Bagian 10

16.3K 1.5K 123
                                    

Di pagi berikutnya Farel bersemangat datang ke sekolah. Setiap di jalan memasuki gedung sekolah, dia menyapa para murid yang ada di sana.

"Hi…"

"Selamat pagi!"

"Halo!"

Setiap murid yang Farel sapa mengerutkan kening mereka. Dalam pikiran mereka bertanya, "Siapa dia? Kenapa dia begitu ceria?". Namun itu hanya sebatas pikiran. Setelah Farel menjauh, mereka tidak bertanya lagi. 

Hari ini bagaikan awal dari kehidupan Farel yang sebenarnya akan dimulai. Saat ini Farel akan menikmati kehidupannya di dunia movel ini sebelum ia kembali ke dunia tempatnya berasal. 

Farel sekarang berdiri di tengah-tengah jalan sambil merentangkan tangannya. Wajahnya menengadah menatap langit pagi yang cerah.

"Pagi hari yang cerah."

Grung grung

Suara derungan dari sepeda motor yang dikendarai oleh Wijaya bersaudara bergemuruh memasuki kawasan sekolah SMA Surya Kencana. Dengan cepat para murid yang tengah berada di bagian tengah jalan segera bergeser ke samping. Tidak dengan Farel yang tetap berdiri di tengah.

Ketika Farel berbalik, kedua motor tersebut melewatinya di kedua sisinya. Meninggalkan asap yang cukup pekat.

"Uhuk… uhuk."

Farel mengibas-ngibaskan asap di sekitarnya menggunakan kedua tangannya. 

Farel lanjut berjalan bersama dengan murid lain. Ia mendekat ke arah parkiran bersama murid perempuan. Mereka menyapa Wijaya bersaudara sambil bersorak.

"Pagi, Wijaya bersaudara!"

"Selamat datang."

Wijaya bersaudara melepas helm mereka. Adegan tersebut seolah ditampilkan dengan lambat. Tidak hanya itu, cahaya matahari menyinari wajah mereka. Membuat ketampanan mereka bertambah.

"Sadar!"

Farel menepuk pipinya.

Kemarin Farel bertekad untuk tidak mengubah jalan ceritanya. Ia akan mengikuti jalan ceritanya. Namun, cerita yang ia baca adalah novel bersambung. Jadi, bagaimana cara ia tahu jalan selanjutnya dari novel?

Berdasarkan yang Farel sudah pelajari selama seharian, dari awal novel sudah dijelaskan kalau Amanda mencintai Dirga. Amanda berusaha sekeras mungkin agar bisa bersama dengan Dirga.

Akan tetapi, itu tidak mudah. Dirga yang kaku sulit untuk didekati. Tidak hanya itu, sepupu Dirga, Bagas, bahkan mulai mengganggu Amanda karena ia tidak suka.

Sekarang Wijaya bersaudara sudah turun dari motor mereka. Dengan gagah mereka berjalan memasuki gedung sekolah diikuti oleh para siswi di belakangnya.

"Aku harus melakukan ini!"

Farel berseru namun tidak ada satupun orang yang memperhatikannya. 

Farel memutuskan untuk kembali membantu Amanda dekat dengan Dirga. Farel juga akan membantu Amanda dari Bagas dan Erika yang sering mempersulitnya.

Amanda tengah berada di depan pintu masuk gedung sekolah. Ia sedari tadi menunggu kedatangan Dirga. Ia sengaja menunggu di sana karena tidak ingin berdesak-desakan dengan para siswi lain. 

Dirga dan Bagas yang baru saja sampai di pintu masuk gedung sekolah berhenti saat mereka melihat Amanda. 

"Selamat pagi, Dirga. Pagi ini aku membelikanmu bubur ayam."

Amanda menyodorkan kantong putih berisi bubur ayam  kemasan. Dirga menatap Amanda sebentar lalu berjalan ke sisi kanan Amanda dan pergi dari sana. Sedangkan Bagas menatap Amanda dengan sinis sambil bergumam, "Apa lagi dengan dia?" Lalu berjalan melewati Amanda lewat sisi kiri.

Siswi yang mengikuti mereka berdua juga melakukan hal yang sama. Mereka meninggalkan Amanda yang berdiri di tempatnya.

Farel segera memasuki gedung sekolah. Dia melewati Amanda tanpa menyapanya terlebih dahulu.

"Farel tunggu."

Namun langkah kaki Farel terhenti ketika Amanda memegang tangan kanannya. Farel berbalik dan bertanya, "Ada apa Amanda?"

"Bantu aku buang bubur ini."

"Apa?"

Farel merasa salah mendengar permintaan Amanda. Bagaimana mungkin Farel membuang makanan. Itu tidak baik. Farel kira Amanda akan bertanya mengenai kabarnya karena kemarin ia tidak masuk sekolah.

Namun Farel terlalu berharap lebih. Farel dicari ketika Amanda membutuhkannya. Selain itu ia tidak akan mencarinya.

Amanda menyodorkan kantung bubur yang seharusnya untuk Dirga kepada Farel. Farel mengerti dan tanpa bertanya lagi segera mengambilnya. 

'Sayang kalau dibuang.'

Farel membawa bubur tersebut ke dalam kelas dan menaruhnya di atas meja miliknya. Ia menaruh tas yang ia bawa di atas meja juga. Kemudian duduk di kursi.

'Aku sebenarnya enggan melakukan hal ini. Namun aku tidak punya pilihan lain. Aku harus melakukannya agar aku bisa kembali ke dunia tempatku berasal.'

Farel berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke belakang dimana Dirga dan Bagas duduk. Mereka berdua tengah sibuk dengan ponsel serta buku di tangan mereka masing-masing.

Amanda juga melihat itu tidak jauh dari sini. 

Farel menarik nafas dengan perlahan lalu mengeluarkannya dengan pelan. Lalu dia berbicara.

"Halo, Dirga Wijaya dan Bagas Wijaya."

Sapaan Farel membuat kedua orang yang ada di hadapannya mendongak melihat ke arahnya. Farel tersenyum saat keduanya melihatnya.

"Aku Farel Atmaja, aku ingin berteman dengan kalian berdua. Maukah kalian berteman denganku?"

Farel menyodorkan tangan kanannya ke depan dan menunggu salah satu dari mereka membalasnya.

'Aku akan berteman dengan mereka berdua. Dengan demikian aku akan dengan mudah membuat Amanda dan Dirga saling mencintai. Dirga pasti akan mendengar saran dari temannya dan mencoba untuk membalas perasaan Amanda. Selain itu membuat Bagas tidak lagi mengganggu Amanda juga.'

"Kau siapa?"

Bagas bertanya sambil menatapnya dengan jengkel.

"Aku Farel Atmaja."

Bagas mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku tidak ingat ada nama itu di kelas ini." Lalu bertanya kepada Dirga yang ada di sampingnya, "Apa kau ingat dia ada di kelas kita?"

Dirga melihat ke arah Farel dengan tatapan datarnya, "... tidak."

"..."

'Sepertinya ini tidak akan mudah.'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued



[BL] ÉkstraOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz