Bagian 17

11.2K 1.2K 62
                                    

Keesokan harinya Farel berangkat ke sekolah menggunakan bus umum. Ternyata menunggu bus untuk sampai di halte tempatnya menunggu membutuhkan waktu yang agak lama. Terlebih saat bus datang, banyak penumpang yang sudah berada di dalam bus. Terpaksa Farel berdiri di tengah-tengah bus sambil memegang tali pegangan yang menggantung di tengah bus. 

"Hahh"

Farel merasa lega setelah turun dari bus. Walaupun berada di dalam bus cukup menyesakkan berbeda dengan naik mobil bersama supir. Dia tidak menyesalinya. Dia merasa jauh lebih nyaman. Ia berhenti tepat di halte sekolahnya bersama dengan para murid lain dari sekolah yang sama dengannya. 

Ketika Farel melihat waktu dari ponsel miliknya, sebentar lagi gerbang sekolah akan segera tutup. Jadi, dia berjalan dengan cepat menuju gerbang sekolah.

Di dalam area sekolah dia berjalan dengan perlahan dan tiba-tiba berhenti saat kedua matanya melihat kerumunan yang berada di area parkiran. 

"Apa yang sedang terjadi di sana?"

Farel bergumam dan merasakan sesuatu yang tidak baik tengah terjadi. Dia mencoba mendekat ke arah sana dan melihat situasi apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau lihat apa yang sudah kau lakukan?!"

Kedatangan Farel di parkiran sekolah segera di sambut oleh amarah Bagas. Jari telunjuk Bagas mengarah ke sepeda motor berwarna hitam miliknya yang sudah tergeletak di atas tembok dengan kondisi bagian samping kiri motor yang menyentuh tembok rusak. Bagian tersebut lecet serta retak. Farel mengernyit melihatnya. Butuh uang yang tidak sedikit untuk memperbaikinya.

"Aku minta maaf. Aku tidak sengaja melakukannya."

Amanda berdiri sambil menundukkan kepalanya. Ia terlihat gemetar di tempatnya. Bagas yang melihat itu menggertakan giginya.

"Maumu itu apa? Kau tidak henti-hentinya mengganggu Dirga. Dan sekarang kau sudah merusak motor kesayanganku?"

Amanda segera mengangkat kepalanya dan berbicara, "Aku akan mengganti kerugiannya."

Bagas mendengus mendengar hal tersebut, sambil memberikan tatapan mencemooh dia berkata, "Apa kau sanggup mengganti kerugiannya?"

"T-tentu saja. Berapa pun itu. Aku akan membayarnya." Amanda dengan gugup dan terbata menjawab pertanyaan Dirga. 

"Sebentar… " Bagas terlihat tengah berpikir mencoba mengkalkulasikan total kerusakan yang dibuat Amanda. "Aku pikir biaya untuk membenarkannya kira-kira sekitar xx juta." Lanjutnya.

"Apa? Semahal itu?" Amanda dan para murid yang berkerumun terkejut mendengar jumlah uang untuk membenarkan motor sampai semahal itu.

"Iya, apa kau sanggup membayarnya?" Dengan nada menyindir Bagas bertanya. 

Amanda diam untuk sementara waktu, dia merasa gugup dan bingung harus bagaimana. Ia tidak memiliki tabungan sebanyak itu. Apalagi sebagian besar uang yang didapatkannya untuk bekerja lebih banyak untuk dibayarkan kepentingan yang lebih utama dan mendesak. Ia hanya memiliki uang sedikit untuk kebutuhan dirinya sendiri.

Farel sudah bertanya kepada salah satu murid apa yang sebelumnya sudah terjadi. Murid tersebut mengatakan bahwa Amanda tidak sengaja menjatuhkan motor milik Bagas yang sudah terparkir ketika ia hendak berbicara dengan Dirga. Setelah itu Dirga pergi dari sana dan Bagas mulai marah.

Farel menghela nafas malas di tempatnya.

"Kenapa dia selalu berbuat ulah yang merugikan dirinya sendiri?" Pikir Farel.

"Bisakah aku membayarnya dengan cara dicicil?" Amanda bertanya dengan penuh harap.

"Tidak." Bagas menjawab dengan tegas.

"T-tapi aku tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Aku berjanji aku akan membayarnya setiap hari sedikit demi sedikit." Amanda memberikan tatapan menyedihkan dan berharap Bagas bisa menerima permintaan darinya.

Bagas terlihat kesal di tempatnya setelah mendengar hal itu. Lalu ia berkata, "Lupakan saja kalau kau tidak mampu membayarnya." Kemudian dia pergi dari parkiran.

Namun Amanda segera menahannya, dan berkata, "Kalau begitu, bagaimana kalau aku membayarnya dengan cara lain?"

Bagas terlihat tertarik mendengar hal tersebut. Ada sedikit seringaian di ujung bibirnya. Dia berbalik dan menatap Amanda lalu menjawab, "Apa kau benar-benar yakin akan melakukan apapun yang aku suruh?"

"Ahhh...ya..., aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku." Amanda terdengar tidak yakin mengucapkan kalimat tersebut.

Bagas menyeringai dan berkata, "Kalau begitu, mulai hari ini kamu menjadi suruhanku."

Kalimat tersebut membuat Amanda melongo tidak percaya. 

'Mungkin aku sangat terlihat bodoh karena melakukannya. Namun, aku tidak punya kesempatan lain selain memanfaatkannya saat ini. Aku tidak bisa kehilangan kesempatan ini.'

Farel bergerak dari tempatnya dan maju ke depan lalu berdiri di antara mereka berdua sambil berkata, "Aku akan menggantikan Amanda melakukannya."

Bagas terlihat mengernyit kemudian bertanya, "Siapa kau? Lancang sekali mengganggu pembicaraan kami."

"Aku, Farel Atmaja akan menjadi suruhanmu menggantikan posisi Amanda." Farel dengan lantang menjawab kekesalan Bagas. 

"Apa kau bodoh dan kehilangan akal sehatmu? Memangnya kenapa kau mau membantu menggantikan posisinya? Apa kau pacarnya atau semacam itu?" Dirga bertanya sambil menatapnya dengan tatapan tajam miliknya. 

"Bukan keduanya. Aku hanya ingin melakukannya."

Farel memang memutuskan hal bodoh tersebut karena ia tidak memiliki cara lain agar bisa lebih dekat dengan Bagas. Farel berpikir, mungkin seiring berjalannya waktu, Bagas akan menaruh simpati dan menjadikannya teman. 

Dengan begitu misi untuk tidak mengubah jalan cerita akan terus berlanjut seperti bagaimana karakter dia di awal. Dan tentu saja semua itu dilakukannya demi satu hal, yakni pulang kembali menuju dunia aslinya berada.

Selain itu, Farel juga sangat yakin bahwa Farel asli pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan. 

"Aku menerima keputusanmu dan aku harap kau tidak akan menyesalinya sama sekali."

Setelah mengatakan kalimat tersebut dengan cepat Bagas melemparkan tas miliknya ke arah Farel. Farel dengan cepat menangkapnya.

"Bawa tas milikku ke dalam kelas dan taruh di atas kursi milikku. Kamu paham suruhanku?"

Bagas dengan sengaja menekankan kata terakhir tersebut. Dalam hatinya Farel merasa kesal kepada Bagas. Kalau saja ia tahu ada cara lain untuk kembali pulang ke dunia asalnya. Kemungkinan dia tidak akan pernah melakukan hal yang sangat bodoh ini.

.
.
.
.
.
Mau gimana lagi?:(
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin