Bab 35

45.4K 4.5K 44
                                    

Satu hari sudah berlalu sejak Saras demam. Sebenarnya demamnya sudah sepenuhnya hilang, tapi ia merasa sedikit masih lemah, sehingga belum masuk sekolah.

Dan Adwan, sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa karena ia yang tidak mau ditinggal. Adwan sangat mentolerirnya, mengingat Saras merupakan anak semata wayang, sudah pasti sangat di manja di keluarganya, terutama jika sakit begini. Dan sekarang tugas itu harus ia ambil alih sepenuhnya, karena Saras sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Sayang, aku makan dulu ya" ucap Adwan yang memang belum makan sedari pagi.

"Aku ikut !" sambar Saras.

"Loh, kan cuma ke dapur, Sayang. kamu istirahat aja disini, ngga lama kok"

Saras menggelengkan mantap kepalanya.

Pun lagi-lagi Adwan menghela napas "Yaudah, aku makan di kamar ini aja."

Wah, langsung saja senyum Saras mengembang indah.

"Yaudah. Tunggu bentar, aku ke dapur dulu" ucap Adwan dan langsung beranjak.

"JANGAN LAMAAA !" teriak Saras karena Adwan sudah ada di ambang pintu.

"IYAAAAAA" sahut Adwan dengan senyum terkulum.

.....

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 7 menit saja, Adwan sudah kembali ke kamar dengan piring dan gelas di tanganngya. Pun ia langsung saja makan di samping Saras, dan Saras menatapinya dengan senyum-senyum. sebenarnya ia ingin mengatakan sesuatu, tapi Adwan lagi makan. Dan ia jelas sudah tahu kebiasaan Adwan, tidak suka bicara saat makan. Jadi, ia memilih senyum-senyum saja sambil menikmati wajah tampan suaminya. Sedangkan yang ditatap, merasa heran, dan ikut sedikit senyum-senyum juga.

Sekitar 8 menit, Adwan sudah menyelesaikan makanannya yang memang tak seberapa itu. Pun ia langsung menepikan piring dan gelasnya, nanti saja diantar ke dapur. Dan lanjut mengelap tangannya yang tidak kotor itu dengan tisue, lanjut ke mulutnya.

"Kenapa sih, sayang ?" tanya Adwan akhirnya.

Bukannya menjawab, Saras malah senyum-senyum tak karuan.

"Kenapa, hei ?" Adwan jadi salah tingkah.

"Love you" ucap Saras singkat.

"Ahaha. Kamu kenapa, sayang ?" sambut Adwan merasa lucu bercampur salah tingkah.

"Makasih yah, Wan" lirih Saras tiba-tiba.

"Hmm, buat ?" Adwan mengernyitkan dahinya.

"Buat segalanya."

"Hmm, salah satunya ?"

"Buat kamu yang udah hadir di kehidupan aku, nerima aku apa adanya, dan sabar dengan keanehan aku" ucap Saras dengan mata yang berkaca-kaca.

Pun Adwan mendekati Saras yang duduk di hadapannya, lalu merangkulnya erat, sangat erat.

"Wan" panggil Saras lagi.

"Hmm" sambut Adwan sambil mengelus lembut surai hitam Saras.

"Kamu tau, Wan ? lanjut Saras.

"Tau apa, sayang ?

"Semisal dulu aku ngga nerima perjodohan ini, mungkin itu akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidup aku"

"Dan dari sini aku jadi sadar jika memang pilihan orangtua itu ngga pernah salah" tambah Saras dengan tatatapan yang begitu sendu.

Seketika senyum Adwan langsung menghias. Tidak bisa dipungkiri jika hatinya sangat damai mendengar semua lontaran istrinya. Bagaimana ia tidak jatuh hati dengannya, jika istrinya ini sangat mensyukuri keberadaannya, dan juga terlihat jelas jika sangat menggantungkan diri terhadapnya.

"Aku juga sama, bersyukur banget punya kamu" balas Adwan dan langsung beralih menciumi pucuk kepala Saras.

"Wan...." panggil Saras lagi-lagi

"Iya, Sayang ? balas Adwan menyudahi ciumannya di pucuk kepala Saras.

"Janji ya, jangan pernah ninggalin aku" lirih Saras.

"Hmm, Sayang...." ucap Adwan tak tahu harus berucap apa.

"Aku takut jika suatu hari nanti kamu berubah pikiran, dan terpengaruh dengan kata-kata orang" lirih Saras lagi.

"Hei, ngomong apa ?" Adwan jadi berkaca-kaca.

Saras menggelengkan pelan kepalanya "Aku cuma takut kamu tinggalin"

Perasaan adwan benar-benar sakit mendengar ucapan istrinya, hatinya berdernyit beberapa kali. Jelas ia paham kenapa Saras berucap demikian. Pastinya karena ucapan kakaknya kemarin, dan keberadaan Wulan, si santriwati yang membuatnya minder, mungkin. Dan ia juga masih ingat ketika Syaqib meragukan Saras sebagai istrinya karena bukan seorang santriwati. Tapi sejauh ini mereka semua benar-benar di kalahkan. Sikap Saras yang apa adanya tapi tulus, sudah menaklukkan hati seorang Gus Adwan. Dimatanya tidak ada lagi wanita lain, benaknya sudah dipenuhi bayang-bayang Saras.

"Sini peluk lagi, Sayang" ucap Adwan sambil terus membawa Saras dekapannya.

"Aku pastiin ngga akan ada yang bisa menggantikan posisi kamu, dan aku pastiin kalau kita hanya akan pisah jika kematian sudah di hadapan kita" sambung Adwan yang kini sudah memeluk Saras.

Pun sudut bibir Saras terangkat sempurna ke atas, ia benar-benar bahagia mejadi wanitanya seorang Hadwan Harsha Haryaka, si Gus tampan dan idaman.











Vote dan komen

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now