Bagian 14

12.7K 1.3K 23
                                    

"Aku pikir aku akan mencoba untuk berbicara dengannya saat dia tidak bersama dengan Bagas."

Farel berbicara seperti itu setelah melihat seminggu lalu Dirga yang bersikap seolah lupa dengan pembicaraan mereka. Mungkin Dirga tidak ingin Bagas mengetahuinya--walaupun dia sendiri tidak yakin dengan itu. 

Farel juga sudah membeli buku novel yang Dirga baca pertama kali. Dia juga sudah membaca lebih dari setengah novel tersebut. Dengan demikian dia memiliki topik pembicaraan saat bersama dengan Dirga.

Akan tetapi semenjak minggu kemarin, dia tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Dirga empat mata. Kemana Dirga pergi, Bagas selalu ada bersamanya.

"Bagas ini bodyguardnya atau bagaimana?"

"Hahhh"

Farel menghela nafas sedih. 

Ia melihat Bagas dan Dirga yang baru saja selesai menghabiskan makanan mereka di meja kantin. Mereka berdua berdiri dan menaruh nampan makanan mereka. 

Farel melihat mereka seperti tengah berbicara sesuatu. Setelah itu Dirga dan Bagas pergi ke arah yang berlawanan.

"Ini kesempatanku!"

Farel segera berdiri dari tempat duduknya dan menyusul kepergian Dirga. Dia dengan diam-diam mengikuti Dirga di belakangnya. 

Dirga keluar dari gedung sekolah dan terus berjalan ke bagian samping gedung sekolah. Namun, Dirga tiba-tiba berhenti di tengah perjalanan. Secara reflek Farel berhenti dan bersembunyi di balik dinding gedung.

"Mengapa aku terlihat seperti penguntit?"

Gumam Farel, jantungnya berdegup dengan kencang. 

Dia mendengar suara langkah kaki yang terdengar bergerak, Farel berasumsi kalau Dirga kembali melanjutkan perjalanannya. Jadi dia keluar dari persembuanyiannya,

"Astaga!"

Farel begitu terkejut, jantungnya mau terlepas saja dari tempatnya saat Dirga berdiri di depannya. Farel gelagapan harus berbicara apa karena ketahuan mengikuti Dirga secara diam-diam.

"Dengar… ini bukan seperti yang kamu pikirkan dan lihat. Aku secara kebetulan ingin menuju taman sekolah sambil berpikir tentang sesuatu. Aku tidak ada maksud untuk mengikutimu."

Farel secara gugup berusaha menjelaskan kebohongannya tanpa orang di depannya ini minta sama sekali. Namun Dirga hanya diam sambil menatap Farel dengan lekat. Farel merasa terganggu jadi dia mengalihkan pandangannya dari Dirga.

"Apa yang ingin kamu bicarakan denganku? Apa itu soal pembicaraan kita minggu kemarin?"

Farel yang mendengar itu segera melihat Dirga. Matanya sekarang terlihat bersinar. Kedua ujung mulutnya tertarik ke bagian atas.

"Apa kamu ingat?!"

Farel bertanya dengan girang. Dia tidak menyangka kalau Dirga akan mengingat percakapan mereka kemarin.

Namun Dirga tidak menjawab benar atau menyanggahnya. Jadi kemungkinan benar.

Dirga kemudian berbalik dan melanjutkan lagi perjalanannya. Farel segera mengikuti Dirga. Dirga berjalan dengan perlahan dan bisa membuat Farel untuk berjalan berdampingan dengannya.

"Kamu tahu, aku semenjak seminggu lalu  ingin membahasnya denganmu. Namun kamu selalu bersama dengan Bagas. Jadi aku kesulitan untuk berbicara denganmu. Aku mencoba mencari kesempatan untuk berbicara denganmu."

"Barusan kamu bilang tidak mengikutiku."

Farel menggaruk tengkuknya sambil terkekeh malu, "Hahaha… maafkan aku. Aku tidak bermaksud aneh-aneh. Aku hanya ingin berbicara denganmu. Omong-omong, minggu kemarin aku pergi ke salah satu toko buku dan membeli buku pertama yang kamu baca."

Dirga hanya mengangguk mendengarkan, Farel yang melihat itu kembali melanjutkan, "Aku juga sudah membacanya." Dirga melihat ke arah Farel, Farel segera menambahkan, "Walaupun belum semuanya."

"Bagaimana menurutmu?"

Farel mendengar pertanyaan Dirga dan tidak tahu maksud Dirga, jadi dia menembaknya dan menjawabnya, "Walaupun aku belum menyelesaikannya. Aku pikir novel tersebut cukup bagus."

"Lebih jelasnya?"

"Ceritanya memang hanya biasa saja. Itu hanyalah seputar kisah cinta remaja sekolahan. Apalagi dengan trope bad boy yang jatuh cinta pada good girl. Yang kebanyakan memang sedang trending saat ini di kalangan remaja. Tapi, berbeda dengan novel lain yang sama mengangkat cerita serupa, sedikit aku bisa melihat kemana arah dari cerita tersebut yang berbeda dari novel kebanyakan."

'Aku bisa mengatakan hal tersebut walaupun belum selesai membaca novel lain itu karena aku sudah mengeceknya di media sosial. Banyak pendapat dari banyak orang yang bisa aku lihat.'

Dirga mendengarkan penjelasan Farel dengan lekat tanpa Farel sadari.

"Cerita tersebut bukan hanya tentang cinta saja. Namun, itu lebih dari itu. Tapi, aku tidak akan memberitahunya lebih lanjut. Aku akan memberitahunya setelah selesai membacanya. Aku ingin kita bisa terus mengobrol bersama lagi di masa depan nanti."

Dirga berhenti tepat berada di bawah salah satu pohon besar yang ada di taman. Di bawahnya ada kursi taman yang tidak tersinari sinar matahari karena terhalang pohon besar. 

Dirga berbalik, dia seolah sedang memikirkan sesuatu untuk waktu yang cukup lama, hingga akhirnya dia menemukan kata yang tepat untuk dia keluarkan.

"Kenapa kamu ingin kita ngobrol lagi?"

Dirga menekankan kata terakhir dari pertanyaannya. Farel dengan cepat menjawab.

"Tentu saja aku ingin kita bisa lebih dekat dan saling mengenal satu sama lain."

Dirga sedikit terkejut namun ia dengan lihai menyembunyikan keterkejutannya tersebut dan bertanya lagi, "Mengapa?"

"Aku ingin berteman denganmu."

"Teman?"

"Iya, aku ingin berteman denganmu. Apa kamu tidak ingin dan merasa keberatan?"

Ketika Dirga ingin menjawab perkataan Farel terdengar suara dari seseorang yang baru saja datang dan berdiri di samping Farel.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Sepertinya itu sangat serius. Aku ingin tahu juga."

Amanda bertanya sambil sedikit terengah-engah karena telah berlari kesini.

Sorot mata Dirga sedikit berbeda dari tadi, tapi dia tidak mengatakan apapun. Sedangkan Farel sedikit merasa kesal dengan Amanda. Kalau Amanda tahu mereka berdua tengah membicarakan hal yang serius, mengapa ia harus menginterupsinya. Apa dia tidak punya sopan santun?

"Oh itu…"

Sebelum Farel menyelesaikan kalimatnya, Dirga terlebih dahulu pergi dari sana. Dan Amanda dengan segera mengikutinya.

Setelah mereka berdua menjauh dari pandangan Farel yang masih berdiri di tempatnya, dia bergumam, "Kenapa dia harus datang saat aku ingin mendengar jawaban Dirga."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now