Bagian 39

5.9K 729 10
                                    

"Apa maksud perkataanmu kalau kamu tidak ingin kami berdua bersama?"

Pertanyaan tersebut membuat Farel mendongak menatap Dirga. Kalau dipikir-pikir kalimatnya terdengar ambigu. Seperti seorang kekasih yang cemburu melihat kekasihnya dekat dengan orang lain. 

Tunggu. Kekasih?

Dari bagian pipi hingga ke kedua telinga milik Farel, disana terasa panas. Dirga yang melihat itu kebingungan dan segera bertanya, "Kenapa pipi dan kedua telingamu terlihat memerah? Apa kamu sedang demam?" Dia bertanya dengan khawatir sambil mencoba memegang dahi Farel.

Farel buru-buru menyingkirkan tangan Durga.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa kepanasan akibat cuaca siang ini."

Dirga menganggap seolah mengerti dan setuju dengan alasan Farel. Siang ini sinar mentari bersinar dengan sangat terik. 

"Kalau begitu ayo ke kantin!"

Dirga berseru lalu berdiri.

"Kamu mau beli minuman dingin?" Tanya Farel.

"Iya," katanya sambil mengangguk, "Sekalian membelikan es krim coklat kesukaanmu."

"Eh."

Tanpa menunggu respon lebih lanjut dari Farel, Dirga menarik Farel dan membawanya pergi ke kantin bersama.

"Ini."

Dirga menyerahkan es krim coklat yang telah dibelinya untuk Farel. Farel menerima uluran es krim dan berterima kasih.

"Kak Dirga!"

Seorang siswa perempuan dari dekat pintu masuk kantin terlihat sambil melambaikan tangannya. Kemudian dia segera berlari mendekat ke arah mereka berdua.

"Sedari tadi aku mencari Kak Dirga, ternyata Kak Dirga rupanya ada disini."

"Ada apa?"

"Para anggota OSIS sedang menunggu kakak di ruangan OSIS."

Dirga seolah baru ingat kalau dia sebelumnya akan mendatangi pertemuan tersebut, namun karena tiba-tiba Farel datang dan membawanya dia jadi lupa.

"Aku baru ingat."

Dirga kemudian melihat Farel dan berkata, "Aku harus pergi. Ada pertemuan dengan anggota OSIS."

Farel baru saja bisa kembali mengobrol dan menghabiskan waktu bersama Dirga. Dia tidak ingin kebersamaanya segera berakhir.

Farel terdiam seolah sedang merangkai kata-kata yang akan dikeluarkan, "... Emm… kalau aku ikut denganmu, apa itu boleh?"

Farel belum mendengar jawaban dari Dirga, jadi dia buru-buru menambahkan, "Aku janji tidak akan mengganggu pertemuan kalian. Aku hanya merasa bosan dan belum ingin pulang. Selain itu disana aku hanya akan melihat kalian saja. Tapi, jika kamu dan yang lainnya keberatan aku tidak masalah."

"Boleh. Ayo ikut."

Farel tersenyum mendengar ajakan Dirga. Dia dengan riang mengangguk. 

Mereka bertiga pun pergi bersama ke ruang OSIS. 

"Terima kasih karena sudah memperbolehkan aku untuk melihat."

"Iya."

"Aku belum ingin pulang, terlebih hari masih siang. Ujian pun sudah selesai jadi aku tidak perlu belajar untuk mempersiapkan ulangan."

"Kamu tidak belajar dengan berlebihan, kan?"

"Tidak. Tapi aku takut kalau hasil ujiannya tidak memuaskan."

"Jangan pikirkan itu. Kamu selalu mendapatkan hasil yang baik. Aku yakin itu."

Dirga dan Farel pun lanjut mengobrol sampai mereka melupakan siswi yang tepat berada di samping Farel.

Siswi yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka berdua merasa ada yang berbeda dengan Dirga. Dirga yang diketahuinya selama ini terlihat berbeda saat berbicara dengan Farel. Dari cara dia berbicara dan menatap pun sangat berbeda dari biasanya. Dimata Dirga, Farel terlihat sebagai orang yang …

Ketika mereka tiba di ruang OSIS, benar menurut perkataan siswi tadi. Para anggota sudah berkumpul.

"Wahh… siapa dia?"

Salah seorang dari kumpulan anggota OSIS mendekat sambil menunjuk Farel. Farel segera menyapa, "Halo, Saya Farel. Saya ingin mengikuti Dirga ke sini. Saya tidak akan mengganggu acara kalian dan hanya akan memperhatikan dari belakang."

Siswa yang diketahui adalah ketua OSIS bertanya tadi menatap Farel sambil menyepitkan kedua matanya, "Farel yang katanya teman Dirga itu?"

Dengan canggung Farel mengangguk sambil berkata dengan pelan, "Ah, iya."

Semua orang yang ada di ruangan terlihat antusias sambil mencoba melihat wajah Farel. Setelah itu mereka semua berkenalan dan memulai pembahasan mengenai Pensi yang akan diadakan kurang lebih 2 hari lagi.

Di tengah pembahasan yang sudah dimulai sejak 30 menit lalu, Farel duduk di belakang bersama dengan siswi yang tadi ditemuinya. Setelah tadi berkenalan diketahui bahwa nama siswi tersebut adalah Desi.

Desi adalah siswi perempuan dari kelas sepuluh IPS. Dia memasuki organisasi ini saat pemilihan kegiatan yang disuruh oleh sekolah.

"Kak Farel."

Farel yang mendengar Desi memanggil namanya, segera melihat Desi dan menjawab, "Iya, Desi."

"Kak Farel bagaimana caranya bisa diterima sebagai temannya Kak Dirga? Semenjak saya masuk OSIS, walaupun Kak Dirga adalah wakil ketua tapi kami semua yang ada disini tidak bisa lebih dekat lagi dengannya. Kak Dirga seolah memberi pembatas yang tidak boleh kami lewati. Selain Kak Bagas baru kali ini Kak Dirga memiliki teman dekat lain."

"Em… kami kebetulan hanya memiliki hobi yang sama."

"Oh… benarkah?"

Farel mengangguk, Setelah itu mereka kembali melihat pembahasan di depan. Setengah jam kemudian pertemuan selesai dan lanjut dengan mendekor beberapa bagian sekolah dan tempat perlombaan pensi.

Semua orang bubar dari dalam ruangan dan pergi melakukan tugas mereka, Dirga mendekat ke arah Farel yang menunggunya di luar ruangan.

"Kamu bisa pulang sekarang. Aku dan yang lainnya masih perlu melakukan hal lain. Dan kira-kira kami akan selesai cukup sore."

"Bagaimana kalau aku membantu kalian?"

"Apa kamu tidak akan kelelahan?"

"Jika kita semua melakukan semuanya secara bersamaan pasti tidak akan terasa lelah. Selain itu dengan adanya tambahan orang, pekerjaan akan selesai lebih cepat, kan?"

"Baiklah, kalau itu kemauanmu. Kalau merasa lelah langsung istirahat saja. Jangan memaksakan diri."

Farel dengan tersenyum lebar, berseru, "Siap!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now