Bagian 9

16.2K 1.7K 18
                                    

Farel memutuskan untuk meminjam buku novel yang tadi siang dia baca dan membawanya pulang ke rumah.

Ia ingin tahu kelanjutan dari sang tokoh yang bertransmigrasi tersebut. Di bagian awal novel dijelaskan bahwa sang karakter bertransmigrasi diakibatkan oleh suatu hal. Biasanya karakter sebut bertransmigrasi setelah mengalami suatu kecelakaan yang menimpanya. Contohnya dia ditabrak oleh sebuah truk. 

Selanjutnya, tokoh tersebut menemukan dirinya di tempat yang asing. Ia juga menemukan dirinya berada di tubuh orang lain dengan jiwanya dari kehidupan sebelum ia bertransmigrasi.

Kemudian sang tokoh ingat kalau dunia yang ia masuki adalah sebuah novel yang sering ia baca. Dimana karakter yang ia masuki akan mengalami sebuah kematian.

Itu sedikit berbeda dari yang Farel alami. Sang tokoh masih memiliki ingatan dari kehidupannya dengan jelas. Farel hanya ingat kalau ia sering membaca dan menyukai novel Terimalah Cintaku. Namun ia tidak ingat info selain itu.

Lalu sang tokoh yang bertransmigrasi menjadi antagonis ingat dengan nasibnya yang akan mati di tangan tokoh utama. Itu berbeda juga dengan yang Farel ingat. Ia tidak pernah ingat, tokoh utama akan membunuh Farel.

"Tapi…"

"Bahkan novelnya masih bersambung, bagaimana mungkin aku bisa menyimpulkan kalau aku tidak akan bernasib sama di masa depan nanti?"

"Hah…"

Farel gelisah akibat ucapannya sendiri. Ia tidak ingin mati di dunia ini. Farel hanya ingin kembali ke dunia asalnya. 

"Lebih baik aku melanjutkan membaca. Mungkin ada informasi lain yang bisa aku dapatkan."

Selama beberapa jam kedepan Farel rela begadang demi mengetahui nasib sang tokoh tersebut. Hingga jarum jam di dinding kamar berhenti tepat di angka 3.  

Farel ketiduran.

Ketika Farel terbangun dan bercermin di kamar mandi. Dia menemukan wajahnya dalam keadaan yang buruk. 

Matanya merah dan terasa perih. Lalu bagian di bawah matanya pun terlihat menghitam. Rambut hitamnya berantakan dan kepalanya pusing akibat kurang tidur.

"Wajahku sangat buruk."

Farel memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah dan beralasan kepada kedua orang tuanya kalau ia sakit. Orang tuanya yang biasanya akan marah karena Farel melewatkan les belajarnya, dengan mudahnya memberi izin. Mereka sepertinya percaya dengan akting yang Farel lakukan. Karena Farel batuk-batuk serta terlihat menyedihkan di depan mereka. 

Saat ini, ada hal penting yang harus ia selesaikan.

"Tentu saja membaca novel."

Farel menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Ia takut kalau kedua orang tuanya secara tiba-tiba akan masuk ke dalam kamarnya saat ia tengah asyik membaca novel. 

"Oke, dimana terakhir kali aku membaca semalam?"

Farel bertanya kepada dirinya sendiri setelah berbaring di atas ranjang miliknya. Bagian depan tubuhnya berada di atas ranjang dengan sepasang kaki yang berayun di udara. Farel tengah tengkurap.

Farel mencoba membuka ke halaman yang terakhir dia baca. Ia mencoba mencari terakhir kali ia membaca namun, anehnya…

"Kenapa tidak ada satupun huruf yang tertulis?"

Farel mencoba lagi untuk mencari di halaman lain. Ia membalik setiap halaman buku dengan cepat. Namun hasilnya nihil. 

"Bagaimana mungkin?"

Farel menatap buku yang tengah ia pegang dengan keheranan. Pasalnya tidak ada satupun huruf yang tertulis. Yang ada hanyalah putihnya kertas kosong.

Farel mencoba melihat halaman depan buku tersebut dan…

"Ini tidak mungkin."

Farel menggelengkan kepalanya masih keheranan dengan pemandangan di depannya. Judul buku tersebut menghilang entah kemana. 

"Mungkin aku salah mengambil buku."

"Ya… sepertinya begitu."

Farel bangun dan berjalan ke arah rak buku di sisi kamarnya. Ia mencoba mencari buku yang semalam ia baca. Mungkin saja ia tidak sengaja membereskannya dan menaruhnya di rak buku.

Farel membaca setiap buku yang ada di rak satu persatu. Setelah selesai ia menaruhnya di atas lantai. Hingga ke bagian rak terakhir yang ada di bagian paling bawah. 

"Kemana bukunya pergi?"

Farel menggaruk kebingungan. Ia mencoba mencari di atas meja belajar miliknya. Namun masih dengan hasil yang sama.

Farel akhirnya memutuskan untuk kembali ke ranjang miliknya dan duduk di sana. Farel memegang buku yang semalam ia sangat yakini tengah ia baca.

Namun mengapa buku tersebut sekarang menjadi sebuah buku polos. Tidak ada tulisan apapun di dalamnya. 

Farel baru membaca sampai pertengahan bukunya saja. Ia belum selesai membaca bukunya. Farel masih ingat kelanjutan dari bagian awal novel kemarin.

"Ketika sang tokoh tahu kalau ia memiliki takdir di bunuh oleh sang tokoh utama. Tokoh tersebut akhirnya memilih untuk mengubah jalan cerita novel tersebut. Salah satu hal yang dia lakukan adalah dengan menghindari sang tokoh utama. Ia juga berusaha mengubah perilakunya. Seiring berjalannya cerita novel berubah, tokoh utama tidak lagi membencinya dan malah berteman dengan dirinya. Akan tetapi ternyata itu tidak mengubah takdir tokoh tersebut, tokoh tersebut akan dibunuh oleh karakter lain."

Farel memijat keningnya. Ia sungguh pening dengan jalan novel tersebut. Setelah itu Farel tidak tahu kelanjutan dari novel tersebut karena tertidur. Dan saat ingin melanjutkannya ia tidak bisa karena ceritanya menghilang.

"Aku tidak tahu bagaimana nasib tokoh tersebut setelah dibunuh. Kalau saja aku tidak ketiduran mungkin aku akan tahu akhir dari novel tersebut."

Farel mendesah kecewa. 

"Mengapa setelah mengubah jalan cerita novel, tokoh tersebut tetap mati? Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin mati."

Farel berbaring dan menatap bagian atas kamarnya. Ia merasa frustasi dengan hal yang ia alami. Farel lama berpikir hingga dia mendapatkan sebuah kesimpulan, dia tiba-tiba bangun dan berdiri sambil berseru.

"Aku tidak akan mengubah jalan ceritanya!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now