Bagian 67

4K 522 114
                                    

Lantunan nada dari hasil petikan senar gitar menggema dengan indah di ruangan musik. Jari tangan dengan lihai memetik senar gitar dan terus melanjutkan nada yang coba diselesaikannya. Kedua matanya tertutup dan telinganya fokus mendengarkan nada merdu yang dihasilkan. 

Tangannya dengan perlahan mulai menurunkan tempo gerakan. Dan tidak butuh waktu lama hingga akhirnya nada sebuah lagu berhenti.

Prok. Prok.

Tepuk tangan terdengar, Bagas pun membuka kedua matanya dengan tergesa dan mendapati Farel berdiri di pintu masuk ruangan musik.

"Bagus sekali. Kamu memainkannya dengan sangat  baik." Farel memuji keterampilan Bagas dalam menggunakan gitar.

Bagas yang terdiam tidak menanggapi hanya membuat Farel merasa bersalah karena dia pikir Bagas kesal melihatnya memainkan gitar tanpa seizin dan sepengetahuannya seperti waktu dulu.

"Aku minta maaf karena mendengarkan permainanmu tanpa izin seperti dulu. Hanya saja tadi aku mendengar suara gitar dari lantai bawah saat tengah menunggu Dirga. Aku memutuskan naik ke lantai ini dan melihatnya secara langsung. Maafkan aku. Aku pergi."

"Apa kau ingin mendengarnya lagi?"

Kalimat dari Bagas membuat Farel berhenti berjalan menjauh dan berhenti. Dia berbalik menatap bagas dan bertanya, "Bisakah aku?" dengan nada riang.

"Kesini."

Melihat Bagas menggerakkan tangannya dan menyuruh Farel untuk mendekat membuat Farel senang. Dia berjalan dengan cepat dan duduk di kursi kayu samping Bagas.

Farel terlihat antusias menunggu Bagas memainkan nada lagu tadi. Bagas yang menyadari itu merasa senang dan mulai memainkan nada lagu yang dimainkannya.

Mereka menikmati nada lagu dan tanpa sadar permainnya selesai lagi.

"Sebenarnya nada dari lagu apa yang kamu mainkan? Aku sepertinya belum pernah mendengarnya."

"Itu hasil karyaku."

Farel melotot tidak percaya sekaligus kagum, "Wah… kamu beneran yang membuat nadanya?"

"Iya."

Farel tersenyum lebar dan kembali memuji Bagas, "Kamu hebat sekali bisa membuat hasil karyamu. Aku yakin hasil karyamu akan sukses di pasaran nantinya."

"Kamu terlalu berlebihan. Aku melakukannya sebagai hobi saja."

"Tidak. Aku tidak memuji berlebihan. Nada tersebut hanya butuh lirik lagu yang pas serta suara penyanyi yang bagus. Aku yakin setelah itu lagunya akan sukses."

Mendengar pujian kekaguman dari Farel, Bagas sedikit menarik ujung bibirnya ke atas. Dia berdiri dari tempat duduk dan berjalan ke bagian belakang dan mengambil sesuatu dan kembali lagi ketempat semula.

"Ini adalah nada lagu yang aku buat," katanya sambil menyerahkan secarik kertas kepada Farel. Farel menerima itu dan melihatnya dengan seksama lalu menyadari sesuatu.

"Bukankah ini kertas yang tidak sengaja aku ambil?"

"Itu benar. Waktu itu aku belum sepenuhnya selesai. Sekarang nada lagunya sudah rampung."

Farel mengalihkan matanya dan menatap kertas yang sudah penuh dengan corat coret tinta hitam di atasnya. Bagas benar. Sekarang lagunya sudah selesai. Dulu Farel melihat baru setengah bagian yang selesai.

"Waktu itu, kamu marah karena aku melihat lagu ini belum selesai, ya?"

Bagas menggaruk tengkuknya dan menjawab, "Ah, ya. Itu karena aku malu belum menyelesaikannya. Aku ingin memberikan lagu ini untuk seseorang."

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now