Bagian 57

4.5K 556 7
                                    

"Sama sepertimu, aku juga ingin kembali ke dunia asalku. Tapi aku tidak tahu cara untuk kembali. Aku tidak memiliki petunjuk atau orang lain yang lebih tahu. Aku sudah mencoba berbagai hal yang terdengar ekstrim, tapi tidak ada hasilnya dan aku tetap berada di dunia ini."

Farel sedari tadi menunduk mendengarkan penjelasan pahit yang diterimanya. Ia tidak sanggup harus berbuat apa, jika Rudi harapan terakhirnya untuk kembali ke dunia asalnya sirna begitu saja. 

"Suatu hari, saat aku mencoba menuruni tangga, kakiku terpeleset membuatku jatuh dan tubuhku menggelinding bagaikan bola di atas tangga tembok. Saat itu aku kehilangan kesadaran dan berpikir kalau aku akan kembali ke dunia asalku berada. Tapi, aku kembali hidup dan masih ada di dunia ini."

Wajah Farel kembali terangkat saat dia mendengar cerita pengalaman Rudi.

"Pernah juga suatu hari aku mencoba untuk--aku harap kamu tidak mengikuti jejak bodohku ini akibat frustasi di dunia asing ini," katanya lalu menyodorkan tangan kirinya ke depan Farel lalu membalikan tangannya. Di bagian pergelangan tangannya terdapat beberapa luka sayatan yang sudah menjadi gelap kecoklatan.

Kedua mata Farel membulat dan menutup mulutnya. Dia tidak menyangka kalau Rudi yang dikenalnya pintar ini bahkan pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya.

Rudi kembali menarik tangan kirinya dan melanjutkan berbicara, "Aku kira setelah melakukannya aku akan mati--karena saat itu aku kehilangan banyak darah--dan jiwaku kembali ke dunia tempatku berasal, tapi apa kenyataannya? Aku bahkan tidak mati dan dengan ajaibnya kembali hidup di dunia memuakkan ini." 

Kedua tangan Rudi mendekat dan mengambil tangan Farel dan memegangnya dengan erat. Kedua matanya menatap mata Farel dengan lekat. Dia berkata dengan nada peduli, "Farel, aku mohon kepadamu. Jangan sampai pikiranmu mengarah kepada hal bodoh yang pernah aku lakukan. Proses yang aku alami sangat menyakitkan tapi setelah mengalami proses tersebut, aku masih kembali ke dunia ini. Jadi aku harap kamu tidak akan pernah sekalipun mencobanya. Ingat hidupmu sangat berharga dan jangan menodainya dengan cara yang menyakitkan. Aku yakin, suatu saat nanti kita berdua akan kembali ke tempat kita berasal dengan cara yang lebih baik."

Perlahan kedua mata Farel memanas dan mulai berair. Perlahan dia teresak dengan pelan. Rudi kemudian mendekat dan duduk di samping. Farel lalu memeluk Rudi dari samping dan menuangkan kesedihannya.

"Hik… hik…"

Rudi menepuk bahu Farel dengan pelan berusaha menenangkannya.

Ternyata Rudi bahkan lebih frustasi dibandingkan dengan dirinya. Rudi bahkan melakukan berbagai macam cara agar dia kembali tapi tidak ada satupun yang berhasil.

Farel jadi ingat dengan insiden di atap gedung. Saat itu dia terjatuh dari atap gedung empat lantai. Dan akhirnya bangun dengan keadaan selamat.

"Hik.."

Bahkan ketika dia pikir dia akan mati, dia akhirnya hidup kembali dan menjalani kehidupan di dunia asing ini.

Setelah seperempat jam menangis, Farel dengan perlahan berhenti. Rudi kemudian membantu menghapus air matanya menggunakan tisu.

Melihat area sekitarnya, dia mendapati beberapa orang memperhatikan mereka. Farel buru-buru melihat ke sisi jalan. Ia benar-benar malu karena menangis di tengah-tengah keramaian.

"Farel."

Mendengar namanya dipanggil, Farel berbalik dan melihat Rudi sudah kembali pindah duduk di seberangnya.

"Untuk saat ini, mari kita terima kehidupan kita di dunia ini. Kehidupan yang kita terima saat ini, mari kita nikmati itu dan berjuang untuk membahagiakan diri kita selama masih ada disini sambil mencari cara lain untuk kembali pulang. Bagaimanapun juga ini adalah hidup kita saat ini yang berharga sebelum kita meninggalkannya. Bagaimana menurutmu?"

Benar apa yang dikatakan oleh Rudi. Walau bagaimanapun juga, saat ini adalah kehidupan yang diterimanya. Dia harus menghargainya.

Farel dengan perlahan mengangguk dan senyuman lembut tercetak di wajahnya yang manis dan mata yang masih memerah bekas air mata yang tadi keluar.

"Hari sudah semakin sore, bagaimana kalau kamu aku antar pulang?"

"Boleh."

Mereka pun berjalan keluar kafe dan mendekat ke area parkiran. Farel pun duduk di belakang Rudi yang akan mengemudikan motor. Dengan perlahan motor matic yang dikendarai oleh Rudi keluar dari area kafe dan masuk ke area jalanan yang cukup padat oleh kendaraan lain.

Selama perjalanan menuju rumahnya, Farel memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh Rudi. Farel ingin menghargai hidupnya di dunia ini selama dia masih ada disini seperti kata Rudi.

Dengan begitu, ketika dia kembali ke dunia asalnya, dia hanya akan ingat tentang hal-hal yang membahagiakannya di dunia ini. Hanya akan ada kenangan indah yang akan ia ingat dan bukannya kenangan buruk.

Motor matic hitam akhirnya tiba di kediaman rumah Atmaja. Farel turun dari motor Rudi mengucapkan terima kasih karena mengantarnya dan berbicara, "Kak Rudi, aku mau minta sesuatu. Apa besok pagi Kak Rudi bisa datang ke sini dan menjemputku?"

"Memangnya kenapa? Apakah karena fasilitas serta uang yang kamu terima semuanya disita?"

"Iya, aku membutuhkan bantuan Kak Rudi."

"Oke, aku tidak keberatan. Besok sekitar jam 7 pagi aku akan datang kesini dan menjemputmu."

"Terima kasih banyak Kak Rudi."

"Sama-sama. Kalau begitu aku pergi dulu, ya. Sampai jumpa besok."

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Rudi beserta matic hitam yang dikendarainya pergi meninggalkan area perumahan tempat tinggal Farel.

Farel masuk ke dalam rumah yang sepi serta terasa dingin. Kalau dia merasakan perasaan ini, berarti kedua orang tuanya belum pulang bekerja terlebih tidak ada mobil mereka yang terparkir.

Farel akhirnya masuk ke dalam kamarnya dan mulai berpikir dengan keras. Dia ingin menemui kedua orang tuanya dan ingin berbicara tentang sesuatu kepada mereka. 

Ketika jarum jam yang berada di kamar Farel menunjuk ke arah angka 9, dia mendengar derungan mobil yang memasuki rumah. Dia tahu kedua orang tuanya baru pulang.

Dia segera berjalan di depan pintu masuk rumah. Entah kenapa saat ini dia malah merasa dejavu dengan pertama kali bertemu dengan kedua orang tua Farel asli setelah masuk ke dunia novel ini.

Klik.

Pintu terbuka dan menampilkan orang tuanyanya yang terlihat kelelahan setelah bekerja sepanjang hari. Kedua mata orang tuanya terlihat kesal dengan kehadiran Farel di depan mereka.

Farel tidak bisa untuk menahannya lebih lama lagi, dia ingin segera mengatakannya, namun melihat ekspresi kedua orang dewasa di depannya, dia tahu, dia harus menahannya lebih lama lagi.

Alih-alih mengatakan hal yang ingin dia katakan, dia mengatakan hal lain, "Ayah, Ibu, bisakah kalian menyempatkan berbicara denganku? Aku tidak akan banyak menyita waktu kalian. Aku hanya butuh sedikit waktu kalian. Bisakah?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now