Bagian 3

18.8K 1.9K 47
                                    

'Iya, aku adalah karakter tambahan'

Farel merupakan sebuah karakter tambahan yang ada di novel Terimalah Cintaku. Mungkin Farel tidak akan tahu kalau itu adalah perannya sampai guru tadi pagi memanggilnya seperti itu.

Bahkan Farel sendiri kurang mengetahui karakternya sendiri. Itu karena ia adalah karakter tambahan, maka informasi mengenai kehidupan serta perannya di dalam novel tidak begitu banyak dijelaskan. Berbeda dengan karakter utama yang biasanya informasinya dijelaskan secara jelas dan terkadang ditulis berlebihan. 

Farel di dalam novel mungkin baru disebutkan namanya oleh Amanda saja. Saat Farel baru saja membantu Amanda dari kemalangannya. Selain itu, Farel di dalam novel tidak pernah disebutkan sama sekali. Apalagi novel tersebut bukanlah sebuah novel yang sudah tamat, melainkan novel yang bersambung. Jadi, mungkin itu adalah alasannya. 

Walaupun begitu Farel merasa bersyukur, ia bisa melihat para karakter utama novel dari kejauhan dan mengamati mereka dengan tenang. 

Tunggu, Farel baru ingat kalau ia orang yang disebut Amanda setelah membantu kemalangannya.

Amanda adalah karakter utama perempuan. Dia seringkali mengalami kemalangan dan Farel adalah orang yang membantu kemalangan Amanda. Atau dengan kata lain Farel adalah teman Amanda. 

"Farel, kamu mau tetap berada di kelas?"

Farel yang sedari tadi melamun akhirnya kembali tersadar mendengar pertanyaan Amanda.

"Ada apa?" 

Farel bertanya balik karena kebingungan.

Amanda menghela nafas, lalu menjawab, "Bel pulang sudah berbunyi. Apa kamu tidak mendengarnya?"

"Oh, itu."

Farel menjawab dengan pelan. Amanda kembali menambahkan, "Ayo pulang bersama."

Farel pun menganggukan kepalanya. Setelah selesai merapikan barang-barang miliknya ke dalam tas miliknya. Farel beserta Amanda keluar dari kelas bersama para siswa siswi lain. 

Langkah kaki Farel terhenti di parkiran sekolah ketika Amanda tiba-tiba pergi menjauh dari sisinya tanpa sepatah kata pun.

Farel tiba-tiba ingat, bahwa kejadian yang akan terjadi sebentar lagi pernah ada di dalam novel. 

Amanda mendekat ke arah Dirga yang baru saja menaiki motornya. Amanda berdiri tepat di depan motor milik Dirga. 

Dari ekspresi yang terlihat raut wajah Dirga tidak berubah sedikitpun saat Amanda menghalanginya. Ia juga tidak berbicara dan menatap Amanda dengan tatapan yang sulit Farel jelaskan.

"Dirga, bisa antar aku pulang ke rumah?"

Amanda bertanya kepada Dirga sambil mengaitkan kedua tangannya dan memberikan tatapan sedih, seolah-olah ia sedang memohon kepada Dirga.

"Kau mau apa lagi menghalangi jalan."

Kalimat tersebut keluar dari Bagas yang baru saja datang ke parkiran sekolah. Ia dengan sengaja menyenggol tubuh Amanda membuatnya sedikit terhuyung ke depan.

Setelah berdiri dengan tegap Amanda kembali berbicara kepada Dirga.

"Dirga, sekali ini saja. Bisakah kamu mengantarku pulang?"

Dirga tidak menanggapi permintaan Amanda. Ia memakai helm dan mulai menghidupkan motor.

Derungan motor terdengar dari motor putih Dirga dan  motor hitam Bagas.

Trit trit trit

Bagas membunyikan klakson motor beberapa kali dan cukup membuat telinga tidak enak mendengarnya. Amanda pun segera menyingkir dari depan Dirga. 

Setelah itu kedua motor tersebut keluar dari area sekolahan. Para murid yang tadi berkumpul pun sudah berpencar menuju tujuannya masing-masing. 

Terlihat satu orang siswi perempuan berambut pendek sebahu mendekat ke arah dimana Amanda berdiri.

"Kasihan sekali, permintaanya tidak terkabul. Kalau kamu adalah manusia, pastinya kamu sangat sadar bahwa sangat sulit bagimu untuk bisa dekat dengan Dirga."

Farel tahu siapa siswi perempuan yang berkata dengan sinis tersebut. Dia adalah Erika. Salah satu orang yang membenci Amanda. 

Erika tidak menunggu jawaban Amanda dan pergi bersama teman-temannya.

Setelah itu Amanda datang mendekat ke arah Farel sambil berbicara, "Farel, bisa antar aku pulang?"

Dia mengangguk sambil menjawab, "Bisa."

Setelah itu dia baru menyadari sesuatu dan kembali berbicara, "Omong-omong kamu tahu dimana aku tinggal?"

Setelah Amanda memberitahunya kalau Farel sering diantar jemput oleh supir. Dia merasa lega. Setidaknya kalau ia lupa alamatnya, masih ada supir yang menjemputnya. Walaupun begitu Amanda kembali menuduh Farel sedikit bersikap aneh. Dan dia hanya menanggapinya dengan bilang kalau ia hanya bercanda.

Saat tiba di rumah milik keluarganya. Farel menemukan dirinya hanya sendirian. Tidak ada orang lain di rumah yang cukup luas tersebut. 

Farel tidak mengetahui keberadaan kedua orang tua dari Farel asli. Farel berasumsi mungkin kedua orang tuanya sedang sibuk bekerja dan belum kembali ke rumah. 

Farel pun mencoba melihat seisi rumah yang akan ditempatinya ini. Mulai dari ruang tamu, lalu berjalan ke tengah ruangan. Ia melihat ke area dapur serta ruang makan. 

Walaupun sepi, rumah ini tampak bersih dan tertata rapi. 

Farel lanjut melihat ke ruangan lain yang belum ia cek. Dan ruangan terakhir yang ia lihat, sepertinya itu adalah kamar miliknya.

Saat memasuki kamar tersebut, ia disambut dengan banyaknya buku yang tersusun rapi di rak yang cukup besar. 

Selain itu di sampingnya ada meja belajar. Di atas meja belajar tersebut banyak kertas note dipenuhi tulisan tangan yang ditempelkan di dinding.

"Sepertinya Farel asli adalah orang yang bekerja keras."

Walaupun karakter tambahan, nyatanya Farel asli sangat mendedikasikan waktunya untuk belajar dengan giat. Farel pun merasa tersanjung. 

Di atas meja Farel menemukan sebuah amplop putih yang belum terbuka sama sekali. 

Farel merasa penasaran dan mencoba membuka amplop tersebut. 

Ia menemukan sebuah surat yang bertuliskan, 

[ Temukanlah ….. ….. mu! ]

Farel bingung dengan maksud dalam tulisan tersebut. Apalagi bagian tengah tulisan tersebut kosong. 

Klik.

Farel mendengar suara pintu rumah yang terbuka. Ia bergegas keluar dari kamarnya untuk bertemu kedua orang tuanya. Ia ingin menyapa mereka berdua. 

Saat Farel tiba di depan kedua orang tuanya di depan pintu rumah, mereka terlihat sangat lelah setelah bekerja. Bahkan sebelum Farel mengucapkan kalimat 'Selamat datang, Ayah dan Ibu' kepada kedua orang dewasa di depannya. Sebuah tamparan lebih dulu tiba di pipinya dengan kencang.

"Anak sialan!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now