artiin aja sendiri ! Ngga mungkin kamu ngga paham" ketusnya semakin menjadi.

"Kakak ngomong apa sih ?" Adwan buka suara sambil menatap tak enak ke Saras.

"Kakak cuma kasian aja Wan lihat kamu. Ketika di luaran sana banyak wanita bercadar atau wanita berilmu agama tinggi yang menginginkan kamu, kenapa kamu malah dijodohin sama yang ginian. Heran banget sama orang tua kita," Cerocosnya lagi tanpa berpikir.

Sontak, Saras langsung berdiri dari tempat duduknya dengan napas yang begitu memburu. Sedangkan Adwan , ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ingin rasanya ia mengusir kakaknya detik itu juga, tapi tidak mungkin. Pun tidak biasanya kakaknya bersikap seperti ini. Ada apa sebenarnya.

"Saya memang bukan dari pesantren, tapi setidaknya saya tau jika adab diatas ilmu!!" lantang Saras, dan langsung meninggalkan tempat itu.

Pun Isyafa santai saja menerima lontaran itu dari Saras, karena ia memang tahu jika yang ia perbuat salah. Dan yang ia inginkan adalah perpisahan Adwan dan Saras. karena sosok adik ipar yang diinginkannya adalah Wulan. Iya, Isyafa sendiri dan Wulan sudah dekat sejak lama karena Wulan adalah adik asuh Isyafa waktu di pesantren dulu. Iya, mereka sangat dekat, Wulan juga sering bercerita jika ia begitu menyukai Adwan. Pun Isyafa tentu senang dengan santri pintar dan cantik seperti Wulan, sehingga ia pernah menjanjikan jika Wulan akan bersama Adwan suatu hari nanti. Namun, hubungan mereka mulai tak erat lagi ketika Isyafa yang duluan lulus dari pesantren itu, dan ditambah lagi dua tahun berikutnya Isyafa yang memutuskan untuk menikah dan pindah kota ikut suaminya.

"Kak, Kakak kenapa sih ngomong gitu ? Dia istri Adwan, punya perasaan" sarkas Adwan dengan raut wajah yang mulai emosi.

"Tuh kan, kamu ngga bisa nahan amarah lagi, pasti gara-gara perempuan itu" lantur Isyafa sengaja menjelek-jelekkan Saras.

"Kakak yang salah, bukan dia!!" sambut Adwan mantap.

"Oh, jadi kamu lebih bela istri kamu daripada Kakak kamu sendiri ?"
cerocosnya lagi semakin menjadi.

Pun tampak Adwan yang menghela napas berat "Adwan mau istirahat, sebaiknya Kakak pulang aja !"

"Kamu bahkan mengusir Kakak kamu sendiri demi perempuan berpenampilan seperti itu" ucap Isyafa enteng saja.

"KAK SYAFAAAA!!" bentak Adwan tak tahan lagi.

"Ya ampun Adwan, kamu berani meneriaki Kakak kamu sendiri !!"

"Tolong jangan bersikap gini, Kak. Adwan mencintai istri Adwan" ucap Adwan dengan mata yang bahkan sudah berkaca-kaca.

Isyafa tidak tahu lagi harus berucap apa melihat reaksi Adwan. Pun ia langsung menarik Abizar dari dekat Adwan, dan segera berlalu.





Vote dan komen!

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now