Bagian 84

2.8K 302 4
                                    

Jauh sebelum Farel bermimpi, sekitar minggu kedua ketika Farel dalam keadaan tidak sadarkan diri dan berbaring di ranjang rumah sakit, ada beberapa berita yang muncul di stasiun televisi. Sebenarnya berita itu bukanlah berita yang cukup besar dan membuat perhatian semua orang tertuju kepada berita itu.

Berita itu hanyalah melaporkan beberapa orang yang secara kebetulan mulai kehilangan barang-barang milik mereka di dalam rumah. Mereka kehilangan barang-barang dalam waktu yang hampir bersamaan. Lalu barang yang dilaporkan hilang itu bermacam-macam, mulai dari perhiasan, barang elektronik, peralatan rumah tangga dan hal-hal kecil lain seperti pakaian dan sandal.

Polisi tidak terlalu menganggap serius laporan tersebut. Mereka hanya menyimpulkan bahwa kejadian kehilangan barang-barang secara serentak mungkin disebabkan oleh perampokan secara masif.

Namun, yang janggal adalah, tidak pernah ada satupun bukti yang menunjukan kalau seseorang telah merampok. Tidak ada rekaman kamera pengawas yang menangkap orang atau sekelompok orang yang memasuki rumah atau apartemen secara paksa. Tidak ada satu saksi pun yang melihat. Ataupun orang yang keluar dari rumah dengan gelagat mencurigakan. Bahkan rumah yang dikatakan telah dirampok, tidak pernah terlihat ada bekas seperti orang yang merampok. Contohnya, mengacaukan barang-barang yang ada disana demi mencari barang yang dicari.

Hingga saat ini pun, tidak ada yang pernah dinyatakan bersalah atas kasus tuduhan perampokan.

Selanjutnya di minggu ke kedua Farel sudah sadar diri, ada kasus lain yang muncul. Kasus kehilangan barang masih ada sampai saat ini.

Kasus baru tersebut adalah hilangnya ratusan orang secara masif. Orang yang hilang diantaranya bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa dan orang tua yang sudah sangat berumur. Mereka tiba-tiba menghilang di tempat seperti kamar, taman kanak-kanak, sekolah, pusat perbelanjaan dan taman.

Tidak hanya, orang, hewan peliharaan dan hewan ternak pun ikut menghilang secara misterius. Semua pemilik hewan khawatir tentang hal itu.

Banyak orang yang melaporkan hal tersebut juga kepada polisi. Pasalnya semua orang yang hilang, tiba-tiba menghilang tanpa ada penyebabnya. Polisi melakukan penyelidikan, tapi tidak menemukan bukti apapun yang bisa membuktikan kalau orang yang hilang diakibatkan oleh penculikan maupun pembunuhan. Mereka juga tidak bisa membuktikan kalau orang yang hilang, itu dikarenakan secara mendadak pergi bersama-sama ke suatu tempat. Hal itu sangat sulit dibuktikan. Polisi juga tidak bisa membuktikan hewan yang hilang itu karena dicuri oleh seseorang.

Suasana kota pun mulai tidak kondusif, karena banyak orang yang memprotes kinerja polisi yang sangat lambat. Mereka terus mendesak kepolisian agar segera mengusut tuntas kasus keluarga mereka yang hilang dan hewan ternak yang hilang juga. Mereka menuntut kepastian tentang keluarga mereka yang hilang.

Dan terakhir, kasus bencana alam yang tiba-tiba terjadi. Bahkan badan pemerintahan yang biasanya mencakup hal-hal seperti cuaca dan bencana pun tidak bisa memprediksi gempa yang tadi terjadi. Tidak ada yang mengetahui kalau siang itu, gempa besar akan terjadi dan banyak memporak porandakan bangunan di seluruh kota hingga rata. Dan bahkan fenomena aneh terhadap reruntuhan yang berubah menjadi tulisan pun, tidak ada yang tahu akan hal itu.

Dan itu semua diberitakan oleh wartawan di stasiun televisi.

Ada salah satu wartawan laki-laki yang entah datang dari stasiun televisi mana, dia tiba di lapangan besar  bersama satu temannya yang membawa sebuah kamera besar di pundaknya. Dengan tampilan yang sedikit lusuh akibat debu yang menempel pada baju kerja mereka, mereka mendekati sekelompok paman yang sedang bersantai. Mereka meminta maaf dan meminta untuk mewawancarai salah satu dari mereka.

"Bagaimana menurut bapak tentang kejadian aneh dimana reruntuhan terangkat dan menjadi kalimat lalu menghilang. Apakah bapak menyaksikan itu secara langsung?"

Banyak orang yang berkerumun disana, anak-anak mendendekati karena penasaran dengan apa yang tengah terjadi. Dan beberapa orang dewasa berdiri dibelakang orang yang diwawancarai, berharap wajah mereka akan tersorot oleh kamera.

"Saya lihat sendiri. Wahhh… tadi saya beneran kaget. Saya tidak menyangka akan menjadi seperti itu. Saya ini tadi lagi asik-asiknya ngopi di pinggir jalan menunggu orderan masuk. Saya nyeruput kopi panas, eh tau-taunya gempa! Bibir saya jadi panas! Terus saya kan berdiri di depan gedung kantor gitu, gedungnya sampai bergoyang saking besarnya gempa! Dan akhirnya gedung itu runtuh dan hal yang paling diluar nalar adalah, reruntuhan itu terbang dan mengambang ke atas langit. Berubah jadi sesuatu dan menghilang. Wahh… kayaknya itu tanda-tanda kiamat."

Orang-orang yang disekitarnya pun mengangguk. Mereka setuju dengan pernyataan terakhir kalau itu adalah tanda kiamat.

Setelah bertanya mengenai hal lain, wartawan mendekat ke arah kerumunan Farel dan Dirga. Tidak jauh dari mereka ada sekumpulan tahanan yang duduk menyila berurutan ke belakang. Kali ini rantai di kaki mereka telah dilepaskan dan hanya meninggalkan borgol dibagian tangan. Namun, walaupun begitu, petugas masih berjaga diantara mereka dan mengawasi gerak-gerik mereka.

Melihat para tahanan yang tengah duduk, secara tidak sadar mata Farel mencari seseorang disana. Pertama dia mencari di bagian depan kerumunan, lalu bergerak ke tengah hingga menuju akhir, tidak ada satupun orang yang dicarinya.

Farel merasakan hatinya tiba-tiba merasa aneh. Karena rasa penasaran, dia akhirnya membawa Dirga dan mereka bertanya kepada salah satu petugas yang tengah berjaga di barisan belakang.

"Permisi, Pak," ketika petugas itu mendengar suara dari dekat, dia menoleh. Farel mengenali wajah petugas uti. Itu adalah petugas tadi saat di ruang temu! Dia adalah orang yang membawa Ayah Farel masuk dan bertemu dengan Farel.

"Iya, kenapa, Dek?"

"Ehh… saya lihat-lihat tidak ada tahanan yang tadi bapak bawa ke ruang temu untuk bertemu dengan saya?"

Wajah petugas itu agak sedikit terkejut, dia sepertinya baru menyadari itu ketika Farel bertanya.

"Apakah kamu salah satu keluarga dari tahanan nomor 2959?"

"Iya betul, Pak."

Segera raut wajah petugas itu menjadi berbeda, dia berbicara dengan pelan, "Maaf. Dia tidak ada disini."

"Maksudnya?"

"Dia tidak pernah berhasil keluar dari dalam ruangan tahanan."

Farel hanya diam membisu seribu bahasa. Dia tidak tahu harus menanggapi berita itu dengan hal apa. Perlukah ia sedih dan menangis tersedu-sedu menanggapi itu? Tapi ayah Farel adalah orang tua yang kejam dan telah banyak menyiksanya. Dia tidak hanya menyakitinya dengan fisik namun verbal juga.  Tidak ada alasan baginya untuk melakukan hal itu, ketika dia tidak pernah merasakan suatu perasaan yang membuatnya nyaman dengan ayahnya. Tapi, apa Farel perlu untuk tertawa dengan bahagia? Tentu tidak. Dia tidak setidak punya hati itu. Dia bukan orang seperti itu.

Pada akhirnya Farel tetap diam dan melamun. Dia tidak memikirkan apapun dan pikirannya kosong.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now