Prolog

43.4K 2.3K 41
                                    

Seorang murid perempuan berambut panjang yang terurai dan berponi baru tiba di pintu gerbang sekolah tepat waktu. Jika ia terlambat 1 detik saja, mungkin ia tidak bisa akan masuk ke dalam sekolah. 

Murid tersebut memberi salam kepada penjaga gerbang kemudian segera berlari masuk menuju gedung sekolah. Ia dengan terengah-engah berlari sekuat tenaga. 

Di sisi lain seorang murid lelaki yang memakai jaket hitam tengah berjalan dengan santai sambil membawa tas dengan satu tanganya, tiba-tiba tertabrak oleh seseorang hingga membuatnya jatuh ke depan.

Murid lelaki tersebut segera berdiri dan melihat murid perempuan yang berambut panjang baru saja menabraknya. Ia tengah tergeletak di lantai.

Amarah pria tersebut segera meningkat dengan tinggi, giginya menggertak serta kedua matanya menatap tajam murid perempuan yang berada di bawahnya.

"Apa kau tidak punya mata sama sekali?!"

Murid lelaki tersebut berteriak dengan kencang membuat gadis tersebut ketakutan. Gadis tersebut tidak berani untuk menatap murid lelaki tersebut.

"A-ku m-minta maaf"

Gadis tersebut terbata-bata meminta maaf karena berada di bawah tatapan tajam murid lelaki tersebut.

"Jika kau punya mata serta akal, gunakan hal tersebut dengan baik!" 

Murid lelaki tersebut kembali menggertak. Setelah itu ia membersihkan jaketnya yang kotor dengan menepuknya. 

Para murid yang ada di lorong melihat kejadian tersebut dan hanya diam. Tidak satupun dari mereka yang berusaha menenangkan murid lelaki berjaket hitam tersebut.

Mereka hanya melihat dan sesekali berbisik serta menyalahkan hal tersebut kepada gadis yang masih tergeletak di lantai.

Setelah itu murid berjaket tersebut berjalan melewati perempuan tersebut sembari menendang tas berwarna coklat menjauh dari dekat gadis itu.

Perempuan tersebut menunduk dan mencoba menahan tangisannya. Sedangkan para murid lain yang melihat kejadian tersebut segera pergi menjauh dari sana dan pergi ke kelas mereka masing-masing.

Namun seorang murid lelaki yang memakai kacamata berjongkok. Ia membantu memasukan roti, susu kemasan dan alat tulis serta barang lain ke dalam tas berwarna coklat.

Ia mendekat ke arah murid perempuan tersebut sambil mengulurkan tangan kanannya dan segera di pegang oleh murid perempuan tersebut. Murid berkacamata tersebut membantunya untuk berdiri. 

"Amanda, kamu baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka, kan?" Tanya lelaki berkacamata tersebut dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja, Farel." Jawab Amanda dengan pelan. Farel mengangkat wajah amanda dan melihat ada setetes air di ujung matanya. Farel menghapus kedua air mata tersebut dengan jari jempolnya.

Lalu mereka berdua berjalan beriringan di lorong kelas yang bersama murid lain menuju kelas XI-IPA-1.

"Aku heran kenapa Bagas harus menggertak mu begitu keras. Padahal kamu sudah meminta maaf."

Amanda pun menanggapi pernyataan Farel. "Ia sedari awal kita masuk sekolah selalu bersikap seperti itu. Aku tidak tahu punya masalah apa kepadanya, sehingga dia sangat membenciku." 

Nada bicara Amanda yang sedih membuat wajah Farel mengeras. 

"Dasar bajingan aneh. Lain kali kamu hindari dia." 

Perintah Farel segera dibalas anggukan oleh Amanda. Farel pun menghentikan Amanda dan menatap Amanda dengan lekat kemudian berkata, "Sekarang aku ada di sini. Aku akan melindungimu dari bajingan itu."

Amanda terdiam untuk beberapa saat namun tidak ada ekspresi yang berubah di wajahnya. Ia lalu menjawab, "Farel kamu memang bisa diandalkan. Kamu memang sahabat terbaikku."

Raut wajah Farel terlihat sedikit sedih untuk beberapa saat namun dengan segera raut wajahnya kembali normal.

"Mari kita segera ke kelas. Sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi."

Amanda menanggapi pernyataan Farel dengan anggukan lalu berjalan masuk bersama menuju kelas mereka yang berada di lantai 3. 

Setibanya di kelas Amanda dan Farel, para murid yang ada di kelas melihat mereka berjalan menuju tempat duduk mereka yang berada di bagian tengah kelas. 

Amanda mengeluarkan roti dan susu kemasan dari dalam tas miliknya. Ia melihat keadaan dua barang tersebut masih baik.

"Syukurlah, ini tidak rusak"

Amanda bergumam tapi masih bisa didengar oleh Farel. Amanda berdiri dari duduknya dan berjalan ke belakang sambil membawa roti dan susu di kedua tangannya.

Ia berhenti di kursi paling pojok belakang dekat dengan jendela kelas yang terbuka. 

Amanda menatap seorang murid lelaki yang tengah menunduk membaca buku yang berada di atas meja.

Sebelum Amanda mengeluarkan kalimatnya, ada suara yang menginterupsi terlebih dahulu. 

"Mau apa kau di sini?"

Bagas bertanya dengan nada tajam membuat semua murid menatap mereka. Namun Amanda tidak menanggapi pertanyaan Bagas dan melihat orang yang duduk di sebelah Bagas.

"Selamat pagi, Dirga." 

Amanda menyapa murid lelaki tersebut namun sapaan tersebut tidak ditanggapi oleh Dirga sama sekali.

Raut wajah Amanda terlihat sedih namun ia berusaha tersenyum lalu berkata, "Tadi aku beliin kamu roti serta susu buat sarapan. Tolong terimalah."

Amanda menaruh kedua barang tersebut di meja Dirga.

Bruk 

Kedua makanan tersebut terpental jatuh ke bawah oleh gerakan tangan Bagas. "Kau memberi makanan murahan tersebut untuk Dirga? Apa kau tidak salah?" 

Bagas bertanya dengan nada sinis. Amanda hanya menundukan kepalanya sembari melihat susu dan roti yang pagi tadi ia beli tergeletak di bawah lantai kelas.

Sedangkan Dirga tidak sedikit pun bergerak dari tempatnya. Ia masih sibuk membaca buku. 

Amanda kemudian berjongkok untuk mengambil kemasan susu serta roti yang jatuh tersebut. Namun sebelum ia memgambilnya Bagas lebih dulu menginjak makanan tersebut. Dan mengambil susu kemasan dengan tangannya.

"Ini makanan sampah. Jadi sangat pantas untuk diinjak." Ucap Bagas tanpa merasa bersalah.

Amanda lalu mendongakkan kepalanya dan menatap Bagas dengan kesal. Bagas yang melihat tatapan tersebut merasa jengkel dan segera berbicara, "Kau mau bicara apa hah? Ayo bilang. Jangan hanya menatapku dengan tatapan menjijikanmu."

"Awas."

Perkataan Amanda membuat Bagas serta seluruh siswa di kelas melongo. Mereka berpikir bagaimana bisa Amanda berkata seperti itu kepada Bagas. Apa ia tidak sadar?

Di detik-detik sebelum kejadian mengejutkan terjadi, Farel bergerak dari tempat duduknya ke belakang. Dan dengan cepat ia melindungi Amanda dari tumpahan cairan susu kemasan oleh Bagas.

'Awal hari yang berat menjadi karakter tambahan.'


.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

Hi, semuanya. Saya harap kalian akan suka dengan cerita ke tiga saya❤

[BL] ÉkstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang