Bab 23

48.9K 5K 64
                                    

Perasaan Saras sudah tidak karuan melihat rombongan Adwan yang akan lewat dari depan mereka. Sedaritadi ia sudah mempersiapkan senyumnya, berpikir bahwa adwan akan menyapanya nanti, sehingga ia bisa pamer ke semua siswa yang mengidolakan suaminya itu

Tapi.....

blusss.....rombongan adwan berlalu begitu saja dari depan saras dan dua sahabatnya

Padahal adwan jelas melihat keberadaan saras dibangku itu, tapi ia berlalu saja layaknya orang yang tidak saling mengenal

degggg........ekspresi saras berubah seketika, ia tidak dapat lagi menjelaskan apa yang dirasakannya sekarang

Vanya dan tania yang ikut menyaksikan itu merasa tidak enak melihat saras, mereka jelas paham apa yang dirasakan saras sekarang.

Tapi menurut mereka itu wajar-wajar saja, mengingat tidak ada satupun orang disitu yang mengetahui pernikahan adwan dan saras, kecuali mereka. Jadi takutnya malah mendatangkan fitnah jika adwan menyapa saras didepan para siswa itu

Tapi pikiran saras lain, ia merasa sedikit malu dengan dua sahabatnya itu, pasalnya selama ini ia selalu membanggakan adwan di depan mereka. Tapi sebaliknya, dirinya terlihat begitu tidak dianggap tadi

"aduh gue laperr, kantin yok" ucap vanya mencoba mengalihkan pikiran saras

"gue juga laperr nih, yok ras" ajak tania juga

"i-iya ayok" ucap saras dengan perasaan yang berkecamuk, pura-pura abai

Mereka bertiga berjalan ke halaman sekolah menuju kantin, kantin yang mereka maksud adalah kantin didepan gerbang......

karena memang hari ini kantin asli sekolah mereka tidak buka, mengingat acara Maulid mereka tadi.

tepat di dekat gerbang, saras menghentikan langkahnya tiba-tiba

Saras menatap tajam ke rombongan santri tadi, disitu ia melihat wulan naik ke mobilnya adwan.

Saras benar-benar tidak tau harus bagaimana lagi ia bersikap sekarang, rasanya ia ingin menghilang saja.

"kenapa rass ?" tanya tania yang tidak tau apa-apa

"eh ngga kok, kaki gue kesemutan aja tadi tiba-tiba" bohong saras

"yaudah yok lanjut ke kantin" ucap vanya.

........

Jam 3 sore, Saras pulang dari sekolahnya tanpa dijemput Adwan. Iya karena memang sebelumnya mereka sudah sepakat untuk hari ini jika Saras tidak usah dijemput mengingat Adwan yang ada acara, sehingga perlu bersama rombongannya.

Ah, yang benar saja! Saras pulang dengan keadaan pipi yang begitu basah. Ternyata sepanjang perjalanan pulang tadi ia menangis di dalam taxi. Dan sesampainya di apartemen, ia langsung berjalan kesetanan menuju kamar. Langkahnya begitu terburu-buru, dan napasnya terlihat menggebu. Tanpa pikir panjang, ia mengambil kopernya dan memasukan semua baju-bajunya ke dalam koper itu.

Pun Adwan yang baru keluar dari kamar mandi heran melihat Saras yang memasukan baju-baju ke koper. Dan dengan perasaan bingung, Adwan menghampiri Saras.
"Hei...." ucap Adwan sambil memegang bahu Saras dari belakang.

Saras tidak menggubris Adwan sama sekali, ia tetap lanjut dengan baju-bajunya. Dan tentu saja itu membuat Adwan bertambah bingung.
"Hei.... " ucap Adwan lagi sambil membalikan tubuh Saras menghadapnya.

Sontak, Adwan terkejut melihat mata Saras yang tampak sangat sembab dan pipi yang begitu lengket ulah air mata.

"Hei, kamu kenapa?" tanya Adwan dengan panik sambil memegang bahu Saras.

"LEPASIN! AKU MAU PULANG!" tariak Saras dengan air mata yang kembali lolos.

"Kamu kenapa sih hei? Kok datang tiba-tiba gini?" bingung Adwan yang sama sekali tidak mengerti.

"Aku mau pulang. Kita cukup sampai disini aja, aku ngga bisa bertahan dengan orang yang sama sekali ngga menginginkan aku, bahkan ngga menganggap aku. Harusnya kamu nolak pernikahan ini dari awal kalau memang dihati kamu udah ada seseorang" ucap Saras dengan air mata yang semakin deras.

"Kamu ngomong apa sih? Siapa yang ngga menginginkan kamu? Siapa yang ngga menganggap kamu? Dan siapa yang udah punya seseorang?" sambut Adwan mulai terbawa suasana.

"Kamu goblok apa pura-pura goblok? Jelas-jelas kamu tadi sama sekali ngga menganggap aku di depan dua sahabat aku. Kamu pikir aku ngga malu apa? Malu heh! Asal kamu tau, tiap hari aku selalu banggain kamu ke mereka, tapi tadi kamu malah bersikap gitu ke aku di depan mereka."

"Dan satu lagi. Kalau kamu emang punya hubungan yang serius sama si Wulan Wulan itu terus terang aja. Ngga usah khawatir, karena mulai hari ini aku akan menghilang dari kehidupan kamu!" tambah Saras dengan tangisan yang menjadi.

Adwan terdiam sebentar, mencoba mecerna setiap ucapan Saras. Lalu didetik berikutnya tampak ia yang memegang kuat bahu Saras

"Astaghfirullah! Jadi gara-gara ini kamu sampai mau pulang begini. Denger penjelasan aku baik-baik yah. Aku tadi emang lihat kamu sama dua orang lagi duduk di bangku, tapi aku mana tau kalau  mereka itu sahabat yang selalu kamu ceritain. Lagian posisi aku tadi emang sangat ngga memungkinkan buat nyapa kamu. Kamu tau kan kalau aku ngga mungkin mandang perempuan yang bukan mahram. Dan kita emang udah sah, tapi masalahnya ngga ada satupun orang yang tau tentang status kita, dan takutnya itu malah mendatangkan fitnah kalau aku menyapa kamu di keramaian tadi. Dan Wulan yang kamu maksud itu ngga ada hubungannya sama sekali sama aku."

"Ck, ngga ada hubungan kata kamu? Berduaan di mobil ngga ada hubungan? Wah! Bodoh sekali penjelesannya." sarkas Saras.

Lagi-lagi Adwan terdiam sebentar, mencoba mencerna. Dan tak lama kemudian tampak ia yang menghela napas "Hmm, pasti kamu lihat Wulan masuk ke dalam mobil yah tadi ? Jangan main simpulin sendiri aja. Di mobil tadi banyak orang, ada tiga Ustadzah ditambah Wulan, serta Syaqib yang duduk disebelah aku tadi. Iya, Wulan ikut karena maksa, main masuk aja, dan ngga mungkin aku ngusir dia di depan para Ustadzah. Hmm kalau kamu ngga percaya, kita tanya langsung Syaqib sekarang."

"Tuh kan, banyak perempuan di dalam mobil kamu tadi, ngga cuma satu ternyata" sambar Saras dengan tatapan sinis.

"ASTAGHFIRULLAH, SARASSS. USTADZAH YANG AKU MAKSUD ITU UDAH PARUH BAYA SEMUA BAHKAN LANSIA" prustasi Adwan tak tahu harus bersikap gimana lagi. Iya, rasanya ingin ia tertawa lepas sekarang.

Pun Saras tidak menyambar lagi, ia terdiam mendengar semua penjelasan Adwan. Menurutnya kalau dipikir-pikir memang benar semua yang dikatakan Adwan.

Ah, yang benar saja! Terlihat Adwan yang merangkul Saras kepelukannya "Kamu kenapa sih sampai berpikir sejauh itu ?"

Saras tidak menjawab. Sekarang ia hanya ingin menumpahkan tangisannya di dada bidang suaminya. yang sudah membelenggunya sedari kemarin.

Pun Adwan mengusap-usap lembut punggung Saras, menciumi pucuk kepalanya. Terlihat begitu menenangkan.

"Hmm, kamu istirahat ya! Tapi nanti sehabis aku ambilin makan" ucap Adwan sambil melepas pelukannya dan mendudukkan Saras di ranjang.
Pun Saras mengangguk pelan, dan Adwan berlalu mengambilkan makanan.











Vote dan komen!

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now