Bagian 6

16.8K 1.8K 99
                                    

Selama seminggu belakangan ini Amanda benar-benar membuktikan apa yang ia katakan. Ia berusaha untuk mendekati Dirga. 

Seperti saat pagi hari ia akan menunggu Dirga datang di depan gerbang pintu sekolah. Setelah Dirga datang menggunakan sepeda motornya. Amanda buru-buru berlari menuju parkiran. Ia pun mengikuti Dirga di belakangnya dan berjalan menuju kelas bersama.

Di dalam kelas Amanda meminta kepada salah seseorang yang duduk di belakang untuk pindah dengannya. Dan mengejutkan orang tersebut menerimanya.

'Itu sudah direncanakan sang penulis.'

Duduk di kursi belakang membuat Amanda bisa lebih dekat dengan Dirga dan melihat Dirga dengan jelas. Namun terkadang Bagas dengan sengaja menghalangi pemandangan tersebut.

Kemudian saat pulang sekolah Amanda akan kembali mengikuti Dirga ke parkiran sekolah. Ia akan melihat kepergian Dirga.

Terkadang sepulang sekolah Amanda meminta kepada Farel untuk menemaninya. Ia meminta Farel untuk datang menuju tempat ia bekerja paruh waktu. Di sana Amanda meminta Farel untuk menunggunya hingga pekerjaanya selesai. 

"Makanan kesukaan Dirga apa ya?" 

Amanda bertanya kepada Farel. Farel menggeleng dengan pelan.

"Haahh… kalau aku tahu makanan favoritnya mungkin ia akan sedikit berbicara kepadaku."

Farel mengangguk setuju dengan hal tersebut.

"Tapi, untuk saat ini tidak masalah. Lain kali pasti aku akan tahu apa makanan kesukaan Dirga. Sejauh ini aku rasa Dirga mulai ada perubahan."

'Aku rasa tidak.'

"Misalnya perubahan seperti apa?" Tanya Farel.

"Ummmm… coba aku ingat-ingat dahulu."

Amanda berpikir untuk sementata waktu.

"Oh, iya! Aku ingat!" Seru Amanda.

"Tadi siang saat di kantin, kita sedang makan bersama di pojok meja kantin. Saat itu tidak sengaja mataku melihat Dirga yang tengah menatapku."

"Benarkah?"

"Iya, aku dengan jelas melihatnya. Tapi saat aku memergokinya ia tidak langsung mengalihkan pandangannya. Ahhh… aku rasa Dirga mulai sedikit memperhatikanku. Aku sangat senang sekali. Pasti Dirga berpikir mengapa siang tadi aku tidak duduk di sampingnya."

"Kita sudah tiba di rumahmu." 

"Aku sampai tidak sadar karena saking senangnya. Sampai jumpa besok."

Mereka membicarakan Dirga saat pulang dari tempat kerja paruh waktu Amanda. Farel juga sekalian mengantar Amanda pulang ke rumahnya.

"Kenapa aku mau saja mengantar Amanda pulang?"

Farel agak bingung dengan tindakannya. Terkadang ia merasa lelah menemani Amanda seharian penuh. Ia juga membantu Amanda saat bekerja. Lalu menemaninya mengobrol saat mengantar pulang.

Tapi ia masih tetap melakukannya. Mungkin karena itulah karakter tambahan berperilaku. 

Walaupun dalam pikirannya Farel beberapa kali ingin menolak, namun tindakannya berperilaku sebaliknya. 

Setibanya di rumah ia langsung oleh disambut kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Farel merasakan udara tidak nyaman di sekitarnya.

Farel hanya berdiri dan tidak tahu harus berbicara seperti apa. Ia hanya merasa kalau ia berbicara itu tidak akan membuat situasi di sekitarnya membaik.

"Berdiri di depan sini." Perintah Ayah Farel dengan nada dingin. 

Farel segera bergerak dan berdiri di depan kedua orang tuanya sambil menundukkan kepalanya. Farel tidak tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai bisa membuat kedua orang tuanya kembali bersikap seperti ini. 

"Berlutut."

Farel segera berlutut. 

"Ahh!"

Farel mengerang kesakitan ketika tangan kanan Ayahnya menjambak rambut Farel dengan begitu kuat. 

"Kamu sudah tahu kesalahan apa yang sudah kamu perbuat?" Tanya Ayah Farel sambil melihat Farel dengan marah. 

Ibu Farel yang duduk di sampingnya hanya diam memperhatikan kejadian tersebut. Ibu Farel tidak bergerak atau berbicara sedikit pun untuk menghentikan perlakuan suaminya terhadap anaknya ini.

"T-tidak tahu A-ayah." Farel menjawab dengan lirih.

Rasa sakit di kepalanya kembali bertambah saat Ayah Farel dengan kuat menampar bagian belakang kepalanya. Tubuh Farel terhuyung ke depan. Ia kemudian kembali berusaha berlutut dengan kedua tangannya. 

Ayah Farel menatap Farel dengan dingin, ia pun berkata, "Kembali, tanpa seijin dariku kamu membolos dari jadwal les belajar di rumah. Guru les mu sudah menunggu selama lebih dari 3 jam, namun kamu tidak kunjung pulang."

Ayah Arya menghela nafas, lalu kembali melanjutkan, "Lantas apa yang sudah kamu lakukan hingga pulang selarut ini?"

"A-aku minta maaf Ayah."

Farel tidak tahu kalau ia memiliki jadwal les belajar di rumah. Saat pulang dari sekolah tadi sore, Farel memberitahu supirnya untuk tidak perlu mengantar dia pulang. Farel bilang kalau ia ada urusan lain terlebih dahulu. Supirnya hanya menjawab baik.

Mungkin supirnya mengira Farel telah mendapatkan izin pergi dari kedua orangtuanya, sehingga ia membiarkan Farel pergi. 

Farel seharusnya tahu, saat di pertemuan pertama mereka, setiap Farel pergi atau melakukan hal diluar  yang telah diperbolehkan kedua orang tuanya, ia harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari mereka.

Namun Farel lupa akan hal itu, dan dia lebih mengutamakan membantu Amanda sesuai dengan karakternya di dalam novel. Tanpa sadar, ia mengabaikan mengenai kehidupannya sendiri.

Kedua orang tua Farel berdiri dari tempat duduknya. Ayah Farel dengan sengaja menginjak kedua tangan Farel menggunakan kakinya.

"Ahh."

Setelah itu mereka berdua pergi dari hadapan Farel dan pergi menuju kamar, mereka meninggalkan Farel yang mengerang kesakitan sambil meringkuk di atas lantai atas kesakitan yang sedang dirasakannya.

'Mengapa aku harus mengalami hal yang menyakitkan seperti ini?"

Farel bertanya dalam hatinya dengan lirih sambil memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya. Hingga kedua air mata jatuh dari sepasang matanya yang indah.

.
.
.
.
.
Farel😭💔😭💔😭💔
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now