Bagian 69

3.6K 463 14
                                    

Minggu pagi Dirga datang lagi ke kontrakan Farel dan menunggu di depan. 

Sedangkan Farel yang kemarin malam sudah menerima gaji pertamanya berbicara kepada Rudi kalau dia tidak akan tinggal bersama Rudi lagi. Awalnya Rudi menolak ide tersebut. Pasalnya ini terlalu cepat untuk Farel. Ia khawatir dengan keadaan Farel nantinya. Tapi Farel bilang akan baik-baik saja dan akan menghubungi Rudi sesekali.

Barang-barang yang Farel punya tidaklah banyak. Hanya sepasang seragam sekolah serta sepasang pakaian biasa yang dikenakannya pemberian dari Rudi. Jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk membereskan semuanya.

Dia berpamitan kepada Rudi dan mengucapkan terima kasih karena sudah banyak membantu Farel selama ini. Dia sudah tinggal selama dua minggu di kontrakan Rudi.

Selesai berpamitan, Farel bertemu dengan Dirga yang sudah menunggunya. Dirga agak keheranan melihat Farel hanya membawa tas sekolahnya saja serta menggunakan pakaian yang sedikit kebesaran di tubuhnya. Namun, dia memilih untuk diam dulu. Dirga pun membawa Farel menuju salah satu kosan yang diketahuinya.

Kosan tersebut memiliki dua lantai dan sebagian besar diisi oleh para mahasiswa serta pekerja kafe karena memang letaknya tidak jauh dari tempat kafe Farel bekerja. Dirga memilih tempat itu karena Farel bilang dia masih ingin bekerja di kafe.

Tiba di tempat kosan, Farel membayar uang sewa selama sebulan. Dan dari hasil kerja selama seminggu, dia masih memiliki uang sisa untuk kebutuhan seminggu kedepan.

Kamar kosan Farel terletak di lantai dua dan berukuran lebih kecil dibandingkan kontrakan Rudi. Di dalamnya terdapat satu ranjang single bed, lemari pakaian dan meja kecil. Jika seseorang hendak duduk di lantai itu cukup sempit. Untuk kamar sendiri berada di luar ruangan dan digunakan secara bersama-sama.

"Apa kamu yakin akan betah tinggal disini?" Tanya Dirga.

"Iya, nantinya aku akan betah."

"Omong-omong apa kamu tidak akan membereskan pakaian dan barang-barangmu yang lain?"

"Ah, itu… aku hanya memiliki satu seragam saja."

"Apa?" Dirga bertanya seolah tidak percaya dengan hal tersebut.

"Haha, iya."

"Pantas saja kamu selalu memakai seragam yang sama setiap hari. Kalau begitu, ayo ikut aku dulu."

"Kita akan pergi kemana?"

"Kita akan berbelanja pakaian."

Pintu kamar kosan dikunci, Farel dan Dirga turun dari lantai dua dan kembali ke area depan dan menaiki motor Dirga menuju tempat perbelanjaan.

Di tempat perbelanjaan Dirga memilihkan seragam sekolah secara lengkap. Tidak hanya seragam sekolah, dia juga membelikan beberapa pakaian biasa untuk dipakai Farel sehari-hari atau sekedar untuk keluar.

Sepanjang siang hari, mereka berdua menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan hanya untuk memilih baju yang pas. Selesai memilih mereka menuju kasir dan Dirga sudah bilang sebelum Farel berbicara, "Kalau kamu tidak nyaman aku memberikannya secara cuma-cuma. Kamu bisa membayarnya sedikit demi sedikit kepadaku. Aku tidak masalah."

"Baik, aku akan bayar dengan perlahan setiap kali aku mendapatkan uang."

"Tidak perlu terburu-buru. Prioritaskan dulu pada hal yang lebih penting."

"Akan aku ingat."

Ada tiga tas belanja yang dibawa oleh mereka. Tas pertama berisi seragam sekolah baru, tas kedua berisi pakaian santai dan terakhir bersisi pakaian kasual. 

Mereka tiba di kosan Farel sekitar pukul empat sore, Dirga membantu membawakan dua tas belanja ke atas bersama Farel yang membawa satu tas.

"Apa hari ini kamu masih kerja?"

"Iya, aku akan masuk kerja sekitar satu jam lagi."

"Lalu kapan kamu akan mendapatkan hari libur?"

"Hari senin."

"Oke. Aku akan menunggumu dan kita akan pergi bersama ke kafe."

"Apa kamu tidak akan pulang? Kamu sudah seharian ini membantuku. Aku tahu kamu pasti kelelahan."

"Tidak apa-apa."

"Atau, kamu mau tidur dulu disini? Setelah bangun kamu bisa ke tempatku atau langsung pulang."

"Tidak keduanya."

"Baiklah."

Farel tidak lagi memaksa Dirga untuk beristirahat. 

Sekitar pukul 5 sore kurang seperempat jam, Dirga dan Farel berjalan bersama ke kafe. Karena memang jaraknya yang tidak jauh, maka mereka memilih untuk berjalan sambil mengobrol sesuatu.

Tiba di kafe, seperti biasa dia mengganti pakaiannya dan mulai bekerja di kafe dari jam 5 hingga jam 10 malam. Dirga selalu ada di kafe selama Farel bekerja. Kadang Farel merasa malu karena Dirga memperhatikannya dengan sangat intens setiap gerakan Farel. Mungkin orang lain akan sadar akan hal itu.

Bagas juga datang hari ini, namun dia memilih untuk duduk di depan kafe. Sikapnya agak sedikit beda dari yang Farel rasakan. Tatapan Bagas saat melihat Farel menaruh pesanan di meja berbeda dari sebelumnya. Dia seperti tengah mengalami kebingungan serta penyesalan. Tapi Farel tidak terlalu menghiraukan itu.

Jam pulang, Dirga tentu akan mengantar Farel sampai ke kosan dan menunggunya hingga Farel masuk ke kamar.

Seharian ini, Farel merasakan kalau dia dan Dirga sudah resmi menjadi sepasang kekasih.

Selama seminggu kedepan, kehidupan Farel selalu berjalan sama berulang kali. Pada pagi harinya, ketika dia sudah berganti pakaian dan siap untuk berangkat ke sekolah, Dirga sudah menunggunya di depan dan mereka pergi bersama.

Di sekolah pun semuanya berjalan seperti biasanya. Tidak ada hal istimewa yang terjadi. Farel dan Dirga semakin dekat. Bagas berperilaku sedikit lebih baik kepadanya dan tampaknya hubungan Dirga dan Bagas juga sedikit membaik. Walaupun begitu, itu masih belum seperti semula.

Sedangkan Amanda, sekarang terlihat berteman dengan group lain. Dia juga akhirnya menyerah dan tidak mencoba dekat kepada Dirga lagi.

Sepulang sekolah Dirga akan mengantarnya langsung ke kafe dan menunggu di sana sampai jam pulang kerja dan kembali lagi ke kosan Farel.

Jangan lupakan orang kepercayaan keluarga Farel. Dia juga setiap hari selalu mengikuti Farel dan Dirga di belakang mereka secara diam-diam dan tidak terlihat mencurigakan. 

Selama seminggu ini, Farel merasakan hidupnya jauh lebih tenang dan tidak ada banyak masalah yang terjadi baik disekolah atau di tempat kerja. Bahkan dengan dia pergi dari rumah kedua orang tuanya, tidak ada lagi tuntutan, makian serta pukulan yang ditujukan kepadanya.

Seminggu ini adalah definisi tanpa beban dan penuh kebahagiaan.

Tapi, tentu saja kalian juga tahu, kalau tidak selamanya kebahagiaan akan berlangsung lama. Karena tenangnya suasana yang terjadi adalah tanda sebelum badai akhirnya menerpa dan menghancurkan semuanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now