Bagian 1

22.4K 2.1K 21
                                    

Baru saja Farel membuka kedua matanya, terdengar suara seseorang wanita dewasa yang berbicara.

"Farel, bisa tolong ke depan."

Farel yang kala itu tidak tahu kalau panggilan tersebut ditujukkan kepadanya, dia hanya diam di kursinya. 

"Farel, kamu dengar ibu berbicara kan?"

Guru tersebut melihat ke arah Farel. Selain itu saat ia mengecek keadaan sekitar ia menemukan dirinya berada di tempat yang asing. 

"Saya, Bu?" 

Farel bertanya sambil menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya. Pertanyaan Farel segera ditanggapi guru tersebut, "Iya, kamu. Apa memang ada Farel lain di kelas ini selain kamu?"

Farel dengan polos menjawab, "Saya tidak tahu, Bu."

Guru tersebut menghela nafas mencoba menahan kesal lalu berbicara, "Kamu berdiri lalu datang ke sini."

Farel segera menuruti perintah tersebut. Di depan ia melihat seluruh isi ruangan kelas. Beberapa dari mereka ada yang tidak peduli dengan Farel, dan beberapa yang lain menatap Farel dengan intens.

"Sedari tadi kamu selalu melamun dan tidak memperhatikan penjelasan saya di depan kelas. Saya rasa kamu sudah sangat pintar dan paham dengan pelajaran matematika. Jadi, pastinya kamu bisa menjawab soal yang ada di papan tulis kan?"

Guru tersebut menyerahkan spidol ke Farel. Farel tanpa banyak bertanya mengambil spidol tersebut lalu menghadap papan tulis yang ada di belakangnya.

Untuk waktu yang sangat lama Farel hanya menatap soal matematika di depannya. Ia berpikir cukup lama untuk menemukan cara mengerjakan soal tersebut. Namun tidak ada satupun cara yang terpikir keluar dari otaknya.

Farel akhirnya menghadap ke arah guru, namun sebelum ia hendak berbicara guru tersebut tiba-tiba menerima sebuah panggilan dari ponsel miliknya.

Guru tersebut menyuruh Farel untuk menjawab soalnya sementara ia izin keluar kelas untuk menjawab panggilan tersebut.

Farel kemudian melihat ke seluruh murid yang ada di depannya. Ia ingin bertanya kepada mereka, namun ia tidak kenal satupun di antara mereka. Selain itu sepertinya mereka juga tidak memperdulikan Farel. 

Farel pun menghela nafas dan kembali berbalik melihat papan tulis.

Tak tak tak

Terdengar suara langkah kaki dari belakang dan mendekat ke arah Farel berada. Sebelum Farel berbalik orang tersebut terlebih dahulu berada di samping Farel.

"Berikan spidolnya kepadaku."

Kalimat tersebut keluar dari seorang siswa lelaki yang tingginya melebihi Farel. Tinggi Farel hanya sejajar dengan dada siswa tersebut. Tidak hanya tinggi, siswa ini juga memiliki paras yang tampan. Ditambah dengan tahi lalat yang berada di bawah mata kirinya semakin membuat dia lebih tampan.

'Apa dia seorang pangeran?'

"Hei. Cepatlah"

Suara tersebut menyadarkan Farel dari lamunannya. Ia dengan cepat memberikan spidol yang dipegangnya lalu siswa tersebut mengambilnya dan dengan lancar menjawab soal di depan mereka.

Saat selesai siswa tersebut mengembalikan lagi spidol yang dipegangnya kepada Farel. Farel berkata, "Terimakasih." Sambil tersenyum dengan cerah.

Siswa tersebut tidak menanggapi dan kembali ke tempat duduknya. Dan semua orang di dalam kelas melihat itu melongo tidak percaya.

Saat guru kembali dan melihat jawaban tersebut dia berkata, "Kali ini kamu selamat. Lain kali saya akan membuatnya lebih susah jika kamu masih melakukan hal yang sama."

Farel meminta maaf lalu kembali duduk di kursinya. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk mengerjakan sepuluh soal yang guru tersebut tulis di papan tulis.

"Farel, kamu sangat beruntung bisa dibantu oleh Dirga."

Bisikan tersebut berasal dari seorang siswi perempuan berambut panjang lurus serta berponi yang duduk di samping Farel. Siswi tersebut memiliki mata yang bulat serta bibir tipis, benar-benar gambaran gadis yang cantik jelita. 

Farel melihat ke depan terlebih dahulu untuk mengecek guru, lalu menjawab dengan pelan. 

"Orang yang membantuku Dirga?"

Siswi tersebut mengangguk. "Iya, benar. Aku sangat iri kepadamu. Aku juga ingin dibantu oleh Dirga. Tapi sifatnya itu sangat kaku."

Farel tidak menanggapi perkataan teman sebangkunya dan memikirkan tentang nama Dirga. Karena ia merasa tidak asing dengan nama tersebut. Namun entah dimana ia tahu. 

Tidak hanya itu ia tidak tahu kalau dirinya yang sebenarnya adalah siapa dan bagaimana bisa ia berakhir ditempat yang asing ini. 

Farel mencoba melihat buku miliknya, di halaman depan buku tertera sebuah nama yang ditulis. 

Farel Atmaja

Farel juga merasa kenal dengan nama tersebut walaupun samar. Karena diliputi oleh kebingungan yang tiada akhir. Farel akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada teman sebangkunya, "Kamu tahu kita sedang berada dimana?" 

Siswi tersebut sedikit mengernyitkan dahinya, namun tidak banyak berpikir dan menjawab pertanyaan Farel. 

"Ini SMAS Surya Kencana. Tepatnya kita berada di kelas XI-IPA-1."

Mendengar nama sekolah serta kelas tersebut, Farel merasakan ia mengenal nama itu juga. Lalu ia kembali bertanya, "Namamu siapa?"

Siswi tersebut kebingungan dengan pertanyaan aneh tersebut. "Ada apa denganmu Farel? Kenapa kamu tidak tahu namaku? Kamu sedikit bersikap aneh" 

"Tolong sebutkan nama lengkapmu serta nama Dirga tadi." 

Farel meminta dengan pelan.

"Baiklah. Mungkin kamu lupa. Aku Amanda Santoso. Lalu siswa tadi adalah Dirga Wijaya."

Farel mencoba menghubungkan antara nama sekolah dan nama mereka berdua. Seolah-olah ada benang rumit di kepalanya dan sedikit demi sedikit mulai teratur saat ia mendapatkan sebuah kesimpulan. Tanpa sadar ia berseru dengan kencang.

"Kenapa aku bisa berada disini?!"

Dan seruan tersebut membuat seisi kelas menatap ke arahnya. 

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now