Bagian 20

11.1K 1K 12
                                    

Ding dong

Suara bel pintu rumah terdengar oleh kedua telinga Farel yang tengah berada di ruang tengah. Dia berdiri dari atas sofa dan beranjak menuju pintu depan rumah.

Klik

"Eh!"

"Hai, Farel!"

Farel terkejut ketika melihat sesosok pria di depannya yang ditemuinya sekitar 2 minggu lalu di toko buku saat ia hendak membeli buku Dani 1999 dan berakhir pria yang di depannya ini yang membelikan bukunya tersebut.

"Halo, Kak Rudi."

Pria yang bernama Rudi tersebut adalah guru les matematika Farel. Pagi tadi kedua orang tua Farel memberitahu bahwa guru les-nya akan datang. 

"Farel, kenapa bengong?" 

Rudi bertanya sambil menggerakkan telapak tangan kanannya di depan wajah Farel. Farel segera tersadar dan menjawab, "Ah, ya. Saya minta maaf. Silahkan masuk, Kak Rudi."

Mereka berjalan menuju ruang tengah.

Farel tidak menyangka mereka akan bertemu kembali. Ternyata dugaan Farel kalau Rudi mengenalnya itu adalah benar. 

"Silahkan duduk, Kak."

Rudi terlihat tersenyum kemudian menjawab, "Terima kasih, Farel." Lalu duduk di atas sofa. Sedangkan Farel duduk di sisi lain sofa.

"Kakak minta maaf karena minggu kemarin tidak bisa hadir untuk mengajari kamu les. Kakak saat itu sedang sakit."

Farel tahu itu dari kedua orang tuanya. Selain itu, Rudi juga memberitahunya lewat pesan dan Farel menanggapinya dengan berharap semoga Rudi segera sembuh.

"Tidak apa-apa, Kak. Oh, iya, Kak Rudi mau minuman apa? Biar saya buatkan." 

"Aku mau es teh saja."

Sekembalinya Farel ke ruang tengah dia tidak hanya membawa dua cangkir es teh, namun membawa beberapa cemilan lain menggunakan nampan dan menaruhnya di atas meja.

"Kita mulai sesi belajarnya dari sekarang."

"Baik, Kak."

Farel sudah menyiapkan semua buku beserta alat tulis di sisi lain meja. Dia mulai membuka salah satu buku tulis kosong. Sedangkan Rudi mengeluarkan buku dari tas selempang hitam miliknya.

"Farel, latihan soal yang saya berikan sekitar sebulan lalu, apakah kamu sudah menyelesaikannya? Aku ingin memeriksa hasilnya."

Farel terdiam di tempatnya. Dia tidak tahu soal yang dimaksud oleh Rudi itu di tulis di buku yang mana. Itu karena Farel baru berpindah ke tubuh Farel asli saat ia berada di sekolah.

Farel menggaruk tengkuknya dan menjawab Rudi dengan pelan, ada nada bersalah di sana, "Saya minta maaf, Kak. Soalnya belum saya selesaikan sama sekali. Saya lupa menaruh buku yang berisi soal itu dimana."

Rudi benar-benar terkejut sekaligus heran. Kedua matanya melebar namun setelah itu itu ekspresinya kembali normal.

"Baiklah, itu tidak masalah."

Rudi membuka buku yang tadi dikeluarkannya, dia membuka halaman demi halaman dan terhenti di pertengahan. 

"Ini soalnya, kamu tulis kembali dan kamu kerjakan sekarang saja," kata Rudi sambil menyodorkan buku ke depan Farel.

Farel mengangguk, "Baik, Kak," jawabnya dan segera menulis 10 soal matematika di atas buku miliknya.

Satu jam berlalu dan Rudi melihat sedari tadi Farel hanya berpikir dengan keras sambil menggigit ujung  pensil di tangan kanannya dan menatap soal matematika di hadapannya.

Rudi merasakan sesuatu yang berbeda dari Farel yang tidak seperti biasanya. 

Farel bukannya tidak ingin menjawab soal di depannya ini, masalahnya dia tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. 

10 soal di depannya terlihat begitu rumit di kedua matanya. Dalam hatinya dia berbicara, mengapa di soal matematika harus ada alphabet juga. Apalagi alphabet x dan y bermunculan di setiap soal. Dia tidak mengerti maksudnya.

"Farel, mengapa kamu belum mengerjakan satu soal pun?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Rudi membuat Farel menoleh ke samping dan melihat Rudi.

"Saya tidak tahu cara mengerjakannya," ucap Farel kemudian menunduk.

"Apa?" Rudi seolah tidak percaya dengan jawaban dari Farel tersebut. "Apa kamu lupa cara mengerjakannya?" Tambahnya.

"Iya, benar." Kata Farel sambil mengangguk. 

"Oke, mungkin kamu memang lupa karena sudah sebulan tidak mengerjakan soal yang aku berikan. Aku akan mulai mengajarimu."

Lalu setengah jam kemudian Rudi mulai menjelaskan cara menyelesaikan soal yang diberikannya kepada Farel. Farel sering meminta Rudi untuk mengulang penjelasannya. Dia juga sering bertanya.

"Kak Rudi, saya masih bingung kenapa harus ada huruf x dan y. Itu maksudnya apa ya?"

Rudi benar-benar kaget dengan pertanyaan Farel tersebut. Pasalnya Farel sebelumnya tidak seperti ini. 

Rudi pun segera membuka buku yang di bawanya ke halaman awal. "Farel, kamu tahu cara mengerjakan soal ini?" Tanyanya sambil menunjuk soal di buku.

Farel menatap soal tersebut yang berbeda dari soal lain, kemudian dia menjawab, "Tidak, Kak" sambil menggelengkan kepalanya. 

Rudi benar-benar tidak bisa berkata-kata. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya untuk sementara waktu.

"Farel, aku baru sadar, sedari awal kamu bersikap sangat formal terhadapku. Kamu bisa saja berbicara sedikit santai denganku."

"Kakak lebih tua dari saya. Jadi, saya seharusnya berbicara sopan juga." Jawab Farel sambil tersenyum.

Rudi terdiam untuk sementara waktu. Farel di tempatnya bingung dengan sikap Rudi.

'Apa ada yang salah dengan cara bicaraku?'

Rudi kemudian melihat Farel dan menatapnya dengan lekat. Farel yang merasa tidak nyaman karena Rudi terang-terangan menatapnya, dia menundukkan kepalanya. 

"Farel, lihat aku."

Perintah dari Rudi segera membuat Farel mendongakkan kepalanya dan melihat Rudi.

"Sedari awal aku sudah merasakan ada hal aneh di dalam dirimu." Farel mulai merasa gugup mendengar perkataan Rudi. "Awalnya saat kita bertemu di toko buku, aku pikir mungkin kamu memang sedang terburu-buru dan membuat sikapmu terlihat berbeda. Tapi, aku rasa kamu memang terlihat berubah. Selama kamu belajar bersamaku lebih dari setahun, kamu tidak pernah menyambutku di depan pintu ataupun dengan sopan menawarkan aku minuman. Selain itu, hal yang sangat mengejutkanku adalah, bahwa kamu terlihat melupakan semua hal sampai kamu tidak bisa mengerjakan soal matematika yang biasanya kamu tidak terlalu kesusahan mengerjakannya."

Rudi terdiam sebentar, lalu melanjutkan, "Farel, kamu terlihat seperti menjadi orang lain saja."

.
.
.
.
.
Wadduh😲
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now