Bagian 11

14.6K 1.6K 40
                                    

"Aku tahu kalau aku ini hanyalah karakter tambahan di dunia novel ini, namun bukankah itu menyedihkan sampai karakter utama pun tidak mengingat namaku."

Farel bergumam di tempat duduknya. Dia kemudian menghela nafas kecewa.

Tadi sebelum jam pelajaran di mulai, Farel dengan sengaja mendatangi meja Dirga dan Bagas. Ia ingin mencoba berteman dengan Wijaya Bersaudara. Tapi, sepertinya itu akan sulit. Masalahnya mereka tidak ingat Farel.

Farel membalikkan wajahnya ke bagian kiri dan melihat ke arah pojok kelas bagian belakang. Dia dengan lekat melihat kedua orang tersebut yang tengah sibuk dengan dunianya masing-masing.

Dirga seperti tengah mengerjakan tugas yang guru pelajaran Bahasa Indonesia tadi berikan. Wajahnya menunduk ke bawah. Tangan kanannya yang memegang pena sibuk bergerak di atas buku dengan lihai dan mantap. 

Berbeda dengan Dirga, Bagas sedari tadi pelajaran Bahasa Indonesia bahkan tidak melepaskan pandangan dari ponsel yang dipegangnya. Ia bermain sesuatu di ponsel miliknya. Guru tidak menegurnya sama sekali, mungkin karena dia adalah anak dari kepala sekolah.

"Bagaimana caraku untuk berteman dengan mereka?"

Farel kembali bergumam, ia sekarang menopang kepalanya dengan telapak tangan kanannya. 

Farel mencoba mengingat informasi dari novel Terimalah Cintaku. Dia berpikir mungkin dia akan menemukan informasi penting yang bisa digunakan untuk berteman dengan Wijaya Bersaudara. 

Farel baru ingat hal yang tidak disukai oleh Dirga Wijaya. Contohnya, Amanda yang memberikan makanan kepada Dirga. Dirga tidak pernah menerimanya tapi ia tidak pernah menyuruh Amanda pergi. 

'Jadi, aku pikir aku tidak akan memberikan barang atau makanan kepada Dirga. Namun, aku akan mendekatinya dengan membaca.'

'Iya, itu. Dirga suka membaca.'

Farel terkekeh ditempat duduknya.

Dirga yang selesai mengerjakan tugasnya. Merasakan seseorang yang tengah melihat ke arahnya. Ia menggerakan kepalanya dan melihat ke arah bagian tengah kelas.

Farel terkejut dan gelagapan karena tertangkap memperhatikan Dirga. Dia dengan buru-buru berbalik dan melihat buku yang ada di atas meja.

"Aku ketahuan memperhatikannya terlalu lama."

Klik.

"Bagaimana dengan tugasnya, apakah kalian sudah selesai mengerjakannya?"

Guru yang baru saja datang ke dalam kelas membuat seluruh siswa siswi segera menjawab setelah mendengar pertanyaan tersebut.

"Sudah, Bu."

'Sial. Aku bahkan belum mengerjakannya.'

Farel menyesal karena tidak mengerjakan tulisannya. Lalu ia segera mengerjakan tugas tersebut dengan tergesa-gesa. Ia tidak berpikir banyak dengan hasil yang akan didapatkannya.

Alhasil karena telat mengerjakan tugasnya, Farel mendapatkan hukuman dari guru tadi. Selesai jam pelajaran Farel disuruh untuk datang ke ruang guru. 

Dia berdiri di depan pintu ruangan guru. Guru tadi yang melihatnya menyuruh Farel untuk masuk dan mendekat ke arahnya. 

"Tolong kamu bawa semua buku paket ini ke dalam perpustakaan. Lalu rapikan di tempat yang seharusnya."

Guru memerintah sambil menunjuk tumpukan buku paket. Tumpukan buku tersebut mungkin ada sekitar 30 buah dengan ketebalan buku cukup tebal. 

"Beneran, Bu?"

Farel memastikan diri dia tidak salah dengar. Itu jumlah buku yang cukup banyak. Apalagi buku tersebut juga cukup berat.

"Iya, benar. Cepat kamu bereskan."

"Baik, Bu."

Farel kemudian mencoba membawa sepuluh buku paket pertama. Ia cukup kesulitan membawa buku paket tersebut menuju perpustakaan sekolah yang berada di ujung gedung. 

Namun untungnya, perpustakaan berada di lantai yang sama dengan ruangan guru. Dengan begitu, Farel tidak terlalu kesulitan membawa naik atau membawa turun buku ke lantai lain. 

Di putaran terakhir, lengan Farel kelelahan dan terasa kram. Ia berjalan sempoyongan saat akan memasuki perpustakaan.

"Tidak…"

Beban buku cukup berat dan membuat tubuh Farel condong ke arah depan dan membuatnya hampir menjatuhkan semua buku serta tubuhnya namun itu tidak terjadi.

Dirga yang berada di depan Farel segera membantunya. Dia dengan cepat membawa seluruh buku yang di pegang oleh Farel.

"Ehh…"

Farel terkejut saat buku yang dipegangnya beralih ke tangan Dirga. Dirga membawanya ke meja yang ada di bagian tengah perpustakaan.

Farel tersenyum bahagia melihat itu. Dia mendekati Dirga yang sudah menaruh buku paket di atas meja bersama dengan buku yang sudah tadi Farel bawa.

Bahkan sebelum Farel mengucapkan kata 'Terima kasih', Dirga lebih dahulu pergi ke sisi lain meja dan duduk di kursinya.

'Aku akan mencoba mendekatinya setelah membereskan buku ini.'

Farel menempatkan buku paket yang tadi sudah di kumpulkannya di atas meja ke rak yang seharusnya. Hingga 15 menit kemudian dia sudah lelah merapihkannya. 

Farel mencoba mendekati Dirga dan duduk di sampingnya. 

'Tuh, kan. Dirga tidak mengusirku. Sama seperti dia tidak mengusir Amanda saat duduk di kantin.'

"Ehem."

Farel berdehem lalu melanjutkan untuk berbicara, "Halo, Dirga Wijaya. Aku Farel Atmaja. Terima kasih karena 15 menit yang lalu sudah membantuku membawakan buku paket."

Dirga tidak menjawab ucapan terima kasih dari Farel dan tetap fokus melihat buku yang tengah di pegangnya.

'Dia bahkan tidak bergeming.'

'Ahh… aku punya ide!'

"Dirga, sepertinya kamu hobi membaca. Kamu tahu… aku juga memiliki hobi yang sama."

Dirga menoleh saat mendengar kalimat dari Farel barusan.

'Yeah! Sepertinya berhasil!'

Dalam diri Farel di merasa kegirangan.

'Sekarang apa?'

"Emm… aku suka membaca novel. Kamu suka jenis buku seperti itu?" Farel mencoba bertanya. 

"Aku suka buku itu."

Raut wajah Farel segera berubah menjadi bersemangat. Ia tersenyum dengan lebar. 

"Wahh… benarkah?! 

"Aku tidak menyangka kita menyukai jenis buku yang sama. Aku senang mendengar itu. Akhirnya aku memiliki seseorang yang memiliki hobi yang sama…"

Farel terus berbicara dan tanpa sadar Dirga sedari tadi memperhatikan pembicaraannya yang belum berhenti. Sekilas ujung bibir Dirga sedikit bergerak ke bagian atas.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang