Bagian 33

6.8K 856 40
                                    

Cuaca di siang hari ini tidak terlalu panas jadi cukup nyaman untuk menghabiskan sisa waktu jam istirahat di luar gedung sekolah. Beberapa siswa menghabiskan waktu mereka bermain bola di lapangan. Dan di sisi lapangan bola ada dua orang yang tengah duduk berdampingan.

"Aku sudah mencarinya di media sosial. Namun, aku juga tidak menemukan buku tersebut."

Dirga kali ini adalah orang yang membuka topik pembicaraan. Farel yang duduk di sampingnya berbalik melihat Dirga dan menjawab, "Benarkah? Bagaimana dengan cara lain, contohnya bertanya di forum?"

Dirga menghela nafas kecewa, "Aku sudah mencobanya juga, tapi tidak ada satupun yang tahu."

Farel merasa tidak nyaman di tempatnya karena telah berbohong kepada Dirga soal buku itu. Buku itu memang ada dan ini adalah dunia di dalam buku tersebut. Tapi, bagaimana mungkin Farel akan mengatakan hal tersebut.

Dirga berbalik dan kedua matanya bertemu dengan milik Farel, Farel memalingkan muka dan berdehem. "Coba ceritakan isi dari novel tersebut. Aku ingin tahu bagaimana ceritanya."

"Ehh.." Farel menggaruk tengkuknya dengan perlahan, "Aku tidak ingat secara keseluruhan," katanya.

"Tidak apa-apa."

"Yang aku ingat hanyalah bagian awalnya saja. Karena sudah lama, aku jadi melupakannya."

"Tidak masalah."

"Oke," Setelah mengatakan itu Farel diam untuk sementara waktu, dia sedang berusaha menyusun kalimat.

Farel takut kalau dia salah bicara, Dirga akan sadar kalau yang Farel ceritakan persis sama dengan yang sedang dialami.

"Ceritanya soal perempuan yang berusaha untuk mengejar cinta pertamanya. Perjuangan tersebut tidak mudah karena sang pria tidak mudah untuk ditaklukan. Itu saja yang aku ingat."

Farel dengan perasaan gugup menunggu Dirga menanggapinya. Setelah beberapa saat Dirga akhirnya membuka suara. 

"Bagaimana dengan akhir dari ceritanya? Apakah mereka berdua berakhir bersama?"

Farel tidak tahu itu. Tapi jika itu adalah tujuan utama dari novel ini. Maka itu benar. Dan kemungkinan Farel bisa kembali pulang ke dunianya setelah cerita selesai.

"Kalau aku tidak salah ingat, iya mereka berdua akan berakhir bersama."

Dirga kembali diam. Farel takut kalau dia salah berbicara. 

"Apa menurutmu perempuan tersebut layak untuk bersama dengan pria yang dikejarnya ketika dia bahkan tidak memikirkan tentang kehidupan dirinya sendiri? Bagaimana dengan mimpinya? Apa dia mencoba mengejar hal tersebut juga?"

Itu adalah pertanyaan yang tidak terduga. Farel jadi kebingungan menjawab pertanyaan tersebut. Farel berusaha untuk tenang lalu menjawab, "Mimpinya adalah mengejar pria tersebut dan aku pikir itu layak." Farel tidak terlalu yakin dengan jawabannya sendiri. Dia tidak yakin itu layak atau tidak. Tapi jika penulis merencanakan hal tersebut tentu saja itu akan layak.

Dirga menatapnya dengan lekat, Farel buru-buru menunduk. Farel tidak mengetahui kalau tatapan Dirga sudah berubah menjadi terlihat kecewa. 

"Aku sudah menyelesaikan buku Dani 1999," Farel mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak nyaman kalau terus membahas tentang dunia novel ini. 

"Benarkan?" Tanya Dirga dengan lembut. 

"Iya, buku tersebut cukup nyaman untuk dibaca. Dia bermuatan tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan."

"Bagaimana menurutmu? Kamu bilang waktu itu akan menceritakan alasan dibalik buku itu berbeda dengan buku yang sejenis di pasaran."

Farel tersenyum. Dirga masih mengingat kata-katanya. 

"Iya, benar."

"Jadi bagaimana?"

Dirga menopang wajahnya dengan telapak tangan kanan sambil menatap Farel. Farel yang ditatap seperti itu merasakan kalau pipinya malah menghangat. 

"Ehem," Dia berdehem lalu berbicara, "Dani, yang awalnya anak berandalan dan menyukai siswa pindahan ke kelasnya. Aku suka dengan pengembangan karakter Dani. Dani yang anak berandalan dengan perlahan mengubah dirinya dengan cara belajar lebih giat. Dia tahu kalau Mela adalah anak berprestasi sekaligus berasal dari keluarga berada. Dani berusaha untuk bisa setidaknya sejajar dengan Mela ketika berada di sekolah…

Setelah itu Farel asyik bercerita, sesekali Dirga menanggapi dengan berkata, "Benarkah?" "Kamu benar." "Aku setuju." Tatapan kedua matanya juga berbeda dan terlihat lebih hangat dari biasanya. Sayangnya Farel tidak melihat itu.

Jam istirahat hanya tinggal 15 menit lagi, Farel dan Dirga memutuskan untuk kembali ke kelas mereka. Di jalan mereka sesekali mengobrol dan masih membahas mengenai Dani 1999. 

Tiba di depan pintu kelas, ada orang yang tengah menunggu sambil menyandarkan punggungnya di kusen pintu masuk kelas. Dia berbicara, "Farel aku ingin kita berbicara sebentar."

Farel melihat Dirga, Dirga mengisyaratkan kalau dia akan masuk lebih dahulu. Farel mengerti dan menjawab dengan mengangguk.

"Ikuti aku." Perintah Amanda setelah Dirga memasuki kelas. Farel mengikuti Amanda yang berjalan di depannya hingga dia berhenti di dekat tangga sekolah.

"Farel, aku mau tanya satu hal."

"Iya, Amanda."

"Apa kamu benar berteman dengan Dirga?"

"Iya, itu benar."

"Bagaimana kamu bisa berteman dengannya? Terlebih kenapa dia mau berteman denganmu? Aku pikir itu aneh. Tapi, aku tidak mau memikirkannya lebih lanjut. Aku minta satu hal kepadamu, bantu aku agar aku bisa berteman dengan Dirga. Seperti kamu yang bisa berteman dengannya. Lebih bagus kalau kamu bisa membantu kami jadian."

Farel lupa. Kalau tujuan awal dia berteman dengan Dirga adalah agar bisa membantu hubungan antara Amanda dan Dirga berjalan lebih mulus. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman dengan hatinya. Dia seolah tidak rela. Apa Farel merasa egois?

Tidak. Farel tidak bisa begitu. Dia harus mengikuti rencana selanjutnya agar dia bisa kembali pulang ke dunia asalnya.

"Farel kamu bisa melakukannya untukku, kan?"

Farel dengan berat hati menganggukan kepalanya.

.
.
.
.
.
Farel cepetan sadar😐 Gapapa egois juga
.
.
.
.
.
Janji deh ini terakhir kalinya Farel begini. Sabar ya😭

Silahkan cek kolom komentar untuk melihat catatan dari saya🤗
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now