Bagian 21

9.8K 1K 19
                                    

Di hari senin pagi yang cerah, hampir semua murid mulai dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas sudah berada di lapangan. Setiap kelas berbaris memanjang membentuk garis horizontal. 

Tidak hanya para murid saja yang berbaris, namun di bagian sisi kanan ada para guru beserta staf sekolah lain yang berbaris juga. Lalu di sisi lain ada para pemandu upacara yang tengah memandu jalannya upacara pagi hari ini. 

Farel yang sedang berdiri di barisan paling terdepan merasa kepanasan karena sinar matahari menyentuh seluruh tubuhnya secara langsung. Ia juga merasa kehausan, namun jalannya upacara masih lama. Dia harus lebih sabar menunggu. 

Walaupun begitu, dia menikmati pemandangan di depannya. Dirga tengah berdiri tegak di sisi lapangan. Senin ini dia menjadi pemimpin upacara. Dia terlihat tegas saat memimpin upacara berbeda dengan aura hari-hari biasanya yang terlihat kaku. 

Setengah jam kemudian Dirga bergerak menuju depan dan tepat berhenti di bagian tengah lapangan. Tubuhnya bergerak dan menghadap kami--para murid yang berbaris. 

"Upacara selesai. Barisan bubar, grak!"

Perintahnya dengan suara yang sangat lantang. Setelah itu para murid segera bubar dan mulai kembali menuju kelasnya masing-masing. 

Aku masih berdiri di tempat yang sama dan melihat Dirga yang didatangi para siswi dari organisasi OSIS dan Paskibra. Mereka mengelilingi Dirga dan memujinya.

Farel tersenyum melihat itu.

Dirga, walaupun dia adalah wakil dari ketua OSIS tapi nyatanya dia jauh lebih populer dibandingkan dengan ketuanya sendiri. 

Farel lalu melihat Amanda yang juga bergerak menuju kerumunan tersebut. Dia juga sepertinya tengah memuji Dirga kemudian dia juga menyodorkan sesuatu kepada Dirga. 

Farel berbalik dan akan berjalan menuju kelasnya namun terhenti oleh suara yang memanggil namanya, "Farel".

Farel berbalik dan melihat Dirga yang berjalan mendekat ke arahnya. Farel merasa heran melihat pemandangan aneh di depannya ini.

"Aku tidak salah dengar kamu memanggilku, kan?"

Dirga yang mendengar pertanyaan Farel tidak menanggapi Farel dan malah mengajaknya, "Kita pergi ke kelas bersama."

"Beneran!" 

Farel yang berseru mendengar ajakan Dirga membuat Dirga menatapnya dengan lekat. Dia lalu bertanya dengan heran.

"Mengapa kamu begitu terkejut?"

"Tentu saja aku terkejut. Biasanya kamu berperilaku seperti orang yang lupa. Tapi, kamu tiba-tiba datang dan mengajakku pergi bersama. Tidak hanya itu, bukankah kamu sedang mengobrol bersama para siswi?"

'Ini seperti saat dia mengajakku pulang bersama.'

"Kamu terlalu berpikir berlebihan. Lupakan saja jika kamu keberatan."

Setelah mengatakan hal itu, Dirga melenggang pergi meninggalkan Farel. Farel merasa menyesal mengatakan hal tersebut. 

'Dirga benar. Aku seharusnya tidak terlalu berpikir berlebihan. Mungkin Dirga hanya ingin pergi bersama ke kelas. Tidak ada yang aneh dengan itu.' 

Buru-buru dia mengejar Dirga.

"Aku minta maaf kalau kamu tersinggung oleh ucapanku."

Dirga yang mendengar itu menurunkan kecepatan berjalannya agar bisa sejajar dengan Farel. Dia melihat Farel yang menunduk.

"Aku tidak marah."

Farel yang mendengar kalimat Dirga segera mendongak dan melihatnya dengan tatapan berbinar. Senyuman di wajahnya pun begitu menawan akibat dari sinar matahari pagi.

Dirga segera menoleh ke arah lain.

"Omong-omong tadi kamu memimpin upacara dengan baik. Kamu sangat terlihat…" Farel menghentikan ucapannya saat ia sadar akan menambahkan kalimat 'tampan' di akhir. Dirga berbalik melihat. "Kamu terlihat hebat," tambahnya.

"Bagaimana kamu menghabiskan akhir pekan--"

Sebelum Farel menyelesaikan kalimat yang akan ditanyakannya kepada Dirga. Ada orang yang lebih dahulu menginterupsi.

"Kak Dirga tunggu!"

Dirga dan Farel yang mendengar itu segera berhenti dan berbalik melihat seorang siswi perempuan dari kelas sepuluh datang mendekat.

"Kak Dirga bisa bantu tolong kami tidak?"

"Bantu apa?"

"Itu Kak Amanda barusan tiba-tiba pingsan." Katanya sambil menunjuk ke arah lapangan. "Kami semua hanya perempuan dan tidak ada laki-laki. Kak Dirga bisa bantu tolong untuk membawa Kak Amanda ke UKS tidak?"

Farel melihat ke arah Dirga yang tengah terdiam. Farel padahal tadi melihat Amanda terlihat baik-baik saja. Lalu mengapa ia bisa tiba-tiba pingsan?

Karena tidak kunjung mendengar jawaban dari Dirga, siswi tersebut kembali berbicara, "Kak saya mohon tolong bantu kami."

"Kenapa Amanda tiba-tiba pingsan?" Tanya Farel yang penasaran.

"Saya juga tidak tahu, Kak. Mungkin Kak Amanda belum sarapan."

Dirga terlihat menghela nafas kemudian mengangguk. 

Mereka bertiga kembali ke lapangan dan melihat Amanda yang tergeletak di tembok lapangan. Dirga mendekat kemudian berjongkok di samping Amanda.

"Bantu aku menggendongnya," kata Dirga sambil melihat ke arah Farel. Farel menjawab dengan mengangguk dan membantu memindahkan Amanda ke atas punggung Dirga. 

Dirga berdiri sambil menggendong Amanda di punggungnya kemudian berjalan menuju UKS bersama dengan Farel yang mengikuti mereka di belakangnya.

Farel yang melihat pemandangan di depannya entah mengapa ada sesuatu yang mengganggu hatinya sehingga membuatnya tidak tenang. 

Namun, Farel tidak terlalu memikirkan perasaan itu kemudian dia berjalan di samping mereka berdua. Dia melihat kepala Amanda menyandar di bahu kanan Dirga dan terlihat nyaman.

Bagian dahi Farel terlihat mengkerut.

'Aku tidak salah lihat kalau Amanda baru saja tersenyum, kan?'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now