Bagian 71

3.6K 472 13
                                    

Siang hari membuat udara di dalam kamar kosan Farel sumpek dan membuat tubuh Farel yang tengah tidur bergerak tidak nyaman akibat keringat. Farel bergerak ke sana kemari mencari tempat yang nyaman di atas kasur, namun dia tidak tahan dengan udara panas yang dirasakannya.

Perlahan kedua matanya terbuka dan dia bangun serta bersandar di ranjang. Di menemukan kalau dia tengah sendirian di kamar kosannya. Dirga yang semalam menginap bersamanya pergi tanpa memberitahu.

Farel tiba-tiba merasa takut dengan perasaan sendirian. Dia takut sewaktu-waktu kedua orang tuanya akan datang dan masuk ke dalam kamar kosannya secara paksa.

Setelah itu mereka akan membawa Farel kembali ke dalam rumah itu dan dibawa ke lantai atas lalu dipukuli lagi. Mungkin saat itu, dia tidak akan pernah bisa menginjakkan kakinya lagi di luar.

Farel segera mengunci pintu dan mendorong meja kecil ke depan pintu. Dia naik lagi ke atas ranjang dan menarik selimut serta menutupi tubuhnya dengan selimut.

Di dalam selimut, Farel sekilas mendengar ketukan, dia semakin takut dan menduga itu adalah orang tuanya.

Tuk, tuk.

"Farel, ini aku, Dirga. Bisakah kamu membukakan pintunya untukku?"

Mendengar suara yang dikenalnya dari luar, Farel keluar dari dalam selimut dan turun dari ranjang. Dia bergerak dengan pelan ke depan pintu dan berbicara, "A-apa kamu benar Dirga?"

"Iya, ini aku, Dirga."

Farel memindahkan meja kecil lagi ke tempat semula. Dia membuka kunci dan pintu kamar kosan terbuka dari luar.

Farel yang melihat Dirga segera memeluknya. Dirga yang terkejut dengan gerakan tiba-tiba Farel hampir saja menjatuhkan kantong plastik yang dibawanya. Namun beruntungnya dia cepat tanggap dan tidak jatuh.

Merasa lebih tenang, Farel melepaskan pelukannya dan membawa Dirga masuk ke dalam. Dia duduk di tepi ranjang dengan kepala menunduk.

Dirga membuka tutup botol air mineral dari dalam kantong plastik dan memberikannya kepada Farel, "Minumlah dengan pelan. Kamu pasti merasa haus kan?"

Farel menoleh dan mengambil air botol dan meminumnya dengan perlahan. Air di dalam botol tersisa setengah lagi dan dia memberikannya kembali kepada Dirga.

"Apa kamu mau makan?"

Alih-alih menjawab, Farel balik bertanya, "Mengapa kamu pergi tanpa memberitahuku? Aku benar-benar takut sendirian. Aku pikir… aku pikir… kedua orang tuaku akan datang dan membawaku ke rumah itu lagi."

Melihat raut wajah Farel yang tidak berdaya, Dirga berjongkok di depan Farel dan mendongak menatap Farel. Dia dengan lembut memegang tangan Farel, "Aku benar-benar minta maaf. Aku pergi keluar untuk membelikan makanan. Aku tidak tega membangunkanmu ketika semalaman kamu kelelahan menangis. Aku hanya ingin kamu istirahat lebih banyak."

Farel hanya diam menatap Dirga sambil menggigit bibir bagian dalamnya. Dirga sekali lagi berbicara, "Apa kamu memaafkan aku? Aku janji tidak akan melakukannya lagi."

Farel dengan pelan mengangguk. Dirga segera berdiri dan memeluk Farel. 

Farel tengah dalam kondisi mental yang tidak stabil saat ini. Suasana hatinya sangat cepat untuk berubah dan dia mudah untuk ketakutan. Perbuatan kedua orang tuanya cukup memberi dampak bagi tubuh serta mentalnya.

Dirga melepas pelukannya dan menawari Farel untuk makan. Farel mengangguk dan Dirga memberikan makanan berupa bubur ayam yang dibelinya kepada Farel.

Farel dengan perlahan memakan bubur ayamnya. Dia tampak tidak berselera untuk makan, namun dia terus berusaha untuk makan. Karena dia tahu, di saat kondisinya yang seperti ini, tidak baik makan sedikit atau melewatkan makan.

[BL] ÉkstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang